Menjadi CEO tidak semudah membalikan telapak tangan.
CEO atau Chief Executive Officer adalah sebuah posisi dengan tanggung jawab yang besar yang ada dalam sebuah perusahaan, seharusnya memang begitu, namun saat ini bagi seorang yang memiliki sebuah usaha maka dia juga merupakan seorang CEO atau bisa dikatakan merangkap semua jabatan dari mulai CEO, sales, produksi hingga packaging dan lainnya.
Apakah orang seperti itu tidak layak disebut CEO?
Tentu saja sangat layak, bahkan penulis berani mengatakan jika orang tersebut adalah "real CEO", karena dialah yang merintis dan mengetahui dengan baik seperti bisnis atau usaha yang dia lakukan, masalah-masalahnya tentu juga dia sudah sangat tahu dan tahu bagaimana cara menyelesaikan masalah yang dia hadapi dan mampu untuk mengantisipasi jika masalah itu terjadi lagi di masa depan.
Tapi akan jadi masalah jika dia menjabat CEO selamanya, karena hal ini menunjukan jika dia tidak mengembangkan bisnisnya menjadi lebih besar sehingga dia tidak bisa memperkerjakan orang lain untuk mengurusi bisnisnya tersebut atau bisa jadi bisnisnya sudah makin besar, namun dia punya "trust issue" dimana dia tidak bisa mempercayakan orang lain untuk menjadi bawahannya.
Kita kesampingkan kasus di atas dan akan penulis bahas di artikel selanjutnya, dalam artikel ini penulis akan coba lebih membahas ke case dimana ada sebuah bisnis atau perusahaan yang sudah cukup establish dan Anda diminta untuk menjadi CEO disana.
Lantas untuk menjalankan perusahaan tersebut dengan baik dan mencapai apa yang telah ditargetkan pada perusahaan dalam wewenang Anda sebagai seorang CEO, maka berikut ini adalah 4 hal yang harus Anda miliki :
Kepemimpinan
Chief memiliki padanan kata pemimpin dalam bahasa indonesia, karena itu kemampuan untuk menjadi pemimpin harus dimiliki sebagai seorang pemimpin.
Tidak hanya untuk menjadi pemimpin dalam perusahaan, kepemimpinan ini juga harus ditunjukan dalam perseorangan, dimana Anda juga bisa bertanggung jawab pada semua hal yang telah Anda lakukan dan menunjukan bagaimana orang-orang bisa percaya pada Anda.
Bicara mengenai kepemimpinan memang terbilang klise, karena akan banyak sosok bisa dijadikan panutan mulai dari Nabi Muhammad SAW, Umar Bin Khatab, Muhammad Al Fatih hingga sosok pemimpin modern macam Steve Jobs, Mark Zuckenberg hingga Elon Musk.
Sosok pemimpin ini akan terus muncul di setiap masa yang berbeda, dan mereka akan menjadi sosok yang ada di masa terdahulunya sebagai inspirasi dan berlanjut terus menerus, jika memang Anda adalah pemimpin yang baik, maka Anda akan jadi sosok pemimpin selanjutnya yang dikenang seperti sosok yang disebutkan diatas.
Dedikasi
Untuk apa memperkerjakan orang yang tidak bekerja dengan sepenuh hati?
Ada banyak orang yang punya skill yang tinggi serta cakap dalam melakukan banyak hal, namun jika dia tidak menunjukan dedikasi pada perusahaannya maka sama saja dengan memperkerjakan sebuah robot atau mesin.
Manusia adalah sesuatu yang lebih kompleks dari sebuah mesin, kita punya emosi dan perasaan yang membuat kita bisa bekerja lebih baik dari mesin, pendekatan yang dilakukan secara manusiawi dan melibatkan perasaan bisa membuat kinerja yang didapatkan lebih bagus daripada kinerja sebuah alat.
Keberanian
Tidak ada gunanya mengikuti seseorang yang penakut?
Saat Anda takut, maka dunia akan menjadi terasa begitu kecil dan sempit, ada banyak kesempatan yang terbuka diluar sana namun Anda punya banyak ketakutan yang membuat Anda tidak mengambil kesempatan tersebut.
Dalam beberapa situasi memang "berani" dan "gila" memiliki perbedaan yang tipis, namun jika Anda bisa memahami situasi dan bagaimana konsekuensinya dari apa yang akan Anda lakukan, maka Anda bisa berbuat  "gila" dan "berani" dalam satu waktu bersamaan.
Empati
Beberapa CEO terlalu abai pada anggotanya.
Bahkan ada CEO yang menganggap karyawan ataupun anggotanya hanya sebagai alat untuk memenuhi tujuannya, ada beberapa factor yang membuat CEO dan anggotanya memiliki jarak sejauh langut dan bumi, seperti tingkat pendidikan, status sosial hingga perbedaan suku.
Bukan bermaksud mengeneralisasi, tapi hal yang paling kentara adalah untuk CEO yang sudah menempuh jenjang magister (S2) dengan anggota atau bawahan yang hanya tamatan sekolah menengah saja, dalam kejadian yang pernah penulis temui, CEO sama selalu saja mengabaikan anggotanya tersebut dan menganggap ucapan dari anggotanya tersebut tidak berarti.
Hingga suatu waktu anggotanya ini memutuskan resign dan membuat pekerjaan yang seharusnya dia kerjakan harus dikerjakan oleh anggota lain yang mengakibatkan kinerja perusahaan menjadi tidak normal dan malah berujung menjadi kerugian.
Penutup
Tulisan ini adalah berdasarkan pengalaman yang dialami penulis setelah bekerja di beberapa perusahaan startup dan berada dalam lingkup dunia startup, semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi rekan semua.
*Tulisan ini akan menjadi bagian pertama dari series artikel yang membahas mengenai CEO dengan tag #CEOStory.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H