Mohon tunggu...
YUDI M RAMID
YUDI M RAMID Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Dari pekerja medis ke Asuransi dan BUMN....

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bahasa Melayu Malaysia Jadi Bahasa kedua Asean, Bisa Tidak?

26 Juli 2022   06:24 Diperbarui: 26 Juli 2022   07:06 2114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kurang elok  Sambutan Nitizen Malaysia,  Usul Bahasa Melayu Malaysia bahasa kedua ASEAN | sumber Silisos.my//

Usul agar Bahasa Melayu Malaysia menjadi bahasa kedua ASEAN menjadi ide dari Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob yang akan (telah) datang ke Jakarta.

Perdana Menteri  mengatakan bahwa dia akan berbicara dengan para pemimpin ASEAN "menjadikan bahasa Melayu Malaysia bahasa ke 2 ASEAN."

“… Kami akan berkoordinasi dalam hal ini dan saya akan berdiskusi dengan para pemimpin negara-negara yang menggunakan bahasa Melayu agar mereka setuju menjadikannya bahasa kedua ASEAN , ”- Ismail Sabri , seperti dikutip Free MalaysiaToday.

Gagasan itu  jauh jauh hari sudah menjadi cibiran ( kurang elok ) , bukan dari Indonesia tapi dari netizen Malaysia.
Lihat saja seperti yang diungkapkan di berita Cilisos my dalam media sosial diatas. Suara mengandung  sedikit ejekan. (gambar)

Tahun 2011 usulan itu sebenarnya telah dikatakan juga oleh Menteri Penerangan, Komunikasi dan Kebudayaan Rais Yatim .

Usulan itu datang saat berkunjung ke Indonesia, dan bertujuan untuk menempatkan bahasa Melayu pada level yang sama dengan bahasa dunia lainnya. 

Setelah itu pada tahun 2015 , ketika Malaysia menjadi ketua ASEAN, Menteri Komunikasi dan Multimedia saat itu, Datuk Seri Salleh Said dalam sebuah seminar bahasa Melayu  menawarkan Bahasa Melayu sebagai bahasa penghormatan.

 On Twitter/Keluarga Malaysia 
 On Twitter/Keluarga Malaysia 
Najib Razak juga telah mendorong gagasan  pada 2017  agar Bahasa Melayu menjadi bahasa utama (kedua?) ASEAN. Terakhir adalah Ismail Sabri di Jakarta berbicara dengan Presiden Indonesia bulan April lalu.Perdana Menteri Ismail Sabri  menggunakan istilah bahasa kedua untuk Asean bagi bahasa Melayu Malaysia. 
Hal ini menjadi mungkin, karena
… bahasa Melayu/Indonesia dituturkan di beberapa negara Asean – Indonesia serta Malaysia, Singapura, Brunei, dan Thailand selatan. Disamping itu
bahasa Melayu paling mudah dipelajari, baik pengucapan, aturan tata bahasa , dan kosa kata.

Di Jakarta, April 2022 lalu meski Jokowi belum menolaknya namun reaksi yang kuat segera datang dari (Mendikbudristek) Nadiem Makarim.

Ia  menolak dan berpendapat bahwa bahasa Indonesia  lebih masuk akal  dijadikan sebagai ‘bahasa resmi kedua’ di ASEAN.

Jadi tepatnya, ide serta usaha PM itu sebenarnya sudah gagal meski ia menyebut Jokowi sebelumnya sudah setuju.

Sumber | akurat.co.id
Sumber | akurat.co.id

Indonesia tidak perlu juga mencari alasan, Netizen Malaysia sudah pintar pintar.

......basicpun tak kuat, mau sembang Asean, rakyat belum  semua cakap BM (bahasa Melayu) reti or fasih, betulkan dulu....

Menteri sama menteri (Malaysia) guna bahasa Inggris.....kalau bahasa Indonesia saya yakin suatu hari nanti jadi bahasa Asean...

Pastikan dulu.......India dan china tu pandai...bahasa melayu.....Dalam kabinetpun ada Menteri China dan India bahasa Melayu Malaysia (nya) tunggang langgang huru hara..

Jadi Indonesia tak perlu repot mengkritik ide Perdana Menteri Malaysia itu karena Netizen Malaysia sudah menjawabnya sendiri sebagai tidak mungkin.

Bahasa yang tepat itu adalah bahasa Indonesia. Namun perlu dipikirkan, saat ini bahasa kedua ASEAN masih tetap bahasa Inggris. 

Belajar bahasa Melayu bagi bangsa Asean adalah sebuah kerepotan yang mengancam bahasa negara Asean lainnya. Mungkin belum perlu dan mendesak..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun