Berlebaran di Pariaman Lebih Meriah dan Happy.
Pariaman Tadanga Langang.
Batabuik makonyo rami
Oi rang Rantau capeklah pulang.
Alah rindu kami menanti.
(Pariaman biasanya sepi, adanya acara budaya tabut akan ramai dan seruan kepada orang Rantau agar pulang kampung melepaskan rindu)
Pariaman yaitu sebuah kota dipesisir Barat Sumatera Barat, tidak ramai ramai amat. Namun akan sangat ramai pada hari Tabut dan lebaran.
Apalagi dalam suasana saat ini, ketika pulang kampung sudah diizinkan oleh pemerintah. Masyarakat Pariaman yang gemar dan banyak merantau  tentunya pulang kampung. Dari Jakarta, Medan,Pekanbaru dan segenap daerah.
Saya rasa berlebaran lebih meriah daripada daerah daerah lainnya di Sumatera Barat. Dari  Padang juga  pergi wisata ke Pariaman untuk berwisata. Ke pantai Pariaman yang saat ini cukup bagus dan berbiaya murah. Pantai Gandoriah dan juga pantai lainnya yang kini lebih meluas lagi dibeberapa tempat.
Ini adalah pengalaman saya sendiri sudah pernah tinggal di Padang, Solok atau Batusangkar.
Sehari sesudah tradisi "membantai" yaitu memotong sapi atau kerbau adalah sebuah tradisi orang Pariaman. Rendang atau gulai daging merupakan makanan wajib lebaran di Pariaman.
Setiap rumah membeli daging. Amat jarang sekali tidak ada rendang atau gulai daging di masyarakat Pariaman. Disesuaikan dengan kemampuan dan tak jarang sampai memaksakan diri. Malu kalau tidak ada daging dan rendang di hari Lebaran. "Cimeeh" amat kental di masyarakat Pariaman.
Setelah itu tradisi "manambang" bagi anak anak ketempat tetangga sebelah rumah. Bukan sanak saudara saja.
Tak dapat tidak, uang baru recehan Rp 2.000 dan Rp 5.000 sampai Rp 10.000 umumnya ada pada keluarga yang berlebaran di Pariaman.
Hari pertama dan kedua adalah acara kunjungan kerumah tetangga, sahabat dan saudara. Hari ketiga suasana lebaran sangat terasa. Mereka yang tinggal didesa desa atau korong dan kampung sampai pelosok Kabupaten Padang/Pariaman pergi  memenuhi pantai Pariaman untuk berwisata lebaran.
Tujuan lain berlebaran ke pulau Angso duo. Ada beberapa pulau di lepas pantai Pariaman. Yaitu pulau Angso duo, pulau Pandan agak jauh ketengah (pulau Tengah) Setelah itu pulau Kasiak dan pulau Ujung. Ditempat itu dulu banyak penyu bertelur. Sekarang entahlah.Â
Tapi yang menjadi  tempat tujuan adalah pulau Angso. Disini dulu tidak ada penduduk . Hanya batang kelapa serta ada pemiliknya karena merupakan tanah suku.
Ada sebuah pantun yang  sangat terkenal,
"Pulau Pandan Jauh ditengah, Dibalik pulau Angsa Dua, Hancur Badan Dikandung Tanah, Budi baik Dikenang Jua" mungkin  berasal dari tempat ini Â
Kembali ke Pariaman, di Pantai ini tempat wisata dan tempat makan enak dan murah terbentang sampai jauh.
Â
Pariaman mungkin  cukup beruntung. Daerah pantainya makin meluas ketengah.  Berbeda dengan daerah lain yang abraksi. Itu tidak terlihat di Pariaman.
Makanan murah , kepiting dan sala lauk atau sala bulat  dan makanan laut tersedia cukup murah.
Ketika saya remaja kecil dan  mandi dilaut dan musimnya sering menangkap kepiting. Caranya mudah, yaitu dengan mengikat benang dengan pelampung (pelepah sagu kering) dengan daging atau ayam kadaluarsa.
Kalau ada Kepiting menjepit, pelampung bergerak. Lalu diangkat dengan hati hati. Ditangkap dengan tangan dari bawah. Di Jakarta saya jarang makan Kepiting karena mahal, tapi di Pariaman di goreng dan dijual murah.
Kembali ketradisi berlebaran di Pariaman. Amat ramai kunjung mengunjungi. Tradisi ini kembali lagi setelah dikunjungi, membalas kunjungan.
Anak anak entah anak siapa, dua tiga atau beramai datang kerumah kita. Tujuannya sambil mengucapkan lebaran tentu saja menambang. Jadi keluarga dirumah menyediakan uang receh untuk anak anak.
Kalau datang dengan orang tuanya uang receh lebih banyak, Â bisa jadi dua atau tiga lembar uang lima ribuan. Tradisi "manambang" lebaran anak anak lebih meriah. Repotnya tentu keluarga si tuan rumah yang menyediakan uang lebih banyak. Â Demikian juga tradisi memakai baju baru sudah menjadi keharusan bagi semua orang. Hampir semua memiliki.
Â
Pergi Kepulau tersebut biasanya dengan kapal kecil dan perahu tempel mesin. Â
Sampai seminggu atau lebih, lebaran pantai Pariaman masih terasa meriahnya .
 Pemerintah tampaknya cukup tanggap dengan even ini. Mereka menyediakan keamanan yang cukup serta membuat acara lebih meriah lagi.
Ada juga kereta api dari Padang ke Pariaman dengan tarif hanya Rp 5.000. Jadi makin happy saja berlebaran di Pariaman. Jika perantau pulang kampung lihat juga tempat wisata Pariaman.Â
Artikel Pariaman terkait,Â
Pamer dan baju lebaran dan adat kampung.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H