Rumah yang saya cicil KPR seiring waktu kini jadi tempat yang ramai dan komersil. Kejadian itu terulang lagi ketika pindah ke Jakarta tahun 2000. Krisis moneter menyebabkan harga rumah jatuh. Karena usia saya tidak bisa KPR jangka lama. Pilihannya jatuh membeli rumah yang sudah diserahkan (disita) ke Bank.
Tentunya saya mencari dekat kota dan fasilitas bagus.
Pilihannya komplek rumah fasilitas kpr karena fasilitas dan status rumah lengkap Itu dari bank swasta dan bank tersebut punya banyak sitaan rumah.Â
Bank bersedia memperbaiki rumah tersebut dan saya membelinya. Kini harga rumah itu sudah naik 15 kali lipat karena ada mall dekat itu.
Itu pengalaman saya membeli rumah cicilan. Bisa diwariskan kepada anak anak dan sedikit tambahan masa tua.Â
Kerugian yang ketika pindah beda propinsi tidak bisa mengawasi penyewa rumah karena domisili yang jauh. Biasanya penyewa mengabaikan membayar PAM yang akibatnya kalau sudah setahun diputus.Â
Zaman  dahulu tentu tidak bisa dibandingkan dengan sekarang. Membeli rumah cara kpr cicilannya sudah sangat mahal hampir  sama atau lebih dari UMR.
Beruntungnya bagi mereka yang dahulu mengambil Perumnas atau KPR. Sebagai contoh adalah Perumnas di Jalan Ahmad Yani disebelah atau dibelakang Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi.Â
Rumah Perumnas itu sekarang sudah dikelilingi oleh Mal, pusat perbelanjaan dan kantor pemerintahan.Â
Perumnas jalan bentuk dan luasnya sama dengan rumah  yang saya miliki. Siapa yang menyangka dulunya cicilan rumah tersebut tahun 1982 sangat murah sekali.
Jadi mengambil kpr atau cicilan waktu dulu banyak membantu.Â
Rumah Subsidi tidak ada salahnya untuk dilirik kalau ada kemampuan. Coba bandingkan dengan menyewa.Â