"Biaya untuk Rusia terlalu tinggi. " ujar Masala. Peter Neumann dari Kings College London punya pandangan yang sama. “Saat ini saya menganggap penggunaan senjata nuklir tidak mungkin.” karena adanya ancaman reaksi dari Barat, khususnya Amerika Serikat. “Putin sadar bahwa dalam kasus seperti itu, AS akan segera campur tangan secara aktif dalam perang. "
Namun, para ahli lain menilai situasinya agak berbeda. Pakar Rusia Gerhard Mangott dari Universitas Innsbruck baru-baru ini mengatakan di televisi ORF bahwa bahaya penggunaan senjata nuklir akan meningkat jika Rusia kehilangan wilayah di Kharkiv dan Krimea.
Pada awalnya mungkin ada semacam ledakan peringatan. Jika Ukraina tidak menyerah, dia yakin, serangan nuklir taktis di Ukraina mungkin terjadi.
Wall Street Journal surat kabar AS menulis : "Kepala negara dan pemerintah Barat harus siap menghadapi kenyataan bahwa Rusia akan menggunakan senjata nuklir atau mencoba menarik NATO langsung ke dalam konflik."
Mantan jenderal Inggris Sir Richard Barrons dalam sebuah wawancara dengan Zeit Online mengatakan “Jika ada tanda-tanda bahwa Ukraina memenangkan perang dan Rusia menghadapi kekalahan yang dianggap mengancam keamanan, Rusia akan menggunakan senjata nuklir taktis kecil.”ujarnya.
Penggunaan senjata nuklir saat ini merupakan hal yang tabu secara global. Putin mungkin harus membayar mahal.
Bahkan negara-negara pro-Rusia seperti Brasil, India atau China mungkin akan mengutuk tindakan tersebut, kata Masala.
Kesimpulan, penggunaan senjata nuklir saat ini masih tanda tanya. Namun, risiko Putin menggunakan senjata nuklir bukan tidak ada.
Mudah mudahan tidak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H