2. Pengaruh nilai-nilai yang tertanam dalam diri terhadap pengambilan suatu keputusan
Setiap guru seyogyanya memiliki nilai-nilai positif yang sudah tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai positif yang mampu mempengaruhi dirinya untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid.Â
Nilai-nilai yang akan membimbing dan mendorong pendidik untuk mengambil keputusan yang tepat dan benar. Nilai-nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh  ketika kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada situasi dilemma etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar.Â
Keputusan tepat yang diambil tersebut merupakan buah dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif akan mengarahkan kita mengambil keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan yang mampu memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik.Â
Nilai-nilai positif mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid adalah manifestasi dari pengimplemtasian kompetensi social emosional kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran social dan keterampilan berinteraksi social dalam mengambil keputusan secara berkesadaran penuh untuk meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang bakal terjadi.
3. Kegiatan terbimbing yang dilakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil dan pengambilan keputusan yang efektif.
Coaching menjadi salah satu proses yang dilakukan guru untuk membuat keputusan yang tepat dan efektif dalam menggali potensi peserta didik. Coaching  membantu guru menjalankan proses menuntun murid mendapatkan kemerdekaan belajar dan melejitkan potensi yang dimilikinya. Eksplorasi potensi murid terjalankan dalam proses coaching.Â
Pengambilan keputusan yang tepat dengan resiko yang sekecil-kecilnya terlaksana dengan coaching. Pertanyaan-pertanyaan reflektif muncul dalam proses coaching. Pertanyaan tersebut menstimulus kerja otak peserta didik untuk bekerja secara maksimal dan melakukan metakognisi untuk menentukan sebuah keputusan yang diambil dari hasil penggalian potensi mereka. Keputusan sendiri yang tepat dan benar sebagai solusi dari permasalahan yang dihadapi.
Ada peran guru sebagai coach untuk untuk membangkitkan dan memunculkan semaksimal mungkin potensi peserta didik untuk mampu menyelesaikan masalah sendiri apalagi masalah yang termasuk dilemma etika dan bujukan moral. Pendidik sudah sepatutnya menyisihkan waktunya untuk menjalankan proses coaching untuk menciptakan kondisi pendidikan yang berpihak pada murid dan mengutamakan kepentingan peserta didik. Kondisi yang menstimulus murid untuk berkembang sesuai dengan kodratnya masing-masing.
4. Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik
Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan peserta didik dapat tercipta dari tangan pendidik yang mampu membuat solusi tepat dari setiap permasalahan yang terjadi. Pendidik yang mampu melihat permasalahan dari berbagai kaca mata dan pendidik yang dengan tepat mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilemma etika ataukah bujukan moral.Â