Mohon tunggu...
YUDI M RAMID
YUDI M RAMID Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Dari pekerja medis ke Asuransi dan BUMN....

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Di Jepang Anak TK Pulang Pergi Sendiri Naik KRL ke Sekolah . .

1 September 2022   15:14 Diperbarui: 1 September 2022   16:10 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meski menantu saya orang Jepang dan anak saya S3 tinggal sudah 20 Tahun disana, terus terang saya belum pernah ke Jepang. Ke Thailand, KL dan Singapura cukup sering. Negara impian seperti Jepang itu belum.

Namun sangat senang mendengar cerita ibu anak saya yang berpisah karena masing masing punya pekerjaan.

Mantan istri saya sering bepergian, kadang kadang pertelepon bercerita tentang Jepang.

Berbicara ibu anak saya, sang besan sampai tidak jadi makan kerupuk kulit,  "karupuak jangek"  Bukittinggi/Batusangkar.  Si besan bertanya dari bahan apa.

Ibu dari anak saya memberi isyarat sambil memijit kulit tangannya membuat besan ternganga.

Tenang Tidak  Berisik Tidak Mengobrol atau Berdiri : Foto: diginfo.tv
Tenang Tidak  Berisik Tidak Mengobrol atau Berdiri : Foto: diginfo.tv

Namun setelah dijelaskan bukan kulit manusia, tapi kulit kerbau baru sang besan tersenyum geli.

Berkali-kali mengunjungi  menantu, tentu bukan budaya Jepang yang tidak ingin direpoti mertua.
Secara halus dan sedikit kasar dari sang menantu kapok pergi ke Jepang. Cucu juga sejak kecil sudah mandiri tidak perlu jagaan.

Bercerita  tentang Jepang  cukup membuat shock budaya.

Naik KRL sangat tenang, hanya ada beberapa percakapan singkat sangat pelan,  fokus pada handphone  dan menjaga agar tidak menganggu penumpang lain. 


Wisatawan dari New York, terasa shock. Katanya  di kota New York orang-orang mengobrol sangat keras,  di telepon, bermain alat musik, dan berisik di KRL.

Wisatawan menemukan anak-anak bepergian sendiri. "Saya melihat anak berusia 4 tahun menaiki kereta untuk pergi dan pulang sekolah setiap hari, bukan terdekat tapi naik KRL.  Mereka akan mengangkat tangan sangat tinggi ketika menyeberang agar aman.

Naik Lift Teratur, Membiarkan Tempat Disebelah Terbuka bagi yang mungkin  ada Keperluan Cepat. : Foto diginfo.tv
Naik Lift Teratur, Membiarkan Tempat Disebelah Terbuka bagi yang mungkin  ada Keperluan Cepat. : Foto diginfo.tv

Kompasianer yang tinggal di Jepang bisa mengkomentari apakah hal itu betul atau tidak. 

Budaya tertib untuk segala hal. Di pemberhentian bus, stasiun kereta api, di toserba, di konser dan sebagainya.
 
Ditempat lain orang-orang tidak akan menyerobot  mendapatkan tempat duduk yang nyaman di bus atau KRL, taman atau konser.

Di Jepang mereka akan mengerti bahwa mereka yang lebih dahulu lebih berhak.

Sebenarnya masih banyak hal yang aneh, mungkin bagi kita tidak perlu.
Misalnya bus akan memberitahu jika akan belok kiri atau kanan. Atau toilet yang berbunyi lembut ketika tersiram air (blush) bunyi setelah selesai terdengar seperti nyanyian, bukan suara memalukan habis "buang air besar"

Anak saya adalah seorang Ph.D lulusan IT dari dua universitas yaitu Jepang dan Canada di bidang komputer Quantum. Dia lulusan terbaik sebuah SMA unggulan di Magelang dan pemegang Honorable mention Olymliade phisika Canbera 1994.

Dari Korea sebagai dosen tamu setelah memberi kuliah, ke Jakarta menginap di hotel Pasific Place yang harganya  jutaan.

Katanya dibayar tempat kerjanya IBM Jepang , pakar komputer Quantum.

Ketika saya tanya apa itu quantum ia cuma bercanda. Mungkin sulit menerangkan kepada saya yang awam dan tidak mengerti teknik.

Ia mencontohkan seperti Bola di lempar kedinding. Bola itu akan terbentur kembali kebelakang. (hukum. Phisika) tapi kalau Quantum, bola itu bisa lenyap kesuatu tempat. 

Pasti dia cuma bercanda, saya balas candaannya.
 "Seperti Teleportasi iya? "Ujar saya.

 Saya tahu  Komputer Quantum adalah komputer luar biasa yang kecanggihannya 100 kali komputer konvensional.

Kalau waktu bisa diputar tentu saya ingin anak  saya dinegara ini, mungkin orang tua terlalu naif
setidak tidaknya harusnya menikah dengan orang Indonesia tidak orang asing dan  terpaksa di negara orang.

 Saya beranggapan Jepang itu negara "pekerja" terlalu kerja keras .

Namun Elon Musk menggolongkan negara ini berbeda. Tidak seimbang waktu kerja dan libur, juga populasi minim suatu waktu  bisa punah. Komentar Elon Musk  yang membuat marah orang Jepang ..

Sekian saja. ..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun