Mohon tunggu...
Yudi Kurniawan
Yudi Kurniawan Mohon Tunggu... Administrasi - Psikolog Klinis, Dosen

Psikolog Klinis | Dosen Fakultas Psikologi Universitas Semarang | Ikatan Psikolog Klinis Indonesia | Contact at kurniawan.yudika@gmail.com | Berkicau di @yudikurniawan27 |

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Keluarga, Impian, dan Perayaan Kematian di Film "Coco"

2 Desember 2017   22:09 Diperbarui: 3 Desember 2017   16:31 7165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film yang baik dapat menghibur, namun film yang luar biasa mampu menginspirasi. Ya, inspirasi. Itulah yang saya rasakan kala menyaksikan Coco, film animasi produksi Disney Pixar yang disutradarai dan ditulis naskahnya oleh Lee Unkrich. Sebelum mengarahkan Coco, Unkrich pernah terlibat dalam proyek Monster Inc, Toy Story 2, Finding Nemo, dan menjadi sutradara Toy Story 3. Jadi tak mengherankan bila Coco memiliki alur cerita khas Pixar, sederhana namun bermakna.

Setelah pada 2015 Pixar sukses dengan Inside Out yang meraih penghargaan Oscar dan menampilkan ide cerita unik, Coco hadir dengan latar cerita yang tak kalah segarnya, yaitu budaya Meksiko dan konflik keluarga yang apik. Sebenarnya hampir semua film garapan Pixar (bahkan sebelum diakuisisi oleh Disney) berkualitas baik, terutama dari sisi alur cerita dan keindahan visual. Namun ada beberapa film animasi besutan Pixar yang saya kategorikan di atas rata-rata dan sangat menyentuh, yaitu trilogi Toy Story, Wall-E, Up, Inside Out, dan tentu saja Coco. Well, apa sih istimewanya Coco?

Pilih Keluarga atau Cita-Cita?

Adalah Miguel Rivera, anak laki-laki Meksiko yang mencintai musik dan ingin menjadi musisi terkenal seperti idolanya Ernesto de La Cruz. Celakanya, keluarga Miguel sangat membenci musik. Bahkan mereka tak mengizinkan ada musik dalam bentuk apa pun di rumah. Usut punya usut, kebencian itu disebabkan oleh sikap kakek buyut mereka yang seorang musisi namun tidak bertanggungjawab terhadap keluarganya. 

Akibatnya, Mama Imelda, nenek buyut Miguel, harus bekerja sebagai pembuat sepatu demi menghidupi anaknya yang bernama Coco. Sejak itulah, seluruh anggota keluarga Rivera berprofesi sebagai pembuat sepatu, kecuali Miguel.

Miguel senang sekali bercerita tentang keinginannya menjadi musisi kepada Mama Coco, ibu dari neneknya, meskipun Mama Coco sudah pikun dan tidak banyak berbicara. Mama Coco adalah anggota keluarga Rivera tertua yang masih hidup. Dalam diamnya, ternyata Mama Coco menyimpan satu rahasia keluarga yang akan terkuak di akhir film   

Dalam budaya tradisional Meksiko, ada perayaan Dia de los Muertos atau hari perayaan kematian. Perayaan tersebut dilakukan untuk menghormati anggota keluarga yang telah meninggal. Orang Meksiko percaya bahwa pada Dia de los Muertos,roh keluarga datang mengunjungi mereka yang masih hidup.

Hari perayaan kematian seharusnya menjadi acara kumpul keluarga, tapi tidak untuk Miguel. Dia memilih untuk mengikuti audisi musisi di alun-alun kota. Diam-diam Miguel keluar rumah dengan membawa gitar buatannya. Malang, usaha Miguel sia-sia karena ketahuan oleh neneknya. Dihakimi oleh seluruh anggota keluarganya supaya tidak lagi bermusik, Miguel lepas kendali dan mengucapkan sesuatu yang menyakiti hati neneknya. Demi mengejar impiannya menjadi pemusik, Miguel kabur dari rumah. Dan petualangan pun dimulai!

moviefreak.com
moviefreak.com
Animasi Memukau dan Alur Cerita Apik

Tanpa sengaja, Miguel memasuki alam roh karena terkena kutukan akibat mencuri benda kepunyaan orang yang sudah meninggal. Miguel awalnya bingung karena dia tidak terlihat oleh orang lain, namun bisa melihat keluarganya yang telah meninggal. Demi menghapus kutukan, Miguel dibawa menuju dunia orang mati untuk bertemu Mama Imelda, leluhur keluarga Rivera.

Perjalanan menuju dunia orang mati merupakan salah satu scene terbaik di film ini. Ailh-alih menyeramkan, dunia orang mati digambarkan penuh warna dan keceriaan layaknya kehidupan biasa. Orang yang mati tetap memiliki pekerjaan layaknya orang hidup. Mereka bahkan memiliki tempat tinggal dan pestanya sendiri. 

Namun keistimewaan itu hanya dimiliki oleh orang mati yang fotonya dipajang di ofrenda (semacam altar untuk mendoakan keluarga yang telah meninggal). Jika tak ada lagi keluarga yang mengingat mereka, para roh tersebut akan lenyap selamanya.

Di dunia orang mati, Miguel ingin bertemu dengan Ernesto de la Cruz yang sangat dikaguminya. Di tengah perjalanan, dia bertemu dengan Hector, orang mati yang tak bisa ke dunia karena dilupakan oleh keluarganya. Hector berjanji akan membantu Miguel bertemu de la Cruz, asalkan Miguel mau menaruh fotonya di ofrenda supaya kembali ada yang mengingatnya.

Miguel pun dicari-cari oleh keluarganya yang telah mati. Bila tak kembali ke dunia orang hidup sebelum matahari terbit, maka selamanya Miguel akan berada di dunia kematian. Dasar keras kepala, Miguel tak putus asa dan terus berusaha bertemu dengan de la Cruz. Pertemuan yang dinantikan itu pun tiba. Dibalik rasa bahagianya karena bisa bertemu sang idola, Miguel menyadari ada rahasia besar dalam keluarganya. Apa rahasianya? Siapa de la Cruz sebenarnya? Apakah Miguel bisa mewujudkan mimpinya untuk menjadi musisi? Segera tonton saja filmnya ya, hehe.

Keluarga adalah Segalanya

Coco adalah film tentang kasih sayang keluarga yang tak lekang oleh waktu. Bahkan ketika berbeda dimensi pun, keluarga masih tetap menyayangi dan saling melindungi. Saya pikir itu adalah nilai-nilai universal yang juga diyakini oleh banyak kebudayaan di seluruh dunia. Itulah kekuatan film garapan Pixar yang selalu mengambil pengalaman universal banyak orang. 

Ingat Toy Story dengan ide cerita mainan kesayangan dan kesetiakawanan? Atau Up yang mengangkat cerita tentang kekuatan cinta pada pasangan? Siapa yang tak tersentuh ketika menyaksikan ending Up dan Toy Story 3? Begitu pula dengan Coco, bahwa keinginan meraih cita-cita tak harus mengorbankan cinta kita kepada keluarga. Bahwa cita-cita adalah sesuatu yang harus diperjuangkan dan keluarga adalah harta paling berharga yang harus dipertahankan. Seperti lirik lagu Remember Me yang dinyanyikan oleh Miguel: Remember me, though I have to say goodbye / Remember me, don't let it make you cry / For even if I'm far away, I hold you in my heart ....

Tak salah bila Coco memperoleh rating 8,9/10 dari IMDB dan 97% dari Rotten Tomatoes. Saya ingin memberikan rating 9,5/10, tapi... saya turunkan jadi 9/10 karena ada film pendek Frozen yang menurut saya kurang pas disandingkan dengan Coco. Lagipula, film itu terlalu panjang bila disebut film pendek, hehe. Tapi ya sudahlah, kita nikmati saja filmnya. So, enjoy the movie.

SEMARANG, 2 Desember 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun