Mohon tunggu...
Yudi Rahardjo
Yudi Rahardjo Mohon Tunggu... Sales - Engineer, Marketer and Story Teller

Movie Enthusiast KOMIK 2020 | Menulis seputar Worklife, Movie and Hobby

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Senangnya Lebaran Tahun Ini Tidak Mudik

10 Mei 2021   20:02 Diperbarui: 10 Mei 2021   20:10 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Source : freepik.com

Setelah lama menganggur, akhirnya saya bisa bekerja kembali.

Saya diterima bekerja di sebuah perusahaan start up biokimia yang ada di Surabaya dan hari pertama saya mulai bekerja adalah sehari sebelum bulan ramadhan. Karena saya tinggal di Brebes, maka konsekuensinya saya tidak bisa menjalankan ibadah puasa di rumah bersama keluarga dan kemungkinan besar tidak mudik di hari lebaran.

Ingin Lebaran di Rantau.

Saya menerima konsekuensi ini, bahkan saya malah merasa senang jika tahun ini bisa tidak berlebaran di rumah. Bisa menjalankan ramadhan dan berlebaran di perantauan  sudah jadi impian saya sejak lulus kuliah di tahun 2019 lalu.

Alasannya adalah karena saya tak mau mendengar omongan tetangga dan omongan para kerabat yang mengusik saya. Tentu anda sudah tidak asing dengan omongan seperti ini :

"Kok belum kerja ?"

"Udah lulusnya lama, sekarang kerjanya juga susah"

"Kalau lama nggakdapet kerja, nanti nikahnya lama juga"

"Kalo nikahnya lama, bisa nggak pengin nikah lagi"

Bla...bla..bla.

Ilustrasi | Source : freepik.com
Ilustrasi | Source : freepik.com

Untung saya masih bisa menahan emosi dan tidak melumat mereka yang berkata demikian. Berpuasa sebulan penuh memang menjadikan kita jadi individu yang bisa lebih menahan hawa nafsu dan bisa lebih memaafkan.

Tapi situasi seperti itu benar-benar mengusik kenyamanan saya dan saya berharap di lebaran berikutnya  minimal saya sudah tidak menganggur. Sayangnya kondisi ini berlanjut di lebaran berikutnya, tahun 2020 memang saya sudah mendapat pekerjaan, namun kontrak saya berakhir sebelum bulan puasa dan ketika saya sedang mencari pekerjaan, dunia berada dalam pandemic covid-19, jadilah saya menganggur di saat lebaran tahun kemarin.

Kini di tahun 2021 akhirnya saya bisa  lepas dari omongan yang mengusik saya tersebut.

Tapi, eits ada tapi nih, apa yang saya sampaikan diatas hanyalah emosi sesaat, setelah hampir satu bulan di rantau, saya merasa juga yang namanya homesick, kangen dengan suasana ramadhan di rumah, kangen dengan masakan ibu, dan hal lain yang tidak saya temukan di perantauan.

Ibu yang Sakit.

Terlebih mendapat kabar ibu yang sempat sakit, dan sampai tidak puasa beberapa hari, padahal seingat saya, ibu tidak pernah bolong puasa semenjak beliau menopause, bahkan biasanya, ibu langsung melanjutkan untuk berpuasa sunnah di bulan syawal sehari setelah lebaran.

Bisa jadi ibu ini sakit karena ini pertama kalinya saya akan melewatkan lebaran di rumah, meskipuna begitu, ibu tidak mau mengaku, beliau hanya bilang jika dirinya sakit karena kecapekan saja dan bukan karena memikirkan anaknya.

Beliau malah memotivasi saya untuk terus bersemangat di perantauan, kondisi ibu dan bapak baik-baik saja, saya tidak usah memaksa untuk mudik, karena masih banyak virus, jangan membawa virus lagi kerumah.

Ilustrasi | sumber : freepik.com
Ilustrasi | sumber : freepik.com

Beberapa bulan lalu, saat saya resign adalah karena saya harus merawat kedua orang tua saya yang terkena covid-19. Virus itu saya bawa kerumah  karena saya bekerja di pabrik manufaktur di Brebes dan pada akhirnya menginfeksi kedua orang tua saya.

Inilah yang sebenarnya yang membuat saya harus resign dari pekerjaan sebelumnya, saya harus merawat kedua orang tua saya yang melakukan isolasi di rumah sakit.

Penutup.

Orang tua tentu menginginkan yang terbaik untuk anaknya, mereka ingin saya untuk mencari nafkah dan berkembang di perantauan untuk jadi anak yang bisa membanggakan kedua oran tuanya, tapi tetap saja, ternyata jauh dari orang tua di momen penting seperti lebaran ini, adalah hal yang sulit.

Anda mungkin bisa menilai jika saya ini mencla mencle, namun menurut saya ini adalah sifat yang manusiawi, keinginan manusia memang tidak ada puasnya, saat di rumah ingin merantau, saat di perantauan ingin di rumah, hehe.

Salam hangat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun