Kala siang menyambut, itulah waktunya saya untuk beristirahat dari rutinitas bekerja, tak ketinggalan saya kembali mengambil HP, sebelum mengeceknya tetiba seorang teman menelepon.
"Bos, lagi dimana," tanyanya.
"Di Jakarta bos, ada apa?" jawabku heran.
"Aduh, udah tau belum si Maman meninggal, itu di grup sekolah kita udah rame," ucap dia lagi.
" Innalilahi, yang benar aja pan, yaudah saya akan buka grup dan cari informasi," kataku terkaget.
Kemudian telepon terputus karena memang kita sepakat untuk mengakhiri panggilan telepon tersebut, tak lama setelah itu saya cek grup WA sekolah ternyata benar. Maman sahabatku telah meninggal dunia.
Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Telah berpulang sahabatku yang telah aku kenal puluhan tahun. Perjuanganmu melawan penyakit selama 6 bulan sudah selesai kawan. Tak ada lagi sakit yang kau keluhkan, tenanglah di alam sana. Selamat jalan sahabatku.
Maman, kepergianmu meninggalkan dunia ini, kakimu tak lagi berpijak di bumi ini, suaramu tak lagi menggelombang di udara, dan tingkah lucumu tak mungkin lagi kusaksikan.
Andai kamu tahu kawan, aku menulis ini dalam tangis berderaian air mata mengingat semua cerita yang pernah tercipta. Sampai-sampai yang biasa habis sahur dan sholat subuh saya langsung tidur, kali ini tak kulakukan malahan tak bisa kembali tertidur.
Andai kamu tahu kawan, sekujur tubuhku bergetar, darahku membuncah hingga ke kepala, sesekali ingin rasanya kuberteriak tak mampu membendung kenyataan yang ku pikir itu terlalu cepatnya, sesekali ku mengigau dalam ku menulis, belum pernah rasanya aku menulis dengan keadaan seperti ini, kawan.
Kemudian saya berpikir, mungkin bukan ucapan selamat ulang tahun yang seharusnya saya ucapkan. Karena umurnya sudah berhenti, tepat ketika ia mengembuskan napas terakhirnya pada Senin, 27 Januari 2020. Mungkin memperingati hari kelahirannya lebih tepat.