Linkedin adalah media sosial untuk menampilkan keahlian professional yang kita miliki.
Bukan hanya karyawan saja yang bisa "show up" di Linkedin, para pengusaha juga banyak yang hadir di Linkedin. Jika para karyawan biasanya menunjukan prestasi dalam pekerjaannya, maka para pengusaha biasanya berbagi cerita inspirasi mengenai perjuangan mereka merintis usaha.
Media sosial berwarna biru tua ini juga efektif untuk Anda yang mencari kerja, karena banyak perekrut yang membagikan informasi mengenai lowongan pekerjaan di Linkedin, pekerjaan saya saat ini juga saya dapatkan karena bantuan linkedin. Karena itu Anda yang saat ini menjadi jobseeker saya sarankan untuk  lebih aktif di Linkedin daripada sosial media lainnya.
Aktif di Linkedin.
Belakangan ini, intensitas saya untuk membuka linkedin makin tinggi, karena tuntutan pekerjaan saya untuk mencari klien dan melakukan "branding" supaya perusahaan start up tempat saya bekerja bisa lebih dikenal banyak orang.
Tak sengaja saya menemukan akun linkedin milik seorang adik tingkat saya selama kuliah, sebut saja namanya Budi, sudah lama sekali saya dan dia tidak bertemu atau berkomunikasi, Budi terbilang aktif di Linkedian, dia kerap berkomentar pada postingan orang lain, serta berbagi informasi mengenai banyak hal.
Saya lihat di keterangan pekerjaannya saat ini, dia sudah bekerja di perusahan pupuk berplat merah. Tempat kerjanya sekarang bukan perusahaan sembarangan, saya pernah beberapa kali mengajukan lamaran kesana namun ditolak, tak disangka junior saya ini sebegitu hebatnya sampai bisa kerja disana, padahal seingat saya, semasa kuliah, kemampuan akademiknya tidak jauh berbeda dengan saya.
Mulailah saya mengirim pesan pada Budi melalui Linkedin, motivasi saya adalah berharap jika Budi bisa memberikan saya rekomendasi untuk bisa bekerja disana hehe.
Budi mulai merespon, kemudian dari pesan ini perbincangan berlanjut via telepon, setelah agak berputar-putar dalam menjawab pertanyaan saya, akhirnya terungkap jika apa yang ada di Linkedin ini tidak sesuai dengan realita.
Ternyata Budi tidak bekerja di perusahaan tersebut dan masih kuliah, tugas akhirnya masih terkendala sehingga dia tak kunjung lulus, namun karena banyak kawannya sudah "pamer" di Linkedin, maka dia juga ingin ikut pamer. Jadilah dia membuat kepalsuan di dunia maya.
Budi menganggap jika Linkedin sama saja seperti media sosial lainnya yang juga berada di dunia maya, setiap orang bisa menjadi siapapun yang mereka inginkan. Lagipula dia merasa tidak merugikan orang lain, semua ini hanya untuk pencitraan dirinya semata.
Media sosial Bukan Dunia Nyata.
Orang seperi Budi ini, sudah sering saya temukan, tapi bukan di Linkedin, dulu saya sering menemukannya di Facebook dan Twitter, saya menemukan orang kerap mengatakan kata-kata kotor dan kasar di media sosial mereka, namun di dunia nyata mereka adalah orang yang sangat pendiam.
Tak sedikit pula yang menggunakan potret orang lain untuk media sosial, dengan tujuan menipu atau tidak mau diketahui siapa dia sebenarnya.
Penutup.
Media sosial adalah kita di dunia nyata.Â
Saya punya prinsip jika media sosial adalah kita yang sebenarnya, bukan kita yang direkayasa, jika memang belum memiliki pencapaian dalam karir tak usah mencantumkan hal palsu pada media sosial Anda.
Media sosial memang diciptakan untuk pamer, namun bukan hanya pencapaian yang bisa Anda pamerkan, Anda juga bisa memamerkan pemikiran atau gagasan Anda mengenai berbagi hal, dan tentu bersikap terbuka jika ada yang tidak sependapat dengan Anda.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H