Sepanjang babak pertama, Atalanta kerap mampu mendikte para pemain muda Liverpool di lini belakang dengan melancarkan serangan bergelombang.
Meskipun cukup mendominasi permainan seolah para penyerang Atalanta masih nampak kesulitan menembus kotak penalti Liverpool, bahkan bola kerap terblokir sebelum sampai ke hadapan kiper, The Reds Alisson Becker.
Demikian pula dengan tim tuan rumah yang juga kesulitan untuk bisa menembus garis pertahanan Atalanta. Babak pertama berakhir dengan skor kacamata 0-0.
Pada babak kedua, baik Liverpool maupun Atalanta tetap tak menurunkan tempo permainan. Keduanya masih memperagakan permainan cepat dari kaki ke kaki.
Malapetaka bagi Liverpool pun datang pada menit ke-60, gol pertama dari Atalanta tercipta oleh Josip Ilicic yang kemudian digandakan Robin Gosens empat menit berselang.
Usai kebobolan dua gol ini Liverpool memasukkan lima pergantian pemain, seperti Diogo Jota, Roberto Firmino, Fabinho, dan Andy Robertson. Tapi mereka tidak bisa berbuat lebih, hingga pertandingan usai skor 0-2 bagi kemenangan Atalanta.
Kemenangan Atalanta ini membuat mereka menjadi tim Italia pertama yang menang di Anfield sejak Udinese dalam pertandingan Liga Europa pada Oktober 2012.
***
Nah, ketika Liverpool kalah, ada sebuah pesan yang seharusnya ditangkap dan dipahami oleh para fans medioker. Bahwa tim besar yang penuh bintang dan trofi yang bejibun akan kalah juga dengan kerja keras dan permainan yang memikat seperti Atalanta ini.
Jadi jangan suka minder kalau klub kebanggaan kita itu hanya tim medioker, tak perduli orang lain mau bilang apa. Sepakbola itu hiburan, jadi kalau kita sudah merasa terhibur buat apa juga dipikirkan atau dibawa baper. Enjoy
Tapi kalau secara teknik kala menghadapi Atalanta, Liverpool seperti sedang inkonsisten, tidak percaya diri, membuang peluang (eh ga ada shot on goal malahan mah), larut dengan emosi, dan ada sedikit perasaan meremehkan lawan.