Siapa tak kenal makanan ini ?
Makanan berupa gumpalan bola dan begitu nikmat saat disantap menjadi favorit banyak orang di setiap suasana, apalagi disaat momen lebara dimana semua orang sedang berkumpul menyambut hari kemenangan.
Sebenarnya tidak ada kaitan spesial antara bakso dengan momen lebaran, karena makanan yang identik dengan lebaran di Indonesia adalah ketupat, karenanya tak heran jika saat ada ucapan selamat hari raya lebaran, atau gambar lain yang menunjukan suasana lebaran, ketupat lebih dipilih daripada gambar bakso.
Kebiasaan makan bakso dihari lebaran biasanya dilaksanakan diwaktu siang hari , biasanya seusai shalat ied, para warga bersilaturahim ke tempat keluarga, setelah bersilaturahim maka para warga mengunjungi warung bakso untuk melepas lapar sembari berbincang hangat ditemani kenyalnya bakso yang disantap.
Munculah sebuah  pertanyaan,
Kenapa bakso ?
Karena bakso bentuknya bulat dan kenyal jika dimakan, ini melambangkan hubungan kekeluargaan yang erat dan tak berjarak
Itu hanya jawaban asal dari saya saja hehe, penjelasan filosofi mengenai bakso tentu saya juga tidak mengetahui, asumsi saya adalah karena bakso adalah makanan yang disukai hampir semua kalangan.
Ramainya warung bakso saat lebaran sudah menjadi tradisi, salah satu warung bakso yang ada dekat dengan desa bernama "Warung Bakso Ojo Lali" setiap lebaran pasti akan menambah kapasitasnya dengan menyulap halaman SD yang berada di sebelahnya menjadi bagian dari warung bakso tersebut.Â
Tahun Ini Berbeda.
Sayangnya pemandangan warung bakso yang ramai tak bisa ditemui di lebaran tahun ini, dikarenakan adanya pandemic covid 19, terlebih salah satu warga dari desa saya ada yang kabur dari Jakarta menjadikan desa saya zona merah covid-19.
Cerita lengkapnya bisa anda baca di "Mendadak Lockdown, Warga Desa Sengon Tak Bisa Shalat Ied Berjama'ah"
Saya berkesempatan berbincang dengan pemilik warung bakso ojo lali, menurut beliau pendapataannya pengunjung di tahun ini sangat menurun, bangku bangku yang telah disediakan di halaman SD menjadi percuma.
Penurunan pengunjung ini terasa semenjak bulan ramadhan lalu, jika biasanya di akhir bulan ramadhan banyak warga yang mudik, dan buka puasa  bersama (bukber) di warung bakso tersebut, pada tahun ini tidak terjadi hal tersebut, karena kebanyakan orang tidak mudik.
Malam takbiran memang cukup ramai, tapi tetap tak seramai tahun tahun sebelumnya, dan saat diumumkan jika desa tetangga ada yang positif covid-19. Para pengunjung langsung mengurungkan niatnya untuk mengunjungi saudaranya
"Duh kayong ana-ana bae"
Ungkap si pemilik usaha warung bakso ini, kalimat bahasa jawa ngapak ini artinya dalam bahasa Indonesia adalah "duh, ada ada saja",
Penutup.
Covid-19 semakin saja merajalela, banyak orang yang merasa dirugikan, kini bukan hanya orang saja, tapi makanan juga turut dirugikan, bakso yang menjadi makanan favorit lebaran kini terpaksa tak bisa dinikmati di  momen spesial hari raya ini.
Bulan ramadhan telah pergi tapi si covid-19 ini masih juga belum mau pergi dari kehidupan kita, apakah memang kita tak bisa untuk membinasakan covid-19 ini ? hingga nantinya covid-19 ini akan terus ada dan kita lah yang mengubah kehidupan kita dan kebiasaan makan bakso favorit kita menjadi kehidupan baru bernama "The New Normal" ? Â ah entahlah
Tentu kita berharap yang terbaik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H