Obat dari dokter ini, telah sangat membantuku bertahan hidup. Pekerja malam sepertiku harus bisa mengandalkan diri sendiri. Aku tak begitu bernafsu untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya namun dari pemberian pelangganku sudah lebih dari cukup. Hidupku hanya untuk menjalankan sumpah itu. Tak peduli itu suami orang, kekasih sahabat atau pejabat negara sekalipun. Kebanyakan mereka yang memakai aku, juga mengeluhkan tentang istri yang tidak lagi memuaskannya. Ada juga yang sering keluar kota bertemu dengan selingkuhannya yang juga seorang rekanan pengadaan. Namun bila lagi di Jakarta, dia selalu minta bertemu di bandara, seks singkat gitu ceritanya.
**
Menjadi pemuas nafsu lelaki di setiap malam, tak membuatku ikut menikmati kepuasan itu. Setiap kali selesai kerja, aku terkadang tersenyum bahwa aku tak sendiri. Semua lelaki di dunia ini sama. Mereka hanya memikirkan perut dan dibawah perut. Istri-istri yang setia itu tidak pernah tahu kalau suami-suaminya telah juga mencumbuiku berkali-kali. Alasan lembur dan banyak proyek yang harus dikerjakan di kantor begitu mudah diterima oleh para istri itu.Â
**
"Eli, malam ini ada klien gak?" tanya mamiku yang biasa jadi perantaraku dengan pelanggan.
"Gak mi. Kenapa?"
"Ada yang mau booking satu malam. Namanya Dedi. Berani mahal dia "kata mami semangat.
Dedi? Kok seperti nama mantan suamiku dulu sih. Ah, gak mungkin. Dia khan sudah hepi sama istri barunya. Tapi apa salahnya aku terima orderan ini.
"Oke mami. Aku terima. Jam 11 malam ya, aku nanti datang ke hotelnya." kataku memastikan.
**
Tepat jam 11 malam.Â