Mohon tunggu...
Yudi Rahardjo
Yudi Rahardjo Mohon Tunggu... Sales - Engineer, Marketer and Story Teller

Movie Enthusiast KOMIK 2020 | Menulis seputar Worklife, Movie and Hobby

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Desain Logo HUT Republik Indonesia: Dulu Tidak Kreatif, Sekarang Diskriminatif

14 Agustus 2020   08:14 Diperbarui: 14 Agustus 2020   08:17 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adapun yang dikatakan berbentuk menyerupai salib adalah "supergraphic", supergraphic ini terdiri dari 10 elemen yang merupakan dekonstruksi  logo 75 tahun yang kemudian dipecah lagi menjadi 10 bagian yang merepresentasikan nilai luhur pancasila.

 Logo yang Kian Bermasalah.

Kita tinggalkan dulu terkait isu SARA yang ada di spanduk ini, sebelumnya terkait desain logo HUT RI memang sering menimbulkan perdebatan.

Mengutip dari tulisan milik kompasianer Musa Hasyim dalam tulisannya yang berjudul Mengenang Logo HUT RI dari "Underate" hingga "Overvalue", logo HUT RI dari tahun ke tahun dinilai tidak kreatif.

Jika Mas Musa pernah bertemu langsung dengan Wahyu Aditya, pendiri "Kementerian Desain Republik Indonesia", dan menyampaikan mengenai desain logo HUT RI yang tidak kreati, saya menjumpai pemikiran  mas Wahyu Aditya atau Waditya ini melalui buku beliau yang berjudul "Sila Ke-6,Kreatif Sampai Mati".

Dok. Pribadi 
Dok. Pribadi 

Dalam buku yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka di tahun 2013 ini, beliau mengkritik jika desain logo HUT RI dari tahun 2005 sampai dengan 2011 tidak memiliki unsur kreatif didalamnya karena dari tahun ke tahun hanya menambahkan bendera dan memiliki desain logo yang monoton.

 "Sesuatu yang dirayakan harusnya bersifat dinamis, berani untuk berubah" tulis Waditya dalam bukunya.

Waditya | source : dream.co.id (Dok. Hellomotion) 
Waditya | source : dream.co.id (Dok. Hellomotion) 

Beliau lalu membandingkan dengan desain logo kemerdekaan negara tetangga kita, Malaysia. Desain Logo negeri jiran ini, lebih sederhana, namun lebih kreatif dan berganti setiap tahunnya, sesuai dengan pemikiran Waditya yang mengatakan jika dalam merayakan harus ada perubahan.

Kritik ini baru didengar di tahun 2015, barulah di perayaan kemerdekaan yang 70 tahun, kita bisa melihat desain logo yang lebih sederhana, tanpa adanya banyaknya tumpukan bendera, sebuah langkah kreatif yang patut diapresiasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun