Mohon tunggu...
YUDI M RAMID
YUDI M RAMID Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Dari pekerja medis ke Asuransi dan BUMN....

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

BBM Tidak Perlu Naik, Vitol (Vivo) Jual Dibawah Harga Masih Untung

6 September 2022   07:13 Diperbarui: 6 September 2022   07:18 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanker yang disewa Vitol tiba di  Benghazi  tahun 2011 membeli Minyak dari pemberontak Libya © Gianluigi Guercia / Foto AFP 

Bagi saya menimbulkan pertanyaan ditengah tengah tersedotnya dana subsidi bbm yang mengamcam APBN.

Vivo sebuah perusahaan atau SPBU  swasta  di Jakarta menjual bbm lebih murah dari Pertalite pasca kenaikan BBM 03/09

 Vivo menjual BBM hanya Rp.8.900  sedangkan pemerintah  jual Pertalire Rp.10.000.perliter  sebelumnya Rp 7.600.

Pikiran awam saya, kenapa pemerintah tidak berbisnis saja dengan perusahaan induk Vivo yaitu Vitol Group. Vivo Indonedia berafiliasi dengan Vitol.

 Saya tertarik  untuk melihat kenapa  Vitol bisa murah.

Melacak perusahaan tersebut melalui situs  dan menarik rnendapat beritanya.

Vitol grup perusahaan raksasa minyak yang berbasis di Swiss. 

Jaringan selain Indonesia juga  Belanda, Singapura, Inggris, Australia, dan beberapa negara di Afrika.

Ian Taylor adalah bos perusahaan Vitol. Sedangkan nama grup ini berasal dari salah satu dari dua pendirinya Vitol.

Foto: SPBU VIVO menjual minyak lebih murah dari subsidi. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: SPBU VIVO menjual minyak lebih murah dari subsidi. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Pada tahun 1966. Henk Viëtor pemilik dikombinasikan dengan "olie", minyak dalam bahasa Belanda akhirnya memberi nama Vitol.( Vieter Olie) kepada perusahaan. 

Awalnya ia membeli bahan bakar dari kilang di Rotterdam, mengangkutnya sepanjang Rhine dan menjualnya di Jerman.

Bisnis  dibuka dua tahun kemudian di Jerman. Lalu dipindahkan pada tahun 1969 ke Jenewa, Swiss.

Di bawah  pimpinannya Ian Taylor, tahun 1995 hingga 2016, perusahaan berubah menjadi perusahaan raksasa pada perdagangan dan logistik.

Mereka  berbisnis  minyak bumi, dan mengolahnya dengan berbagai kualitas.  Ian Taylor menjadi terkenal karena menuai banyak keuntungan.

Itu didapatkan setelah  perjalanannya ke  Libya pada 2011 untuk membeli bahan bakar minyak mentah kepada mereka.

 Ian Taylor, menjual minyak dengan keuntungan sepadan, bos karismatik Vitol, meninggal pada Mei 2020. © Jason Alden/Bloomberg: Bomberg. 
 Ian Taylor, menjual minyak dengan keuntungan sepadan, bos karismatik Vitol, meninggal pada Mei 2020. © Jason Alden/Bloomberg: Bomberg. 
Vitol lalu menjualnya ke Burma dan Norwegia, ia mulai  berinvestasi.


Perusahaan ini menuai keuntungan besar dan mendirikan cabang di banyak negara.

Saat ini Vitol memiliki sekitar empat puluh kantor di seluruh dunia .

Kantor utama berada di London, Jenewa, Singapura dan Houston.

Ia mempekerjakan 1.450 orang, termasuk 180 orang di Swiss.

Ia mencarter kapal, memiliki kilang minyak atau terminal, khususnya di pelabuhan Singapura.

Di Afrika dan Australia, grup ini mengeksplorasi dan memproduksi minyak mentah, terutama di lepas pantai Ghana.

Ia bisa saja melakukan  penyimpanannya yang besar dan  ketika harga minyak bergejolak  menjual dengan harga terbaik.

 Hasil keuangan tahunan yang diumumkan Vitol kepada publik umumnya diterbitkan pada bulan Maret. Vitol memanfaatkan standar permisif di Afrika untuk secara legal menjual bahan bakar berpolusi yang dilarang di Barat.

Vitol tidak pernah mencatatkan kerugian apapun, keuntungannya melonjak dari $22,9 juta pada tahun 1995 menjadi $2,3 miliar pada tahun 2019.

Para pemegang sahamnya menerima dividen sebesar $11,7 miliar dari 2009 hingga 2019.

Lalu adakah pelanggaran yang dilakukan Vitol? Tampaknya ada. Saya kira bukan kriminal, terbukti hanya dijatuhkan denda dan di Amerika sampai lebih USD 100 juta.

Perusahaan membayarnya. Begitu juga didaerah lain. Jadi Vitol bertualang mencari minyak dibawah harga dan menjualnya dengan keuntungan sepadan.

Pada tahun 2007, grup Vitol   divonis di Amerika Serikat dalam kasus Minyak untuk Pangan dengan denda  jutaan dolar.

Reputasinya kembali terguncang pada tahun 2012 menyusul pembelian minyak mentah dari Iran, negara yang terkena sanksi pada tahun 2016.Lagi lagi di denda.

Bosnya Ian Taylor, disebut bos karismatik Vitol, telah meninggal dunia pada bulan Mei 2020.

Direktur Vitol di Jenewa, David Fransen, nenggantikannya sebagai pimpinan penggantinya, Gérard Delsad, duduk di dewan direksinya.

Vitol telah membantu UKM sesuai dengan kriteria ESG,” kata Florence Schurch, sekretaris jenderal STSA, asosiasi perdagangan di Swiss.

Vitol adalah Pedagang minyak swasta terbesar di dunia membayar $ 135 juta untuk AS terhadap proses impor minyaknya.

Jadi kenapa kita tidak berhubungan saja dengan Vitol untuk mendapatkan BBM murah. Subdidi bisa digunakan untuk biaya transportasi keseluruh Indonesia satu harga.

Ini cuma pikiran awam karena mungkin urusannya tidak sesederhana itu. Tapi bukti menunjukan ketika Vivo anak perusahaan yang berafiliasi dengan Vitol di Indonesia menjual salah satu produksinya lebih murah dari bbm bersubsidi.

Semoga..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun