Manfaat 5 kompetensi sosial-emosional berbasis kesadaran penuh
1. Kesadaran Diri - Pengenalan Emosi
Kita mengetahui dan mengenal bahwa setiap manusia memiliki enam emosi dasar yaitu sedih, takut, bahagia, jijik, kaget dan marah. Setiap emosi tersebut biasanya muncul akibat dari pengaruh budaya, proses berpikir dan bereaksinya fisik. Pengenalan emosi yang muncul di diri kita akan membantu merespon kondisi yang terjadi pada diri. Sangat pentinglah kita untuk mengenal emosi-emosi tersebut sehingga kita bisa mengambil langkah solutif untuk menghadapinya. Â Â
2. Pengelolaan Diri -- Mengelola Emosi dan Fokus
Pengelolaan diri sangat penting dan sangat dibutuhkan untuk menfokuskan segala tenaga dan pikiran terhadap  pekerjaan mana yang akan diselesaikan terlebih dahulu. Satu demi satu pekerjaan diselesaikan. Sebanyak apapun bertumpuknya pekerjaan, kita harus tetap memfokuskan untuk mengerjakannya satu-satu.
3. Kesadaran Sosial - Keterampilan Berempati
Kita belajar memposisikan diri merasakan apa yang orang lain rasakan, melihat sudut pandang dari sisi orang lain, perasaan-emosi orang lain kita pahami dan kita kenali sehingga sisi objektivitas yang muncul merendam subjektifitas diri. Melihat bukan dari kaca mata kita akan tetapi dari kaca mata orang lain. Kita pahami dan kita kenali mengapa orang tersebut mengambil sebuah tindakan, sikap dan pemikiran yang terkadang menurut kita itu tidak sesuai
4. Keterampilan Berhubungan Sosial - Daya Lenting (Resiliensi)
Hidup kita tidak pernah terhindar dengan apa yang dinamakan masalah, pekerjaan, tanggung jawab, dan tantangan. Sepatutnya sebagai manusia dan pemimpin diri harus mampu belajar merespon tantangan tersebut dengan strategi produktif dan sehat. Membuat kondisi kembali ke keadaan semula, merecoveri diri menjadi pribadi yang lebih kuat menghadapi sebuah tantangan dan mampu bangkit dari keterpurukan. Hidup harus terus dilalui dan terus melangkah menuju hal yang lebih baik dan terus mengumpulkan kekuatan untuk menyelesaikan setiap permasalahan. Kita yakin dan optimis mampu menghadapi dan melalui tantangan tersebut.
5. Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab
Setiap keputusan yang diambil pasti ada konsekuensi yang harus dihadapi sekecil apapun itu. Kita hanya berusaha bertingkah laku dan bergaul dengan yang lainnya mengikuti standar tata susila, kenyamanan, ketentraman, ketenangan dan aturan yang ada di masyarakat. Seyogyanyalah kita belajar tumbuh sebagai pribadi yang penuh tanggung jawab dan lebih berresilience untuk menghadapi konsekuensi tersebut.
Contoh penerapan kompetensi sosial-emosional berbasis kesadaran penuh yang terapkan pendidik
1. Â Kesadaran Diri - Pengenalan Emosi
Semua guru apalagi wakil kepala sekolah pasti mengalami bertumpuknya pekerjaan yang harus ditanggung dan diselesaikan. Belum lagi pekerjaan rumah apalagi kalau istri sedang sakit makin menumpukkan pekerjaan. Suatu waktu  pernah diberikan tugas yang menurut saya cukup berat seperti menjadi panitia acara perpisahaan kelas 9 dan kenaikan kelas 7 dan 8, selain itu harus juga memenuhi tanggung jawab pribadi dalam keluarga yang menyebabkan berada dalam situasi stress. Dengan bertumpuknya tanggung jawab secara sadar muncul gejolak emosi tertentu seperti marah karena yang kerja terlihat cape dan yang nyantai tidak membantu juga ada. Muncul juga kecewa kepada ketua panitia dan Kepala sekolah karena tidak menegurnya malah ikut duduk dan mengobrol dengan yang tidak bekerja sedangkan kita sibuk ke sana kemari untuk mengenyelesaikannya. Akhirnya muncul perasaan takut bagaimana jika kegiatan ini tidak berjalan lancar dan sukses.
2. Pengelolaan Diri -- Mengelola Emosi dan Fokus
Di tengah kesibukan melaksanakan rutinitas mengajar dalam kelas, terkadang ada satu waktu yang berbentrokan dengan acara lain seperti mempersiapkan anak-anak untuk kegiatan perkemahan jadi harus bulak balik keluar. Belum lagi di kelas dihadapkan dengan indisplinier yang dilakukan anak dalam kelas. Kita dituntut untuk mendisplinkannya dengan cara yang empati, belum lagi adminitrasi guru yang belum selesai. Di sisi lain, ada beberapa siswa yang mengeluhkan dengan terlalu banyak guru yang memberikan tugas. Jika pada saat itu saya harus memberikan tugas juga kasihan kepada mereka. Tetapi jika saya membiarkan anak-anak yang akan pergi ke perkemahan tanpa didampingi saya bagaimana juga. Apa kata yang lain masa Pembinannya sendiri tidak mendampingi. Jadinya bingung mana yang harus diselesaikan terlebih dahulu.
3. Kesadaran Sosial - Keterampilan Berempati
Pada saat jam pelajaran matematika dimulai, semua sibuk mengeluarkan bukunya dan sibuk menyerahkan pekerjaan rumah untuk diperiksa saya. Ada satu siswi yang biasanya dia juga ikut sibuk tapi malah diam dan minta izin untuk ke toilet padahal sebelum pelajaran PJOK yang mungkin ganti baju di toilet. Tanpa bertanya apa-apa saya izinkan karena kebetulan saya juga disibukkan dengan memeriksa hasil pekerjaan siswa lainnya. Pemeriksaan hampir selesai dia belum juga datang. Setelah saya periksa ada satu siswa yang nilai pekerjaan rumahnya kosong ternyata benar saja siswi tersebut ke toilet untuk menghindar atau mungkin takut karena tidak mengerjakan pekerjaan rumah. Setelah beberapa saat pelajaran dimulai dia baru masuk kelas untuk mengikuti pelajaran. Awalnya saya mau menegurnya langsung tapi coba menahan dan coba menenangkan diri dulu, ada apa dengan siswi tersebut tidak biasanya dia tidak mengerjakan pekerjaan. pada saat jam pelajaran saya memanggilnya untuk mengajak diskusi dan megobrol setelah mengobrol panjang lebar ternyata adiknya sedang sakit dan menangis terus sehingga harus menggedongnya terus. Saya tanya kenapa sama Siska mamah kemana. Rupanya mamahnya bekerja sebagai TKI di Arab dan ayahnya sudah lama tidak bertemu dan tidak tahu dimana karena sudah lama bercerai. Dan dialah yang harus mengurus kedua adiknya. Jika kedua adiknya baik-baik saja dia selalu menyempatkan waktu belajar dan mengerjakan tugas. Dalam mengahadapi setiap peserta didik harus belajar tenang dan harus memunculkan rasa empati kepada seluruh peserta didik. Kita coba telusuri akar ketidakteraturan mereka. Mencoba merasakan apa yang mereka rasakan adalah kuncinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H