"Kita  tahu betapa berharganya pendidikan. Orang tua mengirim anaknya sampai jauh untuk mencari ilmu. Dari Minang Bung Hatta, M.Yamin, H Agus Salim semuanya bersekolah tinggi di Belanda. Juga Tan Malaka, " ujar Sutan Syahrir pula.Â
"Apa paman setuju kita merdeka, Jepang sangat kuat."
"Mereka membangunkan macan tidur. Amerika Serikat akan mengalahkan mereka. Jika itu terjadi ,bersiap saja Indonesia merdeka. " kata pamannya.
"Aku akan memperjuangkan kemerdekaan, telah banyak yang kualami. Dibuang ke Boven Digul bersama Bung Hatta. " Sutan Syahrir mengenang masa masa sulit ketika Belanda berkuasa sebelum Jepang masuk.
"Kamu harus banyak bergaul, tidak hanya dengan kaum intelektual tapi juga rakyat jelata." Kata Syahrir.
Cerita dan nasihat kecil itu diingat baik baik oleh Chairil. Menjadi modal penulisannya.
Dirumah dan perpustakaan  Sjahrir banyak buku.
Banyak  koleksi buku sastra Belanda dan penyair Eropa, seperti Archibald MacLeish, H. Marsman, J. Slauerhoff, dan Edgar du Perron. Chairil bisa berjam jam duduk disana membaca.Â
Disamping itu, karena Sutan Syahrir Chairil Anwar menjadi aktif dengan kalangan pemuda kemerdekaan di markas pemuda Menteng 31, Prapatan 10, dan Cikini 71.
Peranannya menggelorakan kaum muda.
Meski urakan dan hidup tidak teratur, Chairil selalu mengingat Tuhan. Percaya kepadaNya.
Doa.
Kepada pemeluk teguh,
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh mengingat
Kau penuh seluruh
Cahaya-Mu panas suci
Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi