Dalam puisi ia menggambarkan kepasrahan nenek kepada takdir dimana hidup yang cuma sementara.Â
Betapa tingginya kekuasaan Allah, manusia harus tunduk kepada Tuhan yang mahakuasa.
***
Kedekatannya dengan pamannya membuat Chairil Anwar bisa melupakan nenek yang dicintainya. Nenek adalah masa lalu, pamannya Sutan Syarir mungkin  jadi masa depan Chairil.
Umur Sutan Syahrir  sudah empat puluhan lebih  tua dari Chairil Anwar.Â
Chairil sangat kagum dengan pamannya yang telah sekolah di negeri Belanda.
Sutan Syahrir telah bersekolah  di Fakultas Hukum, Universitas Amsterdam. Sutan Syahrir sangat aktif berpolitik dan mungkin kemudian hari menjadi orang besar atau pemimpin di Indonesia.Â
"Hai, kutubuku. Apalagi kegiatan kamu hari ini..?"
"Membaca dan sastra, dirumah mamak (paman) selalu banyak buku," jawab Chairil enteng.Â
"Baca saja, letakan lagi baik baik. Buku adalah jendela ilmu agar kamu tidak bodoh.."
"Apa aku bodoh paman?"
"Tidak juga, aku tahu kamu suka membaca, juga menulis puisi. Kini semua membutuhkan sumbangan pemuda, dari sastrawan juga," kata Sutan Syahrir.Â