Setelah itu tradisi "manambang" bagi anak anak ketempat tetangga sebelah rumah. Bukan sanak saudara saja.
Tak dapat tidak, uang baru recehan Rp 2.000 dan Rp 5.000 sampai Rp 10.000 umumnya ada pada keluarga yang berlebaran di Pariaman.
Hari pertama dan kedua adalah acara kunjungan kerumah tetangga, sahabat dan saudara. Hari ketiga suasana lebaran sangat terasa. Mereka yang tinggal didesa desa atau korong dan kampung sampai pelosok Kabupaten Padang/Pariaman pergi  memenuhi pantai Pariaman untuk berwisata lebaran.
Tujuan lain berlebaran ke pulau Angso duo. Ada beberapa pulau di lepas pantai Pariaman. Yaitu pulau Angso duo, pulau Pandan agak jauh ketengah (pulau Tengah) Setelah itu pulau Kasiak dan pulau Ujung. Ditempat itu dulu banyak penyu bertelur. Sekarang entahlah.Â
Tapi yang menjadi  tempat tujuan adalah pulau Angso. Disini dulu tidak ada penduduk . Hanya batang kelapa serta ada pemiliknya karena merupakan tanah suku.
Ada sebuah pantun yang  sangat terkenal,
"Pulau Pandan Jauh ditengah, Dibalik pulau Angsa Dua, Hancur Badan Dikandung Tanah, Budi baik Dikenang Jua" mungkin  berasal dari tempat ini Â
Kembali ke Pariaman, di Pantai ini tempat wisata dan tempat makan enak dan murah terbentang sampai jauh.
Â
Pariaman mungkin  cukup beruntung. Daerah pantainya makin meluas ketengah.  Berbeda dengan daerah lain yang abraksi. Itu tidak terlihat di Pariaman.
Makanan murah , kepiting dan sala lauk atau sala bulat  dan makanan laut tersedia cukup murah.
Ketika saya remaja kecil dan  mandi dilaut dan musimnya sering menangkap kepiting. Caranya mudah, yaitu dengan mengikat benang dengan pelampung (pelepah sagu kering) dengan daging atau ayam kadaluarsa.
Kalau ada Kepiting menjepit, pelampung bergerak. Lalu diangkat dengan hati hati. Ditangkap dengan tangan dari bawah. Di Jakarta saya jarang makan Kepiting karena mahal, tapi di Pariaman di goreng dan dijual murah.