Mohon tunggu...
Yudi Kurniadi
Yudi Kurniadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja

Pekerja konstruksi dan penikmat sepakbola yang lagi suka menulis. Here We Go!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Maaf Pak Jokowi, Saya Ngeyel!

20 April 2020   19:53 Diperbarui: 20 April 2020   20:00 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pekerja proyek tetap bekerja ditengah pandemi Covid-19. (Foto: youtube/kerja dolan)

Malam ini, sembari menulis tulisan ini saya terharu karena menemukan sebuah video viral yang dimana seorang ibu yang tengah berjualan dipinggir jalan, digeruduk oleh bapak Polisi di daerah Kecamatan Cisoka, Kabupaten Tangerang, Banten.

Di dalam video berdurasi 2 menit itu, pedagang yang menjajakan pakaian dalam itu diketahui seorang ibu bernama Yernis dan berasal dari Padang, Sumatera Barat, ia menangis sambil mengungkapkan isi hatinya kepada dua anggota polisi tersebut yang menemuinya.

"Kalau bisa Pak, kalau boleh ya Pak ya. Saya mewakili ibu-ibu, kami butuh makan Pak, anak kami masih kecil-kecil. Di luar, kami mati karena corona, di rumah kami mati kelaparan Pak," ungkapnya di dalam video tersebut itu.

Ya Allah, ternyata keadaan sudah sedemikian memprihatinkan. Sebelumnya memang pemerintah mengimbau semua warga untuk tinggal di rumah, sebagai cara memutus penyebaran virus Corona atau Covid-19. Namun bagaimana bila tak punya penghasilan dan tak berbekal apa apa.

Ditengah pandemi Covid-19 di Indonesia, semua warga waspada dan hati-hati. Situasi demikian mampu mengalihkan perhatian siapa saja, dan apa yang terjadi disekitarnya.

Dilansir dari situs web resmi www.covid19.go.id yang merupakan Informasi Resmi Pemerintah terkait pandemi Covid-19 yang dikelola oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemkominfo RI) hingga 20 April 2020 terdapat 6.760 kasus positif Covid-19, terdapat 747 pasien yang sembuh, dan 590 pasien yang meninggal di Indonesia.

Nestapa Pekerja Informal

Ketika pegawai kantoran di Jakarta mulai bekerja dari rumah akibat penyebaran virus corona, para pekerja informal masih harus terus beraktivitas di pabrik, berkeliling kota membawa antaran, dan bertemu banyak orang setiap hari.

Rentan terpapar virus corona karena tak bisa mengisolasi diri selama pandemi, kesehatan sebagian besar buruh garmen, tukang las, tukang bangunan, kurir, dan pegawai restoran itu juga tidak ditanggung pemberi kerja.

Pilihan banyak dari mereka termasuk saya sendiri kini terbatas antara bekerja keluar rumah demi tetap berpenghasilan atau mengkarantina diri dan menganggur di rumah. Banyak yang tidak memiliki rekening bank dan hanya mengandalkan uang tunai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.

Banyak dari kami sendiri merupakan pekerja migran, yang berarti bahwa kita secara teknis adalah penduduk dari daerah yang berbeda dengan tempat kami bekerja. Imbauan untuk kerja dari rumah, seolah tidak berlaku bagi kami.

Kami tak punya banyak pilihan. Di tengah wabah pandemi Covid-19 saat ini, keluar atau diam di rumah sama-sama bisa berpotensi menyebabkan kematian. Mati karena Corona atau mati kelaparan.

Dalam kalangan kami hal ini menjadi biasa terjadi. Sementara banyak kalangan kelas menengah ke atas dan keluarga kaya tetap di rumah bersama dengan berkecukupan bahkan keliling kota mengendarai mobil tanpa harus keluar dari depan kemudi.

Bahkan berdasarkan data statistik menurut portal berita The Washington Post, menunjukkan bahwa masyarakat berpenghasilan rendah menanggung beban epidemi ini.

Bahkan saat ini, kota-kota besar seperti Jakarta telah menerapkan status Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk memutus mata rantai penyebaran corona, tentunya hal ini akan menyulitkan orang-orang berada yang baik hati untuk membantu kaum miskin kota yang terdampak corona secara langsung.

Belum lagi selama pemberlakuan aturan tersebut, seluruh aktivitas masyarakat dibatasi termasuk pedagang kecil menengah yang tidak boleh berjualan selama PSBB, maupun para pekerja proyek harian yang dimana tempat kerjanya dilarang beraktivitas bahkan beberapa orderan pun di cancel.

Tak terhitung banyaknya orang-orang yang sekarang kehilangan pekerjaan, dan banyak keluarga dibiarkan berjuang untuk makan. Bahkan mereka semakin terjepit, kala pemerintah memberikan imbauan kepada masyarakat perantau, agar tidak mudik di tengah pandemi Covid-19 saat ini, pasalnya mereka memiliki potensi untuk membahayakan keluarga maupun orang-orang di kampung halamannya.

Meskipun ada pengecekan suhu tubuh pada beberapa posko kesehatan di sepanjang jalur yang dilewati, Covid-19 dapat dibawa seseorang tanpa gejala. Lantas apabila mereka tidak mudik, darimana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari?

Disinilah sebenarnya tugas Pemerintah kepada warganya sesuai konstitusi yaitu melindungi segenap bangsa dan memajukan kesejahteraan umum, kalau kemudian karena pandemi Covid-19 ini amanat tersebut tidak dijalankan dengan baik, jangan sampai pemerintahan gagal menjalankan amanatnya.

Kita hanya bisa berharap wabah pandemi corona ini bisa cepat selesai, sambil mengulurkan tangan baik secara individu, kelompok maupun pemerintah secara tepat sasaran demi mencegah masyarakat miskin jatuh tersungkur dan kehabisan napas.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun