Mohon tunggu...
Yudi Rahardjo
Yudi Rahardjo Mohon Tunggu... Sales - Engineer, Marketer and Story Teller

Movie Enthusiast KOMIK 2020 | Menulis seputar Worklife, Movie and Hobby

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi PNS Itu "Kutukan"

20 November 2019   22:42 Diperbarui: 20 November 2019   22:46 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PNS, Sources : bkpsdm.serangkab.go.id

"wis daftar pns ?"

Sebuah pesan whatssapp masuk, di layar tertulis "ibu". Padahal semalam saya sudah berbincang via telepon dengan beliau dan mengatakan jika website pendaftaran PNS  masih down, dan belum bisa diakses, dan sekarang saya sedang bergegas untuk berangkat kerja.

"Kutukan" yang Turun Temurun

Saya lahir dari keluarga PNS, atau lebih tepatnya keluarga guru, menjadi PNS seperti "kutukan" . Karena setiap generasi menjadi PNS, sehingga menjadi PNS seperti mendarah daging dalam keluarga saya, kakek saya dari pihak ayah, adalah guru begitupun ayah saya,  kakak perempuan saya juga, baru lolos menjadi PNS, di seleksi tahun lalu.

Karena sedari kecil sudah terbiasa menulis kolom pekerjaan orang tua dengan PNS yang  merupakan singkatan pegawai negeri sipil, saya malah merasa aneh jika menggantinya  dengan aparatur sipil Negara atau ASN, yang sebenarnya sama saja, hanya saja biar terlihat mengikuti perkembangan zaman maka namanya diganti.

Sewaktu saya kecil memang cita cita saya menjadi PNS, selain karena tumbuh di  keluarga PNS, lingkungan saat saya bersekolah juga dipenuhi oleh anak anak yang mempunyai keluarga PNS, sehingga pengetahuan saya hanya berkutat mengenai PNS. 

Saya pikir profesi terbaik adalah sebagai PNS.Memang keluarga kami tidak bisa dibilang kaya raya, tapi sangatlah berkecukupan menurut saya, ada gaji tetap tiap bulannya yang sudah diakumulasikan dengan tunjangan untuk anak dan istri PNS, ditambah ada uang pensiun di masa tua nanti.

Bercita Cita Menjadi PNS

Tetapi cita cita saya tidak ingin menjadi guru, dulu saya ingin menjadi karyawan perpajakan, karena memang ada kerabat saya yang kerja disana, dan bisa dikatakan hidupnya sesuai definisi "kaya raya" yang saya impikan, untuk itu, dari kecil sampai SMA cita cita saya adalah bisa masuk STAN, Sekolah Tinggi Akutansi Negara.

Tapi tuhan berkehendak lain, saya gagal saat seleksi masuk STAN, sehingga saya harus mengubur mimpi saya untuk menjadi  karyawan perpajakan. Pada akhirnya saya berkuliah di sebuah kampus swasta yang ada di Yogyakarta.

Kuliah di Yogyakarta ini adalah titik balik saya, pandangan mata saya terbuka, ada banyak profesi selain PNS yang bisa membuat hidup juga sejahtera, ada banyak perusahaan swasta yang mau menggaji karyawannya dengan gaji yang jumlahnya berkali kali lipat daripada gaji ayah saya sebagai PNS.

Profesi freelance juga ternyata menarik, kita tidak perlu bekerja sepanjang waktu dengan seragam dan waktu yang ditentukan, bisa suatu waktu bekerja, bisa juga suatu waktu bersantai dan berlibur dan menikmati waktu luang. 

Selain itu profesi sebagai wiraswasta juga sangat menarik perhatian saya, kita menjadi bos untuk diri kita sendiri, tanpa perlu ada yang mengatur. Meskipun resiko untuk merugi dan bangkrut tentu saja akan selalu ada, tapi itulah kehidupan, tidak semuanya bisa berjalan lancar.

Saat ini saya adalah seorang freelance,  meskipun   saya  bekerja di salah satu BUMN, tapi statusnya hanyalah  karyawan kontrak yang masa kontraknya akan berakhir tidak lama lagi, saya lebih menyukai menyebut diri saya sebagai freelance dalam bidang menulis, karena saya lebih suka menulis review tentang suatu tempat atau mengikuti lomba kepenulisan. 

Penutup

Saat ini saya belum memiliki pekerjaan yang tetap, itulah kenapa kedua orangtua saya sangat menginginkan saya untuk menjadi PNS, memang tidak ada paksaan, tapi hamper tiap hari ditanyai seperti itu, tentu sama saja dengan paksaan yang diperhalus.

Pada akhirnya saya tetap mendaftar, tapi saya tidak berharap banyak,jika memang nasib saya harus menjadi PNS, saya akan terima,tapi kesenangan saya untuk menulis tidak akan berhenti.  

Jika nantinya tidak lolos, hidup harus terus berlanjut, saya tetap menjadi penulis freelance serta akan mencari pekerjaan lain. Saya juga akan membuktikan kepada keluarga saya, jika tanpa menjadi PNS, saya mampu untuk hidup sejahtera.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun