Mohon tunggu...
Yudi Rahardjo
Yudi Rahardjo Mohon Tunggu... Sales - Engineer, Marketer and Story Teller

Movie Enthusiast KOMIK 2020 | Menulis seputar Worklife, Movie and Hobby

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Belajar dari Kopi Petani, Menjalankan Bisnis Harus Terus Berinovasi

29 Agustus 2020   06:28 Diperbarui: 2 September 2020   17:42 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yunan Helmi Zakaria | Dok. Yunan

"Penjualnya ramah, seru juga diajak ngobrol"

Kesan para pembeli setelah mengunjungi toko Kopi Petani yang beralamat di Jalan Timoho I No. 3A, Bulusan, Tembalang, Semarang.

Lokasi tokonya yang berdekatan dengan kampus Universitas Diponegoro (Undip), membuat mayoritas pengunjung di toko yang menyediakan berbagai varian kopi arabika dan robusta ini adalah mahasiswa.

Menurut banyak mahasiswa yang pernah berkunjung, sosok penjual yang ada di Kopi Petani adalah orang yang menyenangkan. Tak cuma memiliki banyak wawasan mengenai kopi, dia juga memiliki banyak pengetahuan mengenai disiplin ilmu di fakultas teknik serta ilmu bisnis dan manajemen.

Sosok penjual ini ternyata adalah pemilik dari Kopi Petani sendiri, namanya Yunan Helmi Zakaria. Pria asal Jepara ini dulunya adalah seorang karyawan di pabrik baja di Ibu kota, Yunan merupakan alumni dari jurusan Teknik Kimia UPN "Veteran" Yogyakarta.

Yunan Helmi Zakaria | Dok. Yunan
Yunan Helmi Zakaria | Dok. Yunan

Dimulai dari Kopi Tempur.

Berawal dari menonton salah satu episode Kick Andy, Yunan ingin menjadi seorang anak muda kreatif yang mampu mengembangkan bisnis dari daerah asalnya, di tahun 2016, Yunan mulai merintis usaha kopi yang kala itu  bernama  "Kopi Tempur".

Dinamakan Kopi Tempur, karena Kopi terebut berasal dari desa Tempur, desa tetangga dari desa tempat tinggal Yunan, dengan dukungan dari para petani kopi di desa Tempur, Yunan yang membawa nama "Kopi Tempur"  untuk mewujudkan impiannya.

Kopi Tempur | Dok. Yunan 
Kopi Tempur | Dok. Yunan 

Sembari menjadi karyawan di pabrik baja, Yunan juga menjalankan bisnis  "Kopi Tempur"secara online, semakin lama usaha Kopi Yunan makin berkembang, dari awalnya hanya menjual varian kopi robusta dari desa Tempur, Yunan mulai menjual berbagai varian kopi lain,  dari  arabika, robusta, hingga paduan, asal dari kopi Yunan juga semakin beragam mulai dari Aceh Gayo, Bajawa Flores, hingga Papua Wamena.

Usaha Kopi milik Yunan berubah nama menjadi "Kopi Petani" dan memiliki tagline "Dari Petani Untuk Indonesia", nama tersebut hadir karena Yunan memang mendapatkan kopi tersebut dari hubungan baiknya dengan petani, seperti halnya Kopi Tempur yang dia dapatkan dari Petani di desa Tempur.

macam varian kopi petani | Dok. Yunan 
macam varian kopi petani | Dok. Yunan 

Memutuskan Resign. 

Tahun 2019, sebuah langkah besar diambil oleh Yunan, Yunan memutuskan mengundurkan diri dari pekerjaannya  dan akan fokus dengan bisnis Kopi Petani miliknya, padahal saat itu Yunan sedang berada di puncak karirnya.

Hidup di Jakarta dengan fasilitas apartemen dan kendaraan serta gaji yang sudah menyentuh dua digit, tentunya membuat hidup Yunan berkecukupan, meskipun hasil bisnisnya dari kopi berkembang dengan baik, namun hasilnya belum bisa menyamai penghasilannya di pabrik baja.  

 "Saya tidak mau terlena dengan selamanya menjadi karyawan, saya ingin menjadi pemimpin dari bisnis yang saya dirikan sendiri" ungkap Pria 29 tahun ini.

Dari Jakarta, Yunan hijrah ke Semarang, alasan Yunan memilih Semarang adalah karena kota lumpia tersebut merupakan kawasan perekonomian yang paling maju di Jawa Tengah, terlebih Tembalang adalah daerah dimana ada banyak anak muda yang mulai menggemari kopi, serta ada banyak kafe yang mulai berdiri yang tentunya akan membutuhan supply kopi dari Kopi Petani.

Kondisi dalam Toko Kopi Petani | Dok. Yunan 
Kondisi dalam Toko Kopi Petani | Dok. Yunan 

Bulan juli 2019 Toko Kopi Petani mulai beroperasi, hanya bermodalkan tekad  kuat saja ternyata belum cukup, ada banyak rintangan yang harus dihadapi Yunan, Yunan memilih waktu yang tidak tepat untuk membuka tokonya, bulan Juli adalah masa libur untuk mahasiswa UNDIP, terlebih Yunan hanya menjual Kopi dalam bentuk bijian dan bubuk, sementara banyak Mahasiswa lebih menyukai kopi yang sudah diseduh seperti kopi susu kekinian yang  saat itu sedang digemari.

Mulailah Yunan mengatur siasat, bagaimana caranya supaya Kopinya bisa disukai oleh mahasiswa, dengan melakukan berbagai percobaan, seperti yang kerap dia lakukan semasa masih menjadi mahasiswa di jurusan Teknik Kimia, Yunan akhirnya menemukan formula yang tepat untuk Kopi seduh dari Kopi Petani.

Kopi seduh yang dijual di Kopi Petani ada 3 varian, yaitu "Kopi Susu Manis", "Kopi Susu Legit", dan "Kopi Original" , satu gelas kopi seduh dari Kopi Petani dihargai 8 ribu rupiah, jauh lebih murah dibandingkan harga kopi seduh di tempat lain yang bisa mencapai belasan hingga puluhan ribu rupiah.

Awalnya banyak yang heran mengapa bisa kopi seduh kopi petani bisa jauh lebih murah daripada harga kopi yang ada di tempat lain, banyaknya yang menyangka karena harganya murah maka kulitas dan rasa kopinya juga murahan, namun tidak demikian, Yunan sudah banyak belajar mengenai kualitas di tempat kerjanya dulu, kopi seduh Kopi Petani merupakan kopi yang enak dengan kualitas terbaik.

Kabar mengenai Kopi seduh dari kopi Petani yang enak, semakin menyebar dan semakin banyak pula orang yang menyukai kopi seduh dari Kopi Petani ini, kini Kopi petani memiliki 3 jenis kopi yang dijual yaitu Kopi Bubuk, Kopi Bijian dan Kopi Seduh.

Bertahan di Tengah Pandemi. 

Pertengahan maret 2020, saat covid-19 dinyatakan sebagai Pandemi dan kegiatan belajar mengaja secara tatap muka ditiadakan, penjualan Kopi Seduh Kopi Petani menurun drastis, mayoritas pelanggan yang merupakan mahasiswa, meninggalkan Tembalang dan pulang ke rumah masing-masing.

  Meskipun menjadi salah satu usaha yang terdampak pandemic covid-19, namun semangat Yunan untuk tetap berjuang mengembangkan bisnis Kopi Petani tidak sirna, Yunan kembali memfokuskan penjualan onlinenya untuk kopi bubuk dan bijian.

"Dalam menjalankan bisnis, kita dituntut untuk terus berinovasi untuk bisa bertahan" kata Yunan.

Bentuk inovasi tersebut adalah Kopi Petani mulai  mengembangkan produk baru non kopi yaitu, "Matcha Latte", "Red Velvet", "Sweet Taro" dan "Caramel Machiato" dengan adanya varian produk non kopi, secara perlahan omzet penjualan kopi petani kembali naik.

Produk Non Kopi dari Kopi Petani | Dok. Yunan
Produk Non Kopi dari Kopi Petani | Dok. Yunan

Sudah memiliki varian non kopi, bukan berarti Kopi Petani tidak fokus lagi dengan produk utamanya, Kopi Petani juga menjual perlengkapan kopi seperti : Vietnam drip, V60 drip, kertas saring, grinder tangan dan lainnya, yang dikhususkan kepada para penikmat kopi supaya bisa menikmati kopi terbaik #dirumahaja.

Penutup.

Dengan inovasi yang terus dilakukan Kopi Petani, maka Kopi Petani menjadi salah satu usaha yang sanggup bertahan di Tembalang, setelah banyak usaha terpaksa gulung tikar akibat krisis di tengah pandemi covid-19 ini.

Kopi Petani dan Yunan mengajarkan kepada kita, supaya jangan terlena, untuk membuat sebuah bisnis bertahan, harus ada inovasi yang dilakukan, selain itu kita harus pintar untuk mengamati situasi serta mau untuk terus belajar dari keadaan, karena hidup ini penuh dengan pembelajaran.

Semoga bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun