Mohon tunggu...
yudi howell
yudi howell Mohon Tunggu... Freelancer - Active Social Media User

Female, live in Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Stalking

9 Juni 2020   12:28 Diperbarui: 9 Juni 2020   13:09 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by yudi howell/ dokpri

Tetapi jujur saja, aku menginginkan kami menjalin relasi seperti itu walaupun itu tampaknya masih jauh untuk terwujud. Aku tidak bisa menebak apa yang Samuel pikirkan tentang aku. Kumenduga, apa yang dia pikirkan tidak senada dengan yang aku pikirkan tentang dia. Kadang-kadang aku merasa dia cemburu jika ada lelaki lain dekat denganku, kadang dia sangat gembira jika bertemu aku, kadang dia seperti berlaku romantis, tetapi perilaku yang berlawanan juga sering terjadi. 

Sering kami bertengkar untuk soal yang menurutku sepele. Sepele, karena mungkin bagi orang lain hal seperti itu tidak jadi persoalan. 

"Tolong deh Ross, kamu gak perlu unggah-unggah fotoku di medsos." Begitu Samuel chatting aku pagi-pagi.
"Loh emang kenapa? Semua orang memang tidak suka mengunggah sendiri fotonya. Lebih bergengsi jika diunggah oleh orang lain."
"Ya, aku tidak seperti kebanyakan orang."
"Tapi ini foto dokumentasi, bukan foto untuk narsis. Saya simpan di medsos supaya aman. Toh tak ada yang privat di situ. Malah bisa untuk promosi organisasi kamu dengan kegiatan yang kamu lakukan."
"Ya..tapi gak perlu pakai video."
"Tadi yang kamu persoalkan foto, sekarang video. Yang mana yang membuat berat?"
"Gak usah semuanya."
"Tapi ini dokumentasi sekaligus promosi. Jaman sekarang, promosi tidak perlu beriklan. Cukup dengan soft advertising kayak gini ini."
"Ah sudahlah. Pokoknya aku gak suka saja."

Lalu dalam beberapa hari dia menghilang. Tidak muncul baik nyata maupun maya. Dalam situasi begitu, biasanya di kepalaku akan bermunculan banyak pertanyaan. Ada apa dengan dia? Masih marahkah? Atau aku bukan prioritasnya? Atau dia sedang sibuk chatingan dengan cewek lain. Yang terakhir inilah yang membuat aku gundah gulana. 

Sering tidak bisa tidur nyenyak, makan tidak selera, bekerja juga tidak nyaman. Lalu aku selama ini dianggap apa jika pada akhirnya dia menjalin relasi dengan cewek lain? Kadang-kadang jika kulihat foto-fotonya yang terkumpul banyak di lap topku, air mata menitik tanpa sengaja. Sedih. Seperti kehilangan kekasih. Ah...kekasih...hubungan kami tidak jelas. HTS, kata anak remaja sekarang. Hubungan Tanpa Status. Tapi memang ada hubungan tanpa status? Siapa tahu Samuel menganggapku hanya teman, sementara aku berharap terlalu banyak. 

"Please, jangan panggil aku dengan Afgan lagi." suatu pagi tanpa masalah dia kirim pesan di Whatsapp.
Ah...pagi-pagi dia sudah bikin masalah.
"Kenapa baru sekarang kamu persoalkan?"
"Aku juga tidak akan memanggilmu Rossa." lanjutnya.
"Kenapa?"
"Aku gak suka aja."
"Kenapa baru sekarang kamu tidak suka dengan panggilan itu?"

Lalu chatnya menghilang beberapa hari. Selama itu pula aku tetap 'mengawasi' dirinya melalui unggahan dia atau foto atau komen dari orang lain yang di'tag'kan ke timeline. Hanya ada beberapa foto dan komentar, tetapi menurutku tidak penting. Serius...situasi seperti ini membuatku kangen sekali padanya. Tapi apa dia berpikir sama denganku ya? Dia kangen? Atau justru tidak memikirkan aku sama sekali? Oh Tuhan...sepertinya aku sudah jadi 'bucin' singkatan budak cinta, istilah remaja sekarang untuk menggambarkan perasaan tergila-gila pada orang lain. 

***

Kesibukanku yang bertumpuk-tumpuk membuatku pikiranku terbagi, tidak lagi melulu diisi oleh si 'Afgan'.  Agak tenang sebetulnya, walaupun kalau pas sendirian di rumah, bucin-ku muncul lagi dan menggila. Luar biasa. Kuakui... aku tetap jatuh cinta padanya sekalipun komunikasiku dengan Samuel terjadi untuk hal-hal yang penting saja. Hanya kali ini, Facebook-ku memberi tahu sesuatu. Postingan Samuel di sana. Terpampang nyata di depan mata. 

Empat foto besar-besar dirinya. Ya Tuhan...ini sih foto narsis. Ternganga dan kecemburuan yang luar biasa menghinggapiku. Ada apa dengan dia? Sedang jatuh cintakah sehingga akun medsosnya hidup lagi dengan postingan foto-foto diri. Jiwaku sebagai stalker sejati menggeliat lagi. Kupelototi dan kubaca pelan-pelan captionnya. Kalimat pertama...gak penting...kalimat ke dua gak penting. Kalimat ketiga..."Thanks ya, @Afgan Syahreza. Jepretannya bagus banget."  

Astaga....siapa Afgan? Afgan betulan? Kutarik lagi tatapanku ke bawah. Banyak sekali komen. Dan ada komen dari si Afgan Syahreza itu, "Sama-sama, kak."  Kakak? Memanggil Samuel dengan sebutan kakak? Samuel punya adik? Sepertinya tidak. Jadi siapa si adik Afgan ini? Jari-jariku ini langsung lincah menekan tombol klik pada nama Afgan Syahreza. Cover fotonya pemandangan alam. Gunung...bukit-bukit...sungai. Kugulung ke bawah....banyak sekali foto...Ya Tuhan...ya Tuhan....mataku melotot satu demi satu, foto demi foto...jantungku berhenti berdetak, darah berhenti mengalir, paru-paru berhenti memproduksi oksigen. Foto-foto itu.....foto berdua semua, Samuel dengan laki-laki yang dipanggilnya dengan Afgan Syahreza.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun