Mohon tunggu...
YUDI M RAMID
YUDI M RAMID Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Dari pekerja medis ke Asuransi dan BUMN....

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Paylater, Kredit atau Cicilan Bermanfaat atau Sebaliknya?

23 Mei 2022   15:18 Diperbarui: 23 Mei 2022   15:47 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kota Bekasi kini. Kota yang berkembang sangat cepat. Foto : independen5.

Paylater memang terdengar menggiurkan. Kita dapat membeli barang sementara kita belum ada uang kontan.

Di Aplikasi kita banyak menemukan hal itu. Sepintas lalu ini sangat bermanfaat. Sebuah Aplikasi menawarkan bunga 0 persen dalam jangka waktu tertentu. 

Kehadiran PayLater sangat membantu bagi beberapa orang namun menjadi ketagihan bagi beberapa orang.

Bisa jadi bunganya cukup tinggi kalau masa pinjaman lama bahkan sampai lebih 2 persen perbulan.
Sebagai pinjaman instant kadang kadang tidak semua bisa diberi pinjaman paylater. 

Mungkin  bagi mereka yang sering transaksi diaplikasi tersebut  
Timbul tawaran beli sekarang, bayar nanti atau paylater. 

Apakah bisa kecanduan? Inilah bahayanya jika tidak mengukur kemampuan.

Mengambil contoh dari negara "Paman Sam" study yang dilakukan
oleh The Ascent, lebih dari sepertiga konsumen AS memakai fitur "paylater"

Penelitian  menemukan bahwa hanya  1 dari 5 konsumen yang menggunakan aplikasi ini benar-benar memahami dan   menggunakan dengan tepat.

Tidak bisa membayar sebelum waktunya menyebabkan biaya tak terduga. Dengan cicilan mingguan, dua mingguan, atau bulanan terlambat bayar  aplikasi akan membebankan denda dan bunga.

Sebagian besar aplikasi paylater bisa jadi bersikap lunak.

Menurut saya adalah bijaksana untuk memasukkan uang ke dalam rekening tabungan setiap minggu atau bulan sampai Anda memiliki cukup uang untuk membeli barang  daripada  kredit. 

Bahayanya kita tidak disiplin untuk menyimpan. Dengan kredit kita dipaksa untuk menyisihkan uang. 

Jadi anjuran diatas diakui sulit untuk dilaksanakan karena ada ada saja kebutuhan kita anggap perlu dan mengambil jalan pintas ambil tabungan.

Jangan lupa juga, kredit cicilan secara positif bisa bermanfaat yang besar. 

Ambil contoh,  saya pernah punya pengalaman manfaat positif dari Kredit cicilan kpr.

Ketika itu cicilan dan harga rumah tidak semahal sekarang. Tahun 1982 menyewa rumah tidak jauh berbeda dengan cicilan Perumnas. Fasilitasnya lengkap dan milik sendiri. 

Saya terbantu dengan program pemerintah melalui Perumnas. Tipe rumah 36 meter dan luas 100 meter. Jalan di rumah Perumnas tidak dirancang jalan mobil. Hanya pas mobil dan kalau parkir mobil sepeda motor saja tidak bisa lewat 

Seiring berjalan waktu, ingin rumah yang lebih besar dengan pekarangan dan jalan lebar. Itu adalah rumah KPR tipe 70 dan luas tanah lebih 200 meter komplek. 

Tahun 1995 saya ambil KPR non subsidi itu . Cicilan KPR Perumnas ketika disewakan atau dikontrakan sudah jauh melebihi dari  kewajiban mencicil (untungnya)

Seiring pendapatan (gaji) sudah bertambah mencicil lagi rumah dengan tipe 70 dan luas tanah sampai 200 meter. Ketika itu tahun 1993 cicilannya cukup rendah. Hanya dua tahun menikmati rumah tersebut dipindah kepropinsi lain. 

Ini saya lakukan lagi, di Riau tahun 1996 lebih mudah dan banyak KPR  ditengah kota kurang peminat.
Saya tidak pernah kontrak tapi lebih memilih kpr. 

Rumah yang saya cicil KPR seiring waktu kini jadi tempat yang ramai dan komersil. Kejadian itu terulang lagi ketika pindah ke Jakarta tahun 2000. Krisis moneter menyebabkan harga rumah jatuh. Karena usia saya tidak bisa KPR jangka lama. Pilihannya jatuh membeli rumah yang sudah diserahkan (disita) ke Bank.

Tentunya saya mencari dekat kota dan fasilitas bagus.

Pilihannya komplek rumah fasilitas kpr karena fasilitas dan status rumah lengkap Itu dari bank swasta dan bank tersebut punya banyak sitaan rumah. 

Bank bersedia memperbaiki rumah tersebut dan saya membelinya. Kini harga rumah itu sudah naik 15 kali lipat karena ada mall dekat itu.

Itu pengalaman saya membeli rumah cicilan. Bisa diwariskan kepada anak anak dan sedikit tambahan masa tua. 

Kerugian yang ketika pindah beda propinsi tidak bisa mengawasi penyewa rumah karena domisili yang jauh. Biasanya penyewa mengabaikan membayar PAM yang akibatnya kalau sudah setahun diputus. 

Zaman  dahulu tentu tidak bisa dibandingkan dengan sekarang. Membeli rumah cara kpr cicilannya sudah sangat mahal hampir  sama atau lebih dari UMR.

Beruntungnya bagi mereka yang dahulu mengambil Perumnas atau KPR. Sebagai contoh adalah Perumnas di Jalan Ahmad Yani disebelah atau dibelakang Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi. 

Rumah Perumnas itu sekarang sudah dikelilingi oleh Mal, pusat perbelanjaan dan kantor pemerintahan. 

Perumnas jalan bentuk dan luasnya sama dengan rumah  yang saya miliki. Siapa yang menyangka dulunya cicilan rumah tersebut tahun 1982 sangat murah sekali.
Jadi mengambil kpr atau cicilan waktu dulu banyak membantu. 

Rumah Subsidi tidak ada salahnya untuk dilirik kalau ada kemampuan. Coba bandingkan dengan menyewa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun