Mohon tunggu...
YUDI M RAMID
YUDI M RAMID Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Dari pekerja medis ke Asuransi dan BUMN....

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Makin Panas, Biden Tanggapi Nuklir Rusia

17 September 2022   13:49 Diperbarui: 17 September 2022   13:56 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apakah Putin tetap berpegang pada tabu nuklir dalam perang Ukraina? © Kementerian Pertahanan Rusia/afp/Bruckmann/Litzka (montase) 

Nuklir? Biden Balas Ancam Rusia, Bisa Makin Panas.
"Rusia akan menghadapi konsekuensi jika menggunakan senjata nuklir atau kimia," kata Biden seperti dilansir Lenta.ru.

Presiden AS mengancam Rusia dengan konsekuensi jika menggunakan senjata nuklir atau kimia taktis di Ukraina, juga dilaporkan oleh saluran berita CBS .

Wartawan bertanya kepada Biden  
" apa yang akan dia katakan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin tentang penggunaan senjata non-konvensional (nuklir)" 

"Jangan lakukan itu, jangan lakukan itu, jangan lakukan itu," jawab Biden berulang ulang.

Biden mengatakan bahwa jika terjadi penggunaan senjata nuklir, Rusia akan menjadi "paria besar di dunia." 

Apa maksud Biden, Rusia akan jadi pecundang? Istilah paria adalah golongan terendah di masyarakat Hindu. 

“.. tergantung pada skala apa yang mereka lakukan, kami akan menanggapi ..,” kata Biden.

Mungkin Joe Biden menganggap militer Rusia tidak ada apa apanya. Menghadapi Ukraina saja keteteran.

Wakil kepala Kementerian Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengingatkan bahwa skenario penggunaan senjata nuklir oleh Rusia dijabarkan dalam doktrin militer Federasi Rusia.

Skenario ini bermuara pada agresi terhadap Rusia atau sekutunya menggunakan senjata pemusnah massal,  ketika keberadaan negara itu sendiri terancam.

Menurut Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev , situasi pertama di mana Rusia secara hukum memiliki hak untuk menggunakan senjata nuklir adalah ketika serangan rudal nuklir dilakukan di wilayahnya.

 Situasi kedua adalah penggunaan senjata nuklir lainnya terhadap Rusia atau sekutunya.

Ketiga adalah  pada situasi kritis,  kegiatan pasukan pencegahan nuklir Rusia lumpuh.

Ia juga menegaskan Posisi Rusia tentang penggunaan senjata nuklir

Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai ," menyerukan untuk mencegah pecahnya perang nuklir, bahwa tidak ada pemenang di dalamnya, jadi itu tidak boleh dimulai."

Sebagai negara pihak NPT  Rusia secara konsisten mengikuti isi dan semangat Perjanjian. Kewajiban kami berdasarkan perjanjian bilateral dengan Amerika Serikat tentang pengurangan dan pembatasan senjata yang relevan juga telah dipenuhi sepenuhnya, kata  Putin

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov juga berulang kali menyatakan bahwa Moskow tidak memiliki rencana untuk menggunakan senjata nuklir.

Peskov juga menekankan bahwa Rusia memiliki kemampuan untuk mencegah intervensi dan menghukum mereka dan akan mengambil langkah seperti itu.

Jika terjadi perang Nuklir, dampaknya jelas mengerikan seperti yang digambarkan  Professor Universitas Princeton Alex Glaser.

Dia salah satu pencipta simulator tabrakan Plan A,  perang nuklir hipotesis antara Rusia dan NATO . 

Apa yang terjadi selama beberapa jam pertama konflik, lebih dari 90 juta orang akan meninggal dan terluka.

Miliaran orang di Bumi akan mati akibat bentrokan nuklir antara Amerika Serikat dan Rusia. 

Kerusakan dan keruntuhan ekonomi dan sosial, musim dingin nuklir akan terjadi, kata Glaser.

  "perang nuklir antara kekuatan nuklir terbesar di dunia akan menyebabkan bencana terbesar bagi umat manusia."

Menurut Haoyang, tidak ada yang menginginkan penyelesaian seperti itu, terlepas dari situasi di Ukraina dan sanksi Barat. 

Masih belum jelas apakah serangan balik Ukraina saat ini merupakan titik balik dalam perang. 

Para ahli militer percaya, Sejak awal September, pasukan Rusia telah mundur di beberapa wilayah Ukraina, terutama di Kharkiv timur. 

 Situasi militer terlalu ambigu dan posisi pihak-pihak yang bertikai terlalu berbeda untuk negosiasi yang memungkinkan. Kremlin tampaknya mulai resah karena pengiriman senjata dari barat.

Pada hari Kamis , Rusia memperingatkan AS agar tidak memasok rudal jarak jauh ke Ukraina, akan melewati "garis merah" 

Selama perang Ukraina, Rusia berulang kali mengancam,  secara terbuka, dengan  nuklirnya.

Pakar militer belum  melihat bahaya ini. "Saya pikir itu relatif tidak mungkin," kata   Gressel . Ia percaya bahwa Putin tidak akan menggunakan nuklir. "Dibutuhkan sepuluh atau dua puluh bom seperti itu untuk itu."

Carlo Masala dari Universitas Bundeswehr juga skeptis dengan penggunaan senjata nuklir Rusia.

"Biaya untuk Rusia terlalu tinggi. " ujar Masala. Peter Neumann dari Kings College London punya pandangan yang sama. “Saat ini saya menganggap penggunaan senjata nuklir tidak mungkin.” karena adanya ancaman reaksi dari Barat, khususnya Amerika Serikat. “Putin sadar bahwa dalam kasus seperti itu, AS akan segera campur tangan secara aktif dalam perang. "

Namun, para ahli lain menilai situasinya agak berbeda. Pakar Rusia Gerhard Mangott dari Universitas Innsbruck baru-baru ini mengatakan di televisi ORF bahwa bahaya penggunaan senjata nuklir akan meningkat jika Rusia kehilangan wilayah di Kharkiv dan Krimea.

Pada awalnya mungkin ada semacam ledakan peringatan. Jika Ukraina tidak menyerah, dia yakin, serangan nuklir taktis di Ukraina  mungkin terjadi.

 Wall Street Journal  surat kabar AS menulis : "Kepala negara dan pemerintah Barat harus siap menghadapi kenyataan bahwa Rusia akan menggunakan senjata nuklir atau mencoba menarik NATO langsung ke dalam konflik."

Mantan jenderal Inggris Sir Richard Barrons dalam sebuah wawancara dengan Zeit Online mengatakan  “Jika  ada tanda-tanda bahwa Ukraina memenangkan perang dan Rusia menghadapi kekalahan yang dianggap mengancam keamanan, Rusia akan menggunakan senjata nuklir taktis kecil.”ujarnya.
Penggunaan senjata nuklir saat ini merupakan hal yang tabu secara global. Putin mungkin harus membayar mahal.

Bahkan negara-negara pro-Rusia seperti Brasil, India atau China mungkin akan mengutuk tindakan tersebut, kata Masala. 

Kesimpulan, penggunaan senjata nuklir saat ini masih tanda tanya. Namun, risiko Putin menggunakan senjata nuklir bukan tidak ada.

Mudah mudahan tidak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun