Bab 7 Pasang Surut Hubungan
Gerakan Mahasiswa menumbangkan Orde Lama menjalar dari Jakarta ke daerah dengan  gerakan mahasiswa Tiga Tuntutan Rakyat.
Unjuk rasa besar besaran pada tanggal  10 sampai 13 Januari 1966 di Jakarta terjadi  setelah tragedi Gerakan 30 September (G30S) 1965.  Presiden Sukarno dianggap gagal.
Protes  Tiga Tuntutan Rakyat atau Tritura.  Bubarkan Partai Komunis Indonesia atau PKI, Rombak Kabinet Dwikora; dan  Turunkan Harga.
Muncul KAMI atau Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia . Diikuti
Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia, Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia , Kesatuan Aksi Buruh Indonesia , Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia, Kesatuan Aksi Wanita Indonesia, Kesatuan Aksi Guru Indonesia dan sebagainya.
Terjadi kekacauan dimana mana dan juga penjarahan.Â
Di Makassar Ucu menjadi ketua KAMI yang membuat kedekatannya dengan penguasa didaerah itu.Â
Pangdam M.Jusuf di Makasssar dan wakilnya  Solihin GP cukup merespon gerakan mahasiswa.
Gerakan ini akhirnya menyumbangkan orde lama dan munculah  ordebaru yang dipimpin jenderal Soeharto.
Tentu saja hubungan Ida dan Ucu terus berlanjut dan acara wakuncar atau wajib kunjung pacar ke tempat Ida.
Ucu dan Ida berpacaran untuk sekadar jumpa. Begitu juga Ida. Berpacaran ditengah tengah kesibukan pekerjaan,
kuliah dan bekerja.
Karena Ucu juga bekerja di perusahaan ayah disamping banyaknya kegiatan.
Suatu kali Ida menelpon Ucu.
"Teruskan saja hubungan kakak," kata Ida.
"Apa maksud kamu?"
"Ada gadis cantik di boncengan kakak," Ida cemburu dan meluapkan hatinya.
"Itu tidak benar, aku selalu suka kamu."
"Suka padaku, tapi ada gadis lain."
"Hanya teman dan kebetulan saja," jawab Ucu.
"Aku selalu tahu, bagaimana teman dan tidak," balas Ida.
"Baiklah, tapi itu cuma untuk menguji kamu," kata Ucu.
"Kakak menguji saya?"
"Untuk mengetahui, bahwa kamu bisa juga cemburu." Kata Ucu.
"Itu tidak akan terjadi lagi," janji Ucu.Â
Kesempatan itu digunakan Ucu mendesak Ida.
"Sekarang kamu berterus terang saja ,iya?"
"Apa yang harus saya katakan?"
"Aku tahu, kamu dijodohkan dengan seorang pria minang yang kuliah di Amerika," kata  Ucu sedikit panik.
"Apa usahaku akan sia sia?" Desak Ucu.
Ida mengangkat kepalanya menatap Ucu.
"Tenang saja," kata Ida.
"Saya panik juga dan aku akan menemui ayahmu, saya bersungguh sungguh." Kata Ucu.
"Perjodohan bukan ditangan ayah saya saja, harus disetujui mamak." kata Ida menjelaskan.
"Siapa?"
"Mamak, paman dari ibuku"
Melamar seorang gadis melalui mamak biasa di Minang.Â
"Aku akan menemui mamak kamu yang kebetulan juga disini, tapi aku juga ingin  tahu kamu," kata Ucu.
"Siapa yang pergi?" Tanya Ida.
"Orang tuaku," jawab Ucu.
"Tapi aku ingin kepastian dari kamu Ida, apakah kamu mau?"
Ida menunduk.
"Ceritakan saja, aku siap mendengarkan," desak Ucu.
Ida mengangkat kepalanya.Â
Matanya  sayu.
"Saya memang dijodohkan dan orangnya  sekarang bersekolah di Amerika," kata Ida terus terang.
"Orangnya gagah iya," tambah Ucu.
"Tidak tahu," ucap Ida.
"Aku tahu dia lebih gagah dari aku, tapi aku paling serius. "
 Ucu mendesak Ida yang masih diam.
"Jadi, kamu terima tidak? Ia gagah dan saya tidak?" Kata Ucu.
Ida tetap diam.
"Saya tidak terima perjodohan itu."
"Lalu, bagaimana saya ini? Kamu terima saya ya?," Ucu mendesak.
Ida mengangkat kepalanya.
"Kita lihat sajalah nanti," jawab Ida pelan.
"Aku dan keluargaku akan datang melamar kamu." Bisik Ucu.
Ayah Ucu semula tidak terima dengan lamaran melalui Mamak.
"Apa memang begitu?" Tanya ayah Ucu melihat kekerasan hati Ucu.
"Iya," jawab Ucu dengan lemah.
"Apa kamu yakin dia pilihanmu?" Tanya ayahnya lagi.
Ucu mengangguk dan ayah serta ibunya mengalah.
 Ucu menjelaskan sedikit  tentang adat Minang, ayah dan ibunnya mendengarkan dan mengangguk dan mengalah.
Mereka menghubungi mamak Ida. Â Mamak Ida melihat kegigihan Ucu. Mamak setuju dan selanjutnya langsung saja ke orang tua Ida.
Beberapa hari kemudian Ucu memberanikan diri segera melamar Ida. Orang tua Ucu datang kerumah  Ida.
Lamaran Ucu tak begitu saja ditolak apalagi diterima oleh Buya Mi'ad ayah Ida dan Sitti Baheram ibu Ida.
"Ini dilemna yang sulit, tapi saya  juga berpikiran kedepan," kata ayah Ida
 Meski  telah menyiapkan jodoh untuk putri tunggalnya Buya Mi'ad dan Sitti Baheram yang sudah lama merantau memiliki pikiran yang terbuka.
"Sepenuhnya keputusan Ida, " ujar Ayah Ida menunda lamaran itu.
"Kamu harus menunggu," ujar ayah Ucu.
"Berdoa saja," kata ayahnya lagi.
Menunggu dan menunggu, ucu berada dalam keraguan. Apakah akan berhasil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H