Mohon tunggu...
Yudi Rahardjo
Yudi Rahardjo Mohon Tunggu... Sales - Engineer, Marketer and Story Teller

Movie Enthusiast KOMIK 2020 | Menulis seputar Worklife, Movie and Hobby

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tak Perlu Jadi Beban, Nikmati Saja Generasi Sandwich

4 Desember 2020   20:08 Diperbarui: 4 Desember 2020   20:26 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Source: freepik.com

 Ya udah nikmatin aja, kan enak sandwich kalo dimakan

Kawan saya yang bernama Seto (bukan nama sebenarnya) memiliki pendapat yang cukup nyeleneh mengenai generasi sandwich. Menurutnya tak masalah jika harus menjadi generasi sandwich, selama memang kita melakukannya tanpa beban dan senang hati.

Lah kok bisa ikhlas dan senang?

Apa Seto ini nggak paham soal pengertian generasi sandwich?

Pengertian Generasi Sandwich. 

Generasi sandwich adalah kondisi di mana seseorang yang sudah memiliki keluarga sendiri, istri dan anak, namun dituntut untuk memenuhi kebutuhan orang tuanya.

Kondisi ini di ibaratkan seperti sandwich atau roti lapis, dimana ada lapisan bagian atas dan ada lapisan bagian bawah yang membuat bagian tengah sandwich terhimpit. Jika lapisan atas di ibaratkan orang tua dan lapisan bawah di ibaratkan anak dan istri sendiri, maka kondisi yang terhimpit oleh lapisan atas dan bawah itu adalah kondisi generasi sandwich.

Iye gue tahu, maksudnya generasi sandwich.

Udah udah nggak usah jelasin panjang lebar, yud.

Diteken sama yang atas, yang bawah juga.

Gue ini generasi  sandwich, tapi ya gue nggak anggep beban sih.

Generasi Sandwich Bukan Beban.

Seto kemudian menjelaskan kondisi keluarganya, bapak ibu Seto ternyata tidak memiliki perkerjaan tetap, mereka dulu punya usaha fotocopy namun mempercayakan usaha tersebut pada orang yang salah, usaha tersebut gulug  tingkar dan mereka bangkrut.  

Kejadian tersebut  terjadi saat Seto masih kecil, demi menghidupi Seto dan adik-adiknya, orang tua Seto bekerja serabutan, mulai dari berjualan mie ayam, nasi padang, beternak bebek dan lainnya, semua mereka lakukan supaya Seto dan adik-adiknya bisa bersekolah dan hidup dengan layak.

Seto kecil hidup berpindah-pindah, dari awalnya di Tangerang, kemudian pindah ke Banjarnegara, lalu ke Jogja, alasan Seto berpindah-pindah karena dia dititipkan kepada  saudara bapak dan ibunya untuk sedikit meringankan beban kedua orang tuanya.

Dari hasil kerja serabutan orang tuanya dan bantuan dari keluarga lainnya, Seto akhirnya bisa menyelesaikan kuliahnya. Dengan perjuangan keras orang tua Seto tersebut, apakah pantas untuk Seto tidak memberikan nafkah sebagai bentuk balas budi untuk orang tua dan adik-adiknya.

Ilustrasi | Source: freepik.com
Ilustrasi | Source: freepik.com

Dilakukan dengan Ikhlas.

Saat ini Seto bekerja di pabrik kertas yang ada di Banten, gaji yang dia dapatkan terbilang cukup besar, namun dia hanya mengambil sebagian kecil gajinya tersebut untuk kehidupanseari-harinya, sebagian besar gajinya dia kirimkan untuk keluarganya.

Saat ini Seto memang bukan generasi sandwich, dia masih belum mendapatkan himpitan dari dua arah, dia hanya memiliki beban untuk memberikan nafkah pada keluarganya, namun bagi Seto, itu bukan beban, dia sudah melihat seperti apa perjuangan orang tuanya untuk dirinya, maka apa yang dilakukan Seto tidak ada apa-apanya. 

Tapi kalo udah nikah terus punya anak bakal jadi generasi sandwich dong,

Ya jangan nikah dulu, ah buru-buru amat, masih beta kok gue ngejomblo wkwk,

Saat  ini prioritas Seto adalah membahagian kedua orang tua dan adik-adiknya, belum ada kepikiran untuk menikah dan memiliki keluarga sendiri.

Yang nanti biarlah nanti, jawab Seto

Ilustrasi | source: freepik.com
Ilustrasi | source: freepik.com

Penutup.

Banyak orang memandang kasus generasi sandwich ini, diakibatkan karena kesalahan orang tua yang tidak bijak dalam mengatur ekonomi, sehingga di masa tuanya akan memberikan tekanan pada anak supaya membiayai kehidupan orang tuanya.

Namun jika kasusnya yang terjadi seperti Seto, di mana bukan keinginan orang tua untuk membebani anaknya jika sudah bekerja, ini sudah beda persoalan, terlebih orang tua Seto, telah mengusahakan yang terbaik untuk Seto.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun