Mungkinkan harapan ini terwujud? Sejujurnya cukup berat, tetapi bukan tidak mungkin dilakukan. Sebagai gambaran untuk layanan psikologi klinis di Indonesia, ketersediaan tenaga psikolog klinis yang bertugas di fasilitas pelayanan kesehatan dasar (puskesmas atau klinik) masih sangat terbatas.Â
Merujuk dari data Ikatan Psikolog Klinis Indonesia (IPK Indonesia), per 12 Oktober 2020 tercatat ada 2.782 anggota IPK yang tersebar di seluruh Indonesia (IPK Indonesia, 2020).Â
Dari jumlah tersebut, lebih dari separuhnya berpraktik di Pulau Jawa. Sisanya tersebar di wilayah selain Jawa dengan penyebaran yang belum merata.
Dengan terbatasnya jumlah psikolog klinis dan belum meratanya distribusi praktik, apa yang dapat dilakukan untuk mewujudkan akses layanan kesehatan mental bagi semua orang?
Layanan Daring sebagai Dukungan Psikologis Awal
Situasi pandemi mengurangi akses layanan psikologi secara langsung, khususnya layanan individual seperti konseling dan psikoterapi. Bagaimana tidak, aktivitas konseling psikologi berbentuk percakapan langsung dan dilakukan dalam jarak kurang dari dua meter.
Ini jelas sangat berisiko bila dilakukan dalam kondisi pandemi. Alternatifnya, layanan psikologi dialihwujudkan secara daring lewat bantuan teknologi.Â
Bila kita berbicara dalam konteks kesehatan mental dan psikologi klinis, maka area layanan psikologi yang dimaksud adalah upaya promotif, preventif, kuratif, hingga rehabilitatif. Promosi isu kesehatan mental dapat dilakukan secara massal lewat media sosial atau kegiatan seminar daring.Â
Sementara isu kuratif yang harus ditangani secara individual dapat dilakukan lewat telepon, pesan teks, dan atau video. Pengecualian layanan psikologi tatap muka di masa pandemi dapat dikenakan terhadap kondisi darurat psikologis, seperti melukai diri sendiri, keinginan/percobaan bunuh diri, kehilangan kontrol diri (marah yang tak terkendali), masalah tidur selama lebih dari tiga hari berturut-turut, dan perasaan depresif/sedih mendalam tanpa sebab yang jelas (IPK Indonesia, 2020).
Kondisi darurat tentu tak dapat ditangani secara daring.
Layanan daring bukan isu baru dalam dunia psikologi. Namun sebelum pandemi, popularitas layanan daring belum mampu menyalip layanan luring.