“Bukan kekayaan yang aku cari,” kata Han.
“Jangan sok idealis,” ujar Si Tanpa Nama
“Memang itu kenyataannya. Aku menulis karena aku suka, karena aku mencintainya,”.
“Tapi, apa yang kau suka, apa yang kau cinta tidak mampu mendatangkan kebahagiaan,”.
“Kenapa kau bilang begitu?” tanya Han.
“Buktinya, disaat kau membutuhkan sejumlah dana, kemampuan menulismu tidak bisa membantu. Tidak ada yang bisa kau tulis. Ide pun kosong. Sudahlah, hilangkan keinginanmu untuk menjadi seorang Penulis,” ujar Si Tanpa Nama.
“Lantas?” tanya Han
“Merampok saja. Dalam sekejap, kau akan mendapatkan uang yang kau perlukan. Banyak orang di luar sana yang bisa dijadikan korban,” kata Si Tanpa Nama.
“Cukup...cukup...! Kau bukan temanku. Kau Iblis!” hardik Han sembari memukul kesana kemari.
Braaakk...Kepala Han terbentur lantai. Tiba-tiba ia sudah berada di kolong tempat tidur. Ia terbangun. Ternyata Han bermimpi. Diusapnya kepalanya perlahan.
Sekelebat, sesuatu melintas di benaknya. Ya, semakin jelas. Ide tersebut akhirnya datang juga. Langsung dibuka laptopnya. Jari-jemarinya dengan lihai menekan tuts yang menghasilkan sebuah tulisan pada layar monitornya. Karya tulis tersebut diberinya judul “SI TANPA NAMA”.