Saya yang selalu ingin tampil beda dari teman-teman akhirnya memicu untuk memiliki tim andalan dari level medioker agar gengsi, pikiran dan hati tidak meledak karena sebuah kecemburuan sosial terkait capaian prestasi klub-klub besar itu. hahaha
Dan semakin saya menjadi minoritas dan semakin saya menikmatinya. Keterusan jadi suka beneran, dan cinta beneran sama West Ham.
Sisi lainnya, entah kenapa dari kesukaan yang tidak disengaja pada West Ham saya melihat jiwa proletariat pada klub ini, yakni kaum buruh ketika West Ham bermain. Warna marun dan loyalitas suporternya langsung membuat saya jatuh cinta.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H