Setelah berperang selama 20 tahun, Presiden AS Joe Biden memutuskan untuk menarik mundur seluruh pasukan AS dari Afganistan. Taliban berhasil memasuki Kabul, ibu kota Afganistan setelah bulan Agustus 2021 lalu.
Afghanistan yang memiliki penduduk sekitar 31,4 juta orang, kini para wanitanya menghadapi banyak kesulitan.
Taliban menetapkan Islam yang lebih ketat sebagai agama dan hukum yang resmi.
Menakar ketentuan yang dikeluarkan Taliban itu, tidak semua jelek. Kecuali larangan bagi wanita diusia diatas 6 tahun untuk sekolah dan semua aturan yang sangat memaksa. Tidak ada atau sedikit sekali ruang untuk bernegosiasi.
Misalnya Taliban memberlakukan pembatasan parsial pada perjalanan wanita. Para wanita tidak dapat bepergian tanpa pendamping pria. Surat izin tidak berlaku.
Perempuan hanya diperbolehkan melakukan perjalanan jarak pendek.
Seorang juru bicara kementerian, Syed Akif Mohajer, mengatakan kepada AFP bahwa "perempuan yang melakukan perjalanan lebih dari lima kilometer tidak boleh kecuali mereka ditemani oleh anggota keluarga dekat laki-laki."
Sebelumnya, kementerian meminta saluran televisi Afghanistan untuk melarang drama dan film yang menampilkan pemeran wanita.
Kementerian Taliban juga meminta jurnalis TV perempuan untuk mengenakan jilbab selama pertunjukan. Peraturan kementerian juga mengatur bahwa mendengarkan musik di dalam mobil harus dihentikan mulai sekarang.
Pejabat Taliban di berbagai bagian Afghanistan telah dibujuk untuk membuka kembali sekolah, tetapi meski berjanji, Taliban enggan membatalkan.
Aktivis berharap bahwa upaya Taliban untuk mendapatkan pengakuan internasional dan mengembalikan bantuan ke salah satu negara termiskin di dunia dapat menghasilkan lebih banyak kebebasan bagi perempuan.
Penghormatan terhadap hak-hak perempuan telah berulang kali disebutkan oleh negara-negara donor sebagai syarat utama untuk memperoleh bantuan.
Di Afghanistan pada saat itu, perempuan dipaksa mengenakan burqa, meninggalkan rumah dengan satu kerabat laki-laki.
Taliban telah melarang wanita bepergian dengan beberapa penerbangan tanpa memiliki orang kepercayaan (pendamping) pria.
Menurut Associated Press, para wanita termasuk pelancong yang bepergian ke luar Afghanistan.
berbicara tentang hal itu dengan syarat anonim karena takut.
Taliban mengatakan puluhan wanita tidak dapat bepergian tanpa orang kepercayaan yang sah pendamping pria.
Ini menyulitkan perempuan berkewarganegaraan ganda yang ingin kembali ke rumah mereka di luar negeri, termasuk Kanada.
Para pejabat mengatakan para wanita itu tidak diizinkan melakukan perjalanan dengan penerbangan ke Islamabad, Dubai dan Turki oleh Kam Air dan Ariana Airlines.
Seorang pejabat mengatakan larangan perjalanan telah diperintahkan oleh pemimpin Taliban.
Dia menambahkan bahwa pada hari Sabtu sejumlah wanita diizinkan melakukan perjalanan dengan penerbangan Ariana Airlines ke Herat, Afghanistan, tetapi mereka mendapat izin setelah ketinggalan penerbangan.
Pejabat bandara dan kepala polisi, baik anggota Taliban dan ulama, bertemu dengan pejabat maskapai pada hari Sabtu, kata laporan itu. "Mereka berusaha menyelesaikan masalah ini," kata seorang pejabat.
Beberapa bulan lalu, Taliban mengeluarkan dekrit yang melarang perempuan bepergian lebih dari lima kilometer tanpa laki-laki pendamping yang syah.
Langkah terbaru untuk mengekang perjalanan perempuan datang pada saat Taliban tidak mengizinkan anak perempuan di atas kelas enam untuk pergi ke sekolah.
Langkah Taliban dan pelanggaran janji telah membuat marah komunitas internasional.
Taliban, yang berkuasa setelah perang 20 tahun pada Agustus tahun lalu, belum diakui oleh negara mana pun.
Kemarin, perwakilan perempuan dari hampir 20 negara meminta Taliban untuk membuka sekolah bagi anak perempuan. Di sisi lain, sejumlah gadis di Kabul pada Sabtu memprotes penutupan sekolah dan menuntut hak atas pendidikan dari Taliban.
Taliban melanggar janji mereka dan mengumumkan bahwa sekolah akan ditutup untuk anak perempuan di atas kelas enam.
Aktivis Afghanistan Mahbooba Siraj berbicara ke sebuah stasiun televisi swasta dan berkata,
Kami akan menjadi sebuah bangsa. Jadi bagaimana kami bisa mempercayai kata-kata Anda? Apa yang bisa kami lakukan untuk mendapatkan persetujuan Anda?"Haruskah kita semua mati? ”
ujarnya dengan kesal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H