Di Liga Inggris, West Ham United hanyalah sebuah tim medioker. Jauh kemana-mana kalau dibandingkan dengan raksasa Liga Italia, Juventus maupun Inter Milan.Â
***
Dari catatan sejarahnya saja klub yang bermarkas di London Stadium ini belum meraih satu gelar liga utama Inggris sejak klub berdiri tahun 1895.
Prestasi yang pernah didapat oleh klub yang memiliki warna jersey merah marun kombinasi biru ini adalah Juara piala FA (3 kali) 1964, 1975, 1980; satu kali juara Charity Shield / Community Shield 1964 (juara bersama Liverpool), Â Piala Winners (1) 1965 dan Piala Intertoto (1) 1999
Jujur saya juga bingung kalau ditanya begini, kenapa saya suka West Ham? saya tidak tahu alasannya kenapa. Apalagi sebagai besar teman-teman saya mengenal saya sebagai fans Inter Milan.
Lucu juga sih, tapi kalau mau dengar ceritanya akan saya kasih tahu. Jadi begini kawan.Â
***
Seperti kebanyakan anak-anak kecil di Indonesia, saya tumbuh bermain sepak bola dan bermimpi menjadi pemain sepak bola profesional. Sayangnya ternyata saya tidak cukup baik untuk berkarir secara profesional. Namun, saya tidak pernah berhenti mencintai dan memainkan permainan ini.
Meskipun saya gagal menjadi pemain sepakbola beneran, jalur hidup saya tidak berubah dan sekarang saya hanyalah seorang suporter dan penikmat sepak bola.
Kesukaan saya pada klub sepakbola diawali ketika pertama suka sama Juventus, entah itu tiba-tiba dapat ilham dari mana, maklum itu terjadi waktu saya masih bocah awal-awal masuk SD lah di sekitar pertengahan 90an lah.
***
Singkat cerita, waktu itu mama saya lagi punya rezeki dan mau membelikan jersey bola. Namun sebelumnya mama bertanya kepada saya, mau dibelikan jersey warna apa? karena saya ga ikut ke pasar dan mama memang tidak tahu soal klub bola Eropa, yang beliau tahu hanya Persib Bandung.
Kemudian saya jelasin ke mama ingin dibelikan jersey Juventus yang motifnya putih hitam belang-belang. Taaapiii.. setelah dibelikan Mama, jerseynya salah ...OMG, ternyata yang dibelikan Mama adalah jersey Inter yang warnanya biru hitam belang-belang.
Lalu kecewa dong saya, tapi ya sudahlah terima saja dosa dong menolak pemberian dari orang tua. Nah, selepas memiliki Jersey Inter itu kemudian saya berubah haluan untuk menjadi fans Inter apalagi waktu itu ada pemain asal Brazil, Ronaldo Nazario da Lima menjadi bintangnya dan sampai saat ini Ronaldo tetap menjadi idola saya.Â
Seiringnya berjalan waktu saya jadi begitu fanatik sama Inter, dan pada suatu ketika teman saya yang sering membeli tabloid olahraga main ke rumah dengan membawa tabloid olahraga itu. Awalnya saya tidak begitu tertarik tapi lama-lama jatuh cinta juga untuk membaca tabloid itu.
Setelah rutin membaca, saya coba untuk membeli sendiri tabloid olahraga dengan menyisihkan dari uang jajan sekolah, apalagi waktu itu kebetulan ada tabloid yang mengkhususkan pada sepakbola yakni, Tabloid Soccer baru terbit.
Sampai sekarang pun saya masih ingat tabloid tersebut, meskipun fisiknya entah ke mana. Nah dari rutin membeli dan membaca tabloid itu saya kemudian kesengsem sama West Ham dengan pemain terbaiknya kala itu Rio Ferdinand, itu terjadi waktu saya sudah menginjak bangku SMP di tahun 1999.
Akan tetapi saya tidak terlalu mengikuti perkembangan klub yang berasal dari premier league itu, karena zaman itu Liga Italia lebih booming daripada Liga Inggris. Maka saya pun lebih memilih intens ke Liga Italia dengan Inter-nya.
Sampai saya lulus dari SMP di tahun 2001 kemudian melanjutkan ke STM saya lebih dikenal sebagai fans Inter. Selepas lulus dari sekolah kejuruan pada 2004, kemudian saya memilih untuk bekerja dan merantau ke Jakarta mengikuti Ua (kakak mama saya) yang memiliki tempat usaha di Ibu Kota.
Di Jakarta saya tetap melanjutkan kegilaan saya pada sepakbola, bahkan makin menjadi dengan sering rutin membeli koran, tabloid dan majalah tentang sepakbola. Bahkan ketiga media ini pernah saya beli sekaligus dalam satu hari. Di situlah tumbuh kembali kesukaan saya pada West Ham United.
Kesukaan saya pada West Ham sebenarnya bukan karena nemu profilnya di tabloid. Tapi karena sejak dulu saya punya kecenderungan dengan tidak suka terlihat sama dengan teman-teman lain, tidak suka dinilai ikut-ikutan dan semacamnya.
Apalagi di saat Inter sedang seret prestasi seperti saat ini, itulah yang membuat saya putar haluan. Karena setiap hari percakapan tidak jauh-jauh dari kehebatan tim Juventus dan AC Milan yang merajai Liga Italia ataupun Manchester United di Liga Inggris. Jenuh.
Saya yang selalu ingin tampil beda dari teman-teman akhirnya memicu untuk memiliki tim andalan dari level medioker agar gengsi, pikiran dan hati tidak meledak karena sebuah kecemburuan sosial terkait capaian prestasi klub-klub besar itu. hahaha
Dan semakin saya menjadi minoritas dan semakin saya menikmatinya. Keterusan jadi suka beneran, dan cinta beneran sama West Ham.
Sisi lainnya, entah kenapa dari kesukaan yang tidak disengaja pada West Ham saya melihat jiwa proletariat pada klub ini, yakni kaum buruh ketika West Ham bermain. Warna marun dan loyalitas suporternya langsung membuat saya jatuh cinta.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI