Seorang agen FSB kemudian mengakui kepada Navalni bahwa racun itu telah dioleskan ke bagian dalam celananya.
Pada 2018, Anatoli epiga dan Aleksandr Myshkin, dua agen badan intelijen militer GRU, melakukan serangan serupa di Salisbury, Inggris.
Dipastikan keduanya menyemprotkan zat novicok, yang mereka isi dalam botol parfum, pada gagang pintu rumah Sergey Skripal yaitu mantan agen  namun membelot bekerja untuk Inggris.
Skripal dan putrinya Yulia ditemukan berbusa di mulut beberapa jam setelah agen GRU berkunjung. Skripal cukup beruntung untuk bertahan hidup.
Mantan agen FSB lainnya yang diracun di Inggris adalah Alexander Litvinenko.
Litvinenko menyuarakan korupsi di negara itu dengan pemerintahan Putin, meninggalkan Rusia dan mencari perlindungan di Inggris.
Litvinenko diracun dengan mencemari cangkir tehnya dengan polonium, logam radioaktif yang cepat terdegradasi, dan meninggal di London pada 2006 setelah bergulat dengan rasa sakit dan kematian selama berminggu-minggu.
Kasus keracunan juga tidak asing di Ukraina. Misalnya, Viktor Yuschenko, yang merupakan kandidat melawan Viktor Yanukovych yang pro-Rusia dalam pemilihan presiden tahun 2004, tiba-tiba jatuh sakit selama kampanye pemilihan.
Para ilmuwan memutuskan bahwa Yuschenko, yang wajahnya mulai berubah, diracuni dengan dioksin, tetapi tidak dapat ditentukan dari tangan siapa racun itu berasal.
 Yuschenko menyalahkan Rusia atas racun itu, klaim ini tidak pernah terbukti.  Keracunan tidak cukup untuk menghentikan Yuschenko dan ia sembuh.
Pemimpin oposisi itu berhasil menang dalam pemilihan. Yanukovych dan menjabat sebagai presiden untuk satu periode.
Setelah serangan itu, bekas luka tetap ada di wajah Yuschenko.