Mohon tunggu...
Yudi Hamdan Dardiri
Yudi Hamdan Dardiri Mohon Tunggu... Guru - Matematika

SMPN 2 Talaga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Intisari Visi Guru Penggerak dan Budaya Positif

8 Juni 2022   23:03 Diperbarui: 8 Juni 2022   23:21 1306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam Visi Guru penggerak diperlukan kematangan diri untuk menyadari dan memanfaatkan segala potensi diri. Kamatangan diri untuk mencapai tujuannya. Ada beberapa hal yang menonjol dari pribadi yang dapat dilihat dari pribadi-pribadi yang telah memiliki kamatangan diri di antaranya:

  • Pribadi yang telah mampu membagi waktu. Di tengah bertumpuk pekerjaan yang harus terselaikan ia tetap dapat menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu.
  • Ketika dihadapkan dari berbagai pilihan yang sama benar, ia mampu memilih skala prioritas. Pekerjaan mana yang harus didahulukan dan boleh ditunda dulu.
  • Dengan segala kekuatan yang dimilikinya, ia mampu menggerakkan pihak lain untuk berkolaborasi melakukan perubahan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.
  • Pribadi yang mampu menyusun visi yang menggerakkan dirinya sendiri dan orang lain untuk melakukan perubahan. 

Visi yang tersusun dari kata (teks) yang mampu mengeksploitasi makna. Visi yang mampu mendorong untuk mencapai tujuan-tujuan dan prakarsa perubahan. Visi yang diselaraskan dengan pendekatan inkuiri apresiatif dan menggunakan tahapan BAGJA. 

Inkuiri apresiatif merupakan proses yang dilakukan untuk menggali segala potensi yang dimiliki anak disesuaikan dengan kodrat anak masing-masing. Inkuiri apresiatif melibatkan kolaborasi dan berbasis kepada kekuatan yang dimiliki. Inkuiri apresiatif memaksimalkan segala potensi individu dan komunitas dan memaksimalkan kekuatan menjadi kekuatan yang sangat luar biasa untuk melakukan perubahan.

 berbagi pengalaman dan mempertajam pengetahuan tentang bagaimana membentuk dan membiasakan serta menumbuhkan budaya positif di lingkungan sekolah. Budaya positif tersebut berawal dari penanaman hal-hal positif di lingkungan kelas. Bagaimana murid belajar dengan nyaman dan menyenangkan tanpa ada keterpaksaan. Bagaimana murid mendapatkan hak-hak bagian 

peran yang sama tanpa dibeda-bedakan. Murid diberikan kekeluasaan untuk mengungkapkan ide-ide, Harapan, dan mimpi-mimpi untuk menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, dirindukan oleh para murid, 

serta memberikan ketenangan kepada mereka untuk mendapatkan pengalaman belajar dan pengetahuan di dalam kelas. Hal tersebut bisa tercapai berawal dengan murid mengungkapkan segala hal positif 

yang dituangkan dalam Kertas yang ditempel dan dijadikan sebagai pengingat para murid di dalam kelas. Nah itulah yang disebut dengan keyakinan kelas tidak ada lagi penghukuman jadi murid tidak merasa tertekan 

ketika melakukan sesuatu hal yang keliru tapi bagaimana murid menjadi sadar sendiri bahwa apa yang dilakukan oleh mereka harus segera diperbaiki. 

Di kelas murid ketika melakukan sebuah kesalahan atau kekeliruan mereka secepat mungkin dengan kesadaran sendiri melakukan sebuah konsekuensi yang dibuat oleh mereka sendiri. Itulah salah satu cara untuk menanamkan nilai-nilai positif di kelas.

 Ketika di kelas sudah menjadi sebuah kebiasaan dan kesadaran dalam melakukan hal-hal yang baik pada saat mereka berada di luar kelas pun tanpa perlu lagi ada paksaan tanpa lagi ada ketakutan 

Mereka sudah terbiasa melakukan hal-hal positif. Hal-hal positif yang tertanam di kelas dan terbiasa dilakukan akan terbawa di dalam kehidupan sehari-hari di luar lingkungan kelas sehingga hal-hal positif akan menjadi budaya positif bagi sekolah.

Selanjutnya, selain dengan keyakinan kelas sebagai salah satu penanaman nilai-nilai positif di dalam kelas, untuk menciptakan budaya positif di sekolah guru pun harus bisa berperan sebagai manajer. Guru harus mampu menjalankan kontrol kelasnya. Guru menjadikan posisi sebagai pengontrol dari keberlangsungan terciptanya lingkungan kelas yang memberikan kenyamanan kepada seluruh murid tanpa dibeda-bedakan. 

Guru memberikan perlakuan yang sama baik kepada laki-laki kepada perempuan, kepada yang memili ke kemampuan yang lebih dari temannya ataupun murid-murid yang memiliki keterbatasan baik dari segi fisik 

dari segi kemampuan tetap diberlakukan sama. Mereka memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pelayanan prima dari gurunya. Guru bisa menjadi teman berbagi pengetahuan dan pengalaman bagi murid-muridnya. 

Di sana guru tidak lagi menjadi pusat pengetahuan dan pembelajaran Tapi semua warga yang berada di dalam kelas tersebut, baik itu murid ataupun guru menjadi sumber pembelajaran dan menjadi subjek pengetahuan. 

Dengan manajerial guru, pembelajaran tidak lagi terpusat kepada guru akan tetapi muridlah yang menjadi pusat pembelajaran tersebut. Murid menjadi sumber pembelajaran. Murid menjadi sumber pengalaman. Murid menjadi sumber pengetahuan bagi seluruh warga kelas.

Selain itu, dalam Modul Budaya positif juga guru harus mampu mengambil sebuah siasat dalam Menindaklanjuti terhadap apa-apa yang terjadi pada murid. Murid yang melakukan kesalahan seperti mencontek, bolos sekolah, mengobrol Atau kesalahan-kesalahan lainnya maka guru menjalankan restitusi dan ketika misalkan Murid memiliki sebuah permasalahan atau sesuatu hal yang 

harus ada solusi atau harus ada keputusan maka guru mampu memerankan dirinya sebagai coach bagi mereka. Guru mampu menggali potensi-potensi kekuatan-kekuatan yang ada dalam murid itu sendiri. 

Dengan beberapa pertanyaan reflektif guru mampu menggali apa yang menjadi potensi murid tersebut, sehingga dengan potensi murid tersebut murid dapat menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa harus diberikan arahan 

untuk menyelesaikannya ataupun tidak mencontoh terhadap pengalaman-pengalaman gurunya. Murid menyelesaikan masalah dengan kekuatan dan potensi yang dimiliki oleh mereka sendiri dan 

guru hanya mampu dan berusaha untuk melejitkan setiap potensi yang dimiliki oleh murid-muridnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun