Salah satu hasil perjalanan Presiden Jokowi ke China adalah pembicaraan bahwa Presiden Xi dengan Presiden Indonesia adalah berupaya menyelesaikan kereta cepat.
Selain itu, "kedua belah pihak perlu akan memperdalam kerja sama 'Satu Sabuk, Satu Jalan'".
China menjamin bahwa kereta api berkecepatan tinggi Indonesia akan "selesai dalam periode yang direncanakan"
China juga akan mendukung pembentukan pusat produksi vaksin di Indonesia dan akan berkontribusi di kawasan industri Kalimantan, dan konsep "poros laut global" Indonesia "One Belt, One Road."
Juga kerjasama di berbagai bidang seperti ekonomi digital dan pembangunan ekonomi hijau.
Kedua belah pihak disebut mengeluarkan pernyataan bersama, ( MOU ) “Silk Road Economic Belt” dan “Marine Silk Road”
China membangun kereta cepat Jakarta-Bandung pada tahun 2015 , namun pembangunannya dikatakan tersendat. (butuh pinjaman)
Selanjutnya pembangunan Koridor ekonomi yang komprehensif akan dibangun di Sumatera Utara, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, dan Bali.
Di Bintan dan Batam Indonesa dan China juga akan bekerja sama di bidang-bidang seperti ekonomi kelautan, manufaktur makanan, bahan bangunan baru, dan energi .
Pada tanggal 27 Juli pagi Presiden Joko Widodo sampai di Jepang dan disambut Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida.
Mereka mengadakan pertemuan Joko Widodo Presiden Republik Indonesia.
Perdana Menteri Kishida menyatakan bahwa ia ingin mempromosikan kerja sama dengan Indonesia"ASEAN Outlook on the Indo-Pacific" atau menuju "Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka"
Perdana Menteri Kishida menyampaikan niatnya untuk lebih mendukung peningkatan kemampuan penjaga pantai dan penyediaan kapal patroli bagi Indonesia.
Jepang juga akan melakukan pelatihan bersama multilateral "Garuda Shield" di Indonesia bulan depan, memperkuat kerja sama keamanan dan pertahanan.
Perdana Menteri Kishida juga menyatakan akan terus bekerja sama dalam pembangunan Kereta Cepat Jakarta dan Pelabuhan Patimban
Selain itu, berinvestasi memperkuat kerja sama dan investasi otomotif, makanan, bidang start-up dan kerja sama lingkungan.
Jepang juga sedang memproses pinjaman sebesar 43,6 miliar yen (Rp 4,7 triliun) untuk proyek bidang mitigasi bencana dan penyelesaian PLTA Peusangan.
Secara diplomatik, kunjungan Jokowi sangat bermanfaat begitu juga investasi dari kedua negara. Namun yang perlu dicatat, juga ada tambahan utang bagi Indonesia.
Pro dan kontra penambahan utang ini mungkin agak sedikit menjadi bola panas.
Tapi dari catatan dan berita kita lihat, kemampuan Indonesia membayar utang cukup kuat. Selain tepat waktu Indonesia membayar lebih cepat karena ada surplus dari sawit,tambang batu bara dan sumber daya alam lain tahun 2021.
Namun bagi yang skeptis menimbulkan kekhawatiran Indonesia berada dalam jebakan utang. (Utang adalah beban, yang harus dibayar.)
Namun disebut sebut utang masih dalam toleransi yang belum perlu dikhawatirkan.
Apakah benar begitu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H