Setiap orang memiliki pacenya masing masing untuk mencapai garis finish, ada yang memiliki pace yang cepat seperi Eliud Kipchoge yang mampu menempuh 42 kilomter kurang dari 2 jam, ada pula yang memiliki pace lambat seperti saya yang baru bisa menempuh 21 kilometer dalam waktu 3 jam hehe.
Lebih lanjut mengenai Eliud Kipchoge bisa anda baca di "Marathon dan Melampaui Batasan Manusia".
Berlari dengan pace yang membuat kita nyaman, tidak perlu memaksakan berlari dengan pace yang cepat jika masih belum mampu, lari marathon adalah lari jarak jauh, yang dibutuhkan adalah kecepatan yang stabil dalam berlari.
Jika berlari cepat di awal maka di akhir lomba akan kehabisan stamina, jika terlalu menyimpan tenaga di awal, dan mengeluarkan semuanya di akhir, maka kita sudah ketinggalan dengan pelari lain.
Sejatinya lari marathon bukan lomba antar pelari, perlombaan yang terjadi adalah perlombaaan melawan diri sendiri untuk mencapai "Personal Best" atau catatan waktu terbaik yang bisa dilakukan untuk mencapai garis finish.
Inilah mengapa medali untuk para peserta lomba lari marathon bukan diberikan hanya untuk mereka yang tercepat mencapai garis finish, medali diberikan kepada semua peserta yang berhasil mencapai garis finish.
Prinsip Lari Marathon dalam Kehidupan.
Kehidupan seperti halnya berlari marathon, meskipun kita memulai di garis start yang sama dengan orang orang yang sebaya dengan kita, namun tidak semua orang bisa berlari dengan pace yang cepat, tidak semua orang memiliki kemampuan yang sama, satu orang dengan yang lain memiliki kemampuan yang berbeda.Â
Semua orang memiliki pacenya masing masing untuk mencapai garis finish, jika kita masih terus membandingkan diri kita dengan orang lain, maka kita tidak akan pernah puas dan hanya mengejar bayangan semu.