Mohon tunggu...
YUDI M RAMID
YUDI M RAMID Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Dari pekerja medis ke Asuransi dan BUMN....

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Abramovich, Keracunan dan Negosiator Damai Ukraina

18 April 2022   14:04 Diperbarui: 18 April 2022   22:37 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roman Abramovich duduk di belakang ruangan tempat para delegasi Rusia dan Ukraina bertemu. Foto : Anadolu Agency / Getty Images via businesinsider.com


Tuduhan bahwa oligarki Roman Abramovich, yang menengahi pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina, dan dua orang Ukraina diracun di pertemuan Damai Rusia menyebabkan kebingungan bagi orang awam.

Sedikit yang diungkapkan dari berita itu, surat kabar American Wall Street Journal (WSJ) memberitakan bahwa negosiator Ukraina itu mulai menunjukkan tanda-tanda keracunan setelah pembicaraan damai .

Abramovic  diklaim kehilangan penglihatannya selama beberapa jam dan kemudian mengalami kesulitan makan.

Dia dan dua orang lainnya tersebut hanya mengonsumsi cokelat dan air putih sebelum gejalanya muncul.

Apakah ada sabotase pembicaraan damai dan apa maksudnya? Mungkinkah Di pertemuan resmi seperti itu tidak bisa terungkap siapa yang bersalah. Itu menjadi teka teki bagi orang awam karena  tidak diketahui kelanjutannya.

Christo Grozev, anggota Bellingcat, kelompok jurnalisme investigasi yang menyelidiki keracunan, mengatakan , "Tujuannya bukan untuk membunuh, itu hanya peringatan," ujarnya.

Abramovich buta sementara setelah makan cokelat dan air minum selama negosiasi awal bulan ini.

Ikut juga  anggota parlemen Ukraina Rustem Umerov,  dan diplomat lain yang tidak disebutkan namanya.

Kini pejabat Ukraina diperingatkan untuk tidak makan, minum, atau bahkan menyentuh apa pun selama negosiasi .
Sumber lain mengatakan, ada dugaan  peringatan bagi miliarder dan lainnya untuk tidak mengkhianati Kremlin.

Abramovich,  ' dirawat di sebuah rumah sakit di Turki, kata seorang sumber kepada The Guardian.  Sumber mengatakan kepada kantor berita PA, Abramovich kini telah pulih dan terus mencoba membantu negosiasi.

WSJ melaporkan bahwa dugaan serangan itu didalangi oleh kelompok garis keras di Rusia yang ingin menyabotase pembicaraan.

Ditanya tentang tuduhan di BBC Newsnight, Sergiy Petukhov, mantan wakil menteri kehakiman Ukraina, mengatakan: "Sangat sulit untuk membuat kesimpulan dari informasi yang kami miliki.

Dia mengatakan situasi tersebut membuat 'suasana negosiasi sangat tegang dan gugup, jelas tidak berkonsetrasi pada kesuksesan'.

Sementara itu delegasi lainnya Umerov mendesak orang untuk tidak mempercayai 'informasi yang belum diverifikasi'.

Anggota tim keempat yang juga mengonsumsi makanan dan air sama tidak mengalami gejala.

Tentu bagi orang awam aneh, racun  dalam pertemuan yang dipersiapkan lebih dahulu dan diketahui petugas tapi tak dapat dilacak.  

Berbicara mengenai racun meracun, publik tentu masih ingat kejadian meninggalnya Kim Jong Nam akibat keracunan di Bandara Malaysia.

Kim Jong-Nam meninggal sekitar 20 menit setelah racun VX diusapkan ke wajahnya oleh dua wanita.

Kedua wanita itu, Siti Aisyah asal Indonesia dan Doan Thi Huong asal Vietnam diadili atas dakwaan pembunuhan Jong-Nam. Tuduhan selanjutnya mengarah kepada Korea Utara dan tentu saja akan membuat Kim Jong Un bisa marah, meski semuanya tahu ada persaingan antara adik dan kakak tiri yang tersingkir.

Terlepas dari kejadian yang menimpa Abramovich, metode racun paling sering ada dicerita fiksi. Tapi di Kremlin, nenurut sebuah sumber,  ada ratusan berita di arsip di mana kata "Rusia" dan "keracunan" bersatu.

Diduga, Kremlin menggunakan sejumlah racun untuk membungkam lawan-lawan Putin, termasuk agen saraf yang dikembangkan selama era Soviet, yang dikenal sebagai "novicok" (bahasa Rusia untuk "pendatang baru")

Badan intelijen Rusia FSB terakhir kali dituduh meracuni pemimpin oposisi Alexei Navalny pada Agustus 2020. Navalni pingsan dalam penerbangan internasional dan selamat setelah perawatan intensif oleh spesialis di Jerman .

Seorang agen FSB kemudian mengakui kepada Navalni bahwa racun itu telah dioleskan ke bagian dalam celananya.

Pada 2018, Anatoli epiga dan Aleksandr Myshkin, dua agen badan intelijen militer GRU, melakukan serangan serupa di Salisbury, Inggris.

Dipastikan keduanya menyemprotkan zat novicok, yang mereka isi dalam botol parfum, pada gagang pintu rumah Sergey Skripal yaitu mantan agen  namun membelot bekerja untuk Inggris.

Skripal dan putrinya Yulia ditemukan berbusa di mulut beberapa jam setelah agen GRU berkunjung. Skripal cukup beruntung untuk bertahan hidup.

Mantan agen FSB lainnya yang diracun di Inggris adalah Alexander Litvinenko.

Litvinenko menyuarakan korupsi di negara itu dengan pemerintahan Putin, meninggalkan Rusia dan mencari perlindungan di Inggris.

Litvinenko diracun dengan mencemari cangkir tehnya dengan polonium, logam radioaktif yang cepat terdegradasi, dan meninggal di London pada 2006 setelah bergulat dengan rasa sakit dan kematian selama berminggu-minggu.

Kasus keracunan juga tidak asing di Ukraina. Misalnya, Viktor Yuschenko, yang merupakan kandidat melawan Viktor Yanukovych yang pro-Rusia dalam pemilihan presiden tahun 2004, tiba-tiba jatuh sakit selama kampanye pemilihan.

Para ilmuwan memutuskan bahwa Yuschenko, yang wajahnya mulai berubah, diracuni dengan dioksin, tetapi tidak dapat ditentukan dari tangan siapa racun itu berasal.

 Yuschenko menyalahkan Rusia atas racun itu, klaim ini tidak pernah terbukti.  Keracunan tidak cukup untuk menghentikan Yuschenko dan ia sembuh.

Pemimpin oposisi itu berhasil menang dalam pemilihan. Yanukovych dan menjabat sebagai presiden untuk satu periode.
Setelah serangan itu, bekas luka tetap ada di wajah Yuschenko.

Banyak kasus dari Politkovskaya hingga Navalny,  Kremlin disalahkan, tetapi Rusia selalu membantah terlibat dalam kasus peracunan.

Meskipun kasus keracunan sering dikaitkan dengan Rusia, Amerika Serikat juga memiliki gudang senjata racun yang besar. Bahkan, ada catatan bahwa AS mencoba membunuh mendiang pemimpin Kuba Fidel Castro dengan cerutu beracun.

Racun memang menjadi kontroversi. Sulit untuk membuktikan jika itu menyangkut rezim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun