"Sebagai sebuah karakter, sikap disiplin tidaklah ada begitu saja. Perlu waktu lama dan berulang-ulang untuk menumbuhkannya. Disiplin ya disiplin. Bukan sebagai bentuk pemaksaan atas suatu hal. Ia dibutuhkan agar tercipta keteraturan diantara komunitas. Tanpa adanya kesepakatan tertentu, maka tinggal menunggu kerusakan atau kehancurannya.."
Disiplin sesungguhnya adalah hal mudah. Tak perlu pemahaman yang dalam agar mengerti bagaimana bertindak sesuai dengan kesepakatan yang dibangun itu karena sesungguhnya komitmen agar melaksanakan kesepakatan dimaksud itulah yang dinamakan disiplin. Tak ada perbedaan gender dari pelaku disiplin, semuanya mempunyai kewajiban yang sama.Â
Lingkungan sekolah adalah laboratorium kehidupan yang diantara salah satu perannya adalah membentuk karakter disiplin melalui pelaksanaan kesepakatan yang tertuang dalam peraturan dan tata tertib sekolah.Â
Sebuah aturan yang dibuat agar warga sekolah mempunyai visi yang sama, terstandarisasi, dan tentu saja telah melalui serangkaian pengujian oleh pihak sekolah terhadap kemampuan siswa dalam memenuhi aturan tersebut.
Dalam beberapa literatur penelitian, disiplin yang dimaksud adalah disiplin positif. Sebuah upaya mengontrol perilaku agar mempunyai karakter yang baik, yang dibentuk melalui sebuah hubungan dialogis, imbal balik.Â
Hidayat (2020) mengatakan bahwa disiplin positif adalah proses pendisiplinan melalui komunikasi yang jelas tentang harapan, aturan dan batasan serta melalui sikap keramahan, empati, hak asasi manusia, dan kesopanan.Â
Mengubah Mindset.
Penegakan disiplin dalam menjalankan aturan bukanlah suatu pemberian hukuman. Disiplin harus keluar dari hati yang paling dalam. Penuh kesadaran.Â
Sebagai sebuah bentuk perasaan bertanggung jawab kepada sebuah komunitas. Berbeda dengan hukuman yang berfokus pada perilaku negatif, merupakan pemaksaan untuk mengubah perilaku agar melakukan sesuatu yang diwajibkan.Â
Disiplin diberikan dengan penuh kesungguhan dan kasih sayang. Sebaliknya, hukuman dilakukan dengan tegas, dan cenderung keras. Dalam disiplin apabila tidak bisa dicapai, masih ada pemaafan,namun tidak dengan hukuman meskipun keduanya berprinsip sebagai sebuah tindakan korektif.Â
Dan yang lebih penting, disiplin dapat membantu mengembangkan dan meningkatkan hati nurani pelaku dalam mengontrol tingkah lakunya (Blachfod dan Mani, 2015). Sehingga pendekatan disiplin tidak boleh berdasarkan threats of violence (Zaini dalam Reni, Endang, dan Dasim, 2017)
Mengubah pandangan bahwa penghukuman adalah sebuah tindakan pendisiplinan bukanlah pekerjaan mudah. Dalih mendisiplinkan sebagai bentuk pemberian hukuman agar siswa berubah tingkah lakunya seringkali dipergunakan. Sehingga sering ditemukan tindak kekerasan yang berujung perbuatan yang menyakitkan.
Penegakan disiplin semata-mata merupakan upaya sadar agar tercipta keteraturan dan, ini yang utama, menumbuhkan karakter bertanggung jawab dan konsisten.
Keteladanan
Secara konseptual ada faktor-faktor yang memengaruhi disiplin, kesadaran, pengikut, dan teladan. Terdapat keterkaitan yang erat antara anggota komunitas dan penegak disiplin, yakni adanya keteladanan berupa contoh yang ditunjukkan oleh seorang pemimpin sebagai sosok yang akan dijadikan dasar perilaku.Â
Sosok tersebut wajib melaksanakan kesepakatan itu dengan benar dan bisa dibuktikan dalam perilaku sehari-hari. Adanya kesadaran untuk mengikuti perilaku tanpa adanya paksaan inilah yang akan membuat siswa mematuhi kesepakatan itu.Â
Perintah yang jelas dan spesifik serta mudah dimengerti juga merupakan contoh pelaksanaan disiplin. Sederhananya, perintah yang dituangkan dalam setiap aturan dan tata tertib tertulis berlaku bagi semuanya.Â
Jika saat istirahat telah usai, maka siswa harus segera masuk kelas, yang kemudian segera disusul gurunya. Demikian pula bagi gurunya, ia harus segera ke kelas, bukan malah melakukan kegiatan lain, yang sebetulnya bisa dilakukan saat istirahat tadi. Larangan terlambat masuk sekolah, berlaku juga untuk guru.
Konsekuensi
Pelanggaran disiplin tentu harus ditangani, karena konsekuensi-konsekuensi tertentu manakala ia tidak ditaati. Bahwa ada risiko yang terjadi apabila kesepakatan itu dilanggar.Â
Si Pelanggar menyadari bahwa apa yang telah dilakukannya itu berakibat tertentu. Di dalam disiplin juga tak ada yang namanya toleransi, karena justru akan memperlemah atau membuat pelaku menjadi permisif atas perilaku indisiplinernya serta memberikan peluang-peluang untuk dilanggar.Â
Penegakan disiplin adalah upaya untuk memberi pemahaman bahwa siapapun wajib bertanggung jawab atas perbuatan yang sengaja dipilih untuk dikerjakan. Tentu ketegasan ini tidak identik dengan legalisasi kekerasan, karena merupakan upaya membangun kesadaran bahwa pelanggar akan menghadapi banyak orang yang ada dalam lingkungan tempat dia berada.Â
Sehingga diharapkan ia akan berusaha memperbaiki perilakunya agar dapat diterima oleh lingkungannya tersebut. Bentuk pemberian hukuman dalam penegakan disiplin harus mampu menumbuhkan karakter positif, memperkaya pengalaman jasmani dan rohaninya, serta bermanfaat bagi diri pribadi dan orang lain. Bukan sekadar menakuti, memalukan, atau tindakan yang membawa dampak negatif bagi pelanggar disiplin
Konsisten.Â
Disiplin harus dilakukan secara konsisten, terus menerus, sebagai bagian dari penguatan karakter. Apabila dilakukan dengan cara yang menyenangkan dan penuh kesadaran, ditambah adanya penghargaan bagi pelaksanaannya, disiplin akan menjadi hal yang menarik, yang lambat laun akan meningkatkan kesadaran dirinya untuk bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H