4 #Chairil "si Aku Binatang Jalang "
4.
Pagi itu Chairil muncul dirumah pamannya Sutan Syahrir.
Kamu datang kebetulan sekali, pergi ke Gedung Juang dan khabarkan Jepang sudah menyerah, " kata Sutan Syahrir."Paman yakin?"
"Iya, Sekutu mengancam Agustus, itu sudah saya duga, Jepang akan menyerah" kata Sutan Syahrir lagi.
"Pemuda sudah tidak sabar lagi, Sukarno mungkin sudah kembali dari Saigon. Persiapan kemerdekaan."
"Para pemuda tidak mau hadiah Jepang, kemerdekaan harus dinyatakan segera"
"Kalau terlalu lama tidak bagus, harus sekarang. " ujar Sutan Syahrir lagi.
"Apa kegiatan kamu sekarang?"
"Penyiar radio Jepang, tugasnya gantian, " jawab Chairil.
"Jangan terlalu banyak pacaran, " sentil Sutan Syahrir.
"Aku tidak pacaran, " jawab Chairil Anwar sedikit malu.
"Sajak-sajak kamu, banyak untuk cewek. " Chairil hanya mesem mesem saja. Sutan Syahrir tidak bisa dibohongi.
"Radio Philips yang kamu beli itu banyak manfaatnya, saya bisa mendengar berita luar negeri, VOA dan sebagainya." Ujar Sutan Syahrir lagi.
Chairil ingat, pamannya memberi uang untuk loakan, Chairil berhasil membeli radio dari seorang nyonya Belanda kesulitan uang. Suaminya ditahan Jepang.
Dimarkas pemuda Chairil menyampaikan pesan dari pamannya Sutan Syahrir.
"Kaisar Jepang sudah dipaksa menyerah oleh Sekutu. Jika tidak Tinggal waktunya atau akan hancur seperti Hiroshima dan Nagasaki. "
"Tidak ada yang punya Radio, hukuman Jepang sangat berat kalau ketahuan. Bapak Syahrir berani sekali.,"
"Dia orang pergerakan, teman Sukarno dan lama bersekolah di Belanda.." tambah yang lain.
"Sok tahu,semua orang tahu.." tawa berderai pemuda.
Dirumah Sutan Syahrir, Chairil banyak belajar . Dia adalah paman dari penyair itu. Dilain hari lebih valid berita yang dibawa Chairil.
Dari sebuah sumber, menyerahnya Jepang diberitakan oleh Chairil kepada pemuda yang berkumpul di jalan Menteng Raya dan Pejuang.
"Ini lebih penting lagi, sebelumnya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, " para pemuda menerima berita dari Chairil Anwar.
Berita itu dengan cepat menyebar dari pemuda ke pemuda disampaikan ke Bung Karno dan Hatta. Tanggal 17 Agustus 1945 Proklamasi Kemerdekaan.
Cukup cepat dengan penyerahan Jepang tanggal 14 Agustus 1945.
Kemerdekaan Indonesia bukan hadiah Jepang.
***
Chairil jatuh cinta kepada seorang Sumirat.
Disebuah pantai di Cilincing Sumirat lebih dahulu melihatnya. Seorang pemuda duduk diam membaca buku.
Bersandar di sebatang pohon tanpa peduli sekelilingnya. Sumirat bukan Seorang gadis pemalu.
",Hei, kamu lebih asyik dengan buku dari pantai indah ini..,?"
Chairil mengangkat mukanya. Gadis cantik dengan wajah ceria dan imut.
"Apa pantai ini indah?" Tanya Chairil.
"Iyalah, buku bisa dibaca dirumah..." ledek Sumirat.
"Aku lebih suka buku," teriak Chairil.
"Dimana saja, tapi lebih indah membaca ditempat indah.." Kata Chairil.
"Kata kata kamu seperti puisi, " Sumirat tersenyum kecil.
"Aku Chairil.." Chairil Anwar memperkenalkan diri.
"Mirat, Sumirat.." jawab sang gadis.
"Maaf, aku benar heran. Aneh, orang-orang bersenang-senang di sini, tapi kamu lebih tenggelam dalam buku, sejak tadi tiga kali aku lewat," ujar Sumirat.
"Ayo duduk, sikap kamu bisa mengalahkan bukuku," Chairil memuji.
Lalu keduanya berbicara, saling bercanda. Sumirat selalu menarik Chairil dengan cerianya.
"Aku pergi, itu keluargaku. Sudah waktunya pulang."
"Kita bertemu lagi?" Tanya Chairil.
"Hari Minggu, aku suka pantai ini."
Hari berikutnya mereka bertemu.
"Aku juga suka seni, " katanya ketika lelaki itu berbicara tentang seni.
Mirat belajar melukis pada S. Sudjojono dan Affandi.
Sekali waktu, ia tak melihat Chairil di pantai. Saudaranya datang memberi kabar bahwa pemuda yang menjerat hatinya terkena masalah.
"Dituduh mencuri! "
"Dia tidak mungkin mencuri, kita akan menolongnya, " tekad Sumirat.
“Chairil Anwar dituduh mencuri sebuah seperai yang terjemur di halaman rumah, diadukan kepada polisi dan ditahan. Ibunya kehilangan akal dan minta bantuan kami,” kata Sutan Takdir Alisjahbana.
Sutan Takdir Alisjahbana dan kawan-kawannya kemudian patungan uang seharga seprai yang dicuri Chairil.
Salah seorang dari mereka juga mendekati pegawai pengadilan dan mengatakan bahwa pesakitan itu adalah seorang penyair muda yang sangat berbakat dan penting kedudukannya dalam masyarakat.
Seorang pegawai pengadilan adalah saudaranya Mirat.
SAJAK PUTIH
buat tunanganku Mirat
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Januari 1944.
DENGAN MIRAT
Matamu ungu membatu
Masih berdekapankah kami atau
mengikut juga bayangan itu
MIRAT MUDA, CHAIRIL MUDA
di pegunungan 1943
Dialah, Mirat, ketika mereka rebah,
menatap lama ke dalam pandangnya
coba memisah mata yang menantang
yang satu tajam dan jujur yang sebelah.
dan bertanya: Adakah, adakah
kau selalu mesra dan aku bagimu indah?
(Penggalan puisi Chairil Anwar)
Bersambung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H