Mohon tunggu...
Yudi Hamdan Dardiri
Yudi Hamdan Dardiri Mohon Tunggu... Guru - Matematika

SMPN 2 Talaga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manfaat Kompetensi Sosial-Emosional Berbasis Berkesadaran Penuh (Mindfulness) dan Contoh Penerapannya

25 Juli 2021   22:24 Diperbarui: 25 Juli 2021   23:03 3903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Contoh penerapan kompetensi sosial-emosional berbasis kesadaran penuh yang terapkan pendidik

1.  Kesadaran Diri - Pengenalan Emosi

Semua guru apalagi wakil kepala sekolah pasti mengalami bertumpuknya pekerjaan yang harus ditanggung dan diselesaikan. Belum lagi pekerjaan rumah apalagi kalau istri sedang sakit makin menumpukkan pekerjaan. Suatu waktu  pernah diberikan tugas yang menurut saya cukup berat seperti menjadi panitia acara perpisahaan kelas 9 dan kenaikan kelas 7 dan 8, selain itu harus juga memenuhi tanggung jawab pribadi dalam keluarga yang menyebabkan berada dalam situasi stress. Dengan bertumpuknya tanggung jawab secara sadar muncul gejolak emosi tertentu seperti marah karena yang kerja terlihat cape dan yang nyantai tidak membantu juga ada. Muncul juga kecewa kepada ketua panitia dan Kepala sekolah karena tidak menegurnya malah ikut duduk dan mengobrol dengan yang tidak bekerja sedangkan kita sibuk ke sana kemari untuk mengenyelesaikannya. Akhirnya muncul perasaan takut bagaimana jika kegiatan ini tidak berjalan lancar dan sukses.

2. Pengelolaan Diri -- Mengelola Emosi dan Fokus

Di tengah kesibukan melaksanakan rutinitas mengajar dalam kelas, terkadang ada satu waktu yang berbentrokan dengan acara lain seperti mempersiapkan anak-anak untuk kegiatan perkemahan jadi harus bulak balik keluar. Belum lagi di kelas dihadapkan dengan indisplinier yang dilakukan anak dalam kelas. Kita dituntut untuk mendisplinkannya dengan cara yang empati, belum lagi adminitrasi guru yang belum selesai. Di sisi lain, ada beberapa siswa yang mengeluhkan dengan terlalu banyak guru yang memberikan tugas. Jika pada saat itu saya harus memberikan tugas juga kasihan kepada mereka. Tetapi jika saya membiarkan anak-anak yang akan pergi ke perkemahan tanpa didampingi saya bagaimana juga. Apa kata yang lain masa Pembinannya sendiri tidak mendampingi. Jadinya bingung mana yang harus diselesaikan terlebih dahulu.

3. Kesadaran Sosial - Keterampilan Berempati

Pada saat jam pelajaran matematika dimulai, semua sibuk mengeluarkan bukunya dan sibuk menyerahkan pekerjaan rumah untuk diperiksa saya. Ada satu siswi yang biasanya dia juga ikut sibuk tapi malah diam dan minta izin untuk ke toilet padahal sebelum pelajaran PJOK yang mungkin ganti baju di toilet. Tanpa bertanya apa-apa saya izinkan karena kebetulan saya juga disibukkan dengan memeriksa hasil pekerjaan siswa lainnya. Pemeriksaan hampir selesai dia belum juga datang. Setelah saya periksa ada satu siswa yang nilai pekerjaan rumahnya kosong ternyata benar saja siswi tersebut ke toilet untuk menghindar atau mungkin takut karena tidak mengerjakan pekerjaan rumah. Setelah beberapa saat pelajaran dimulai dia baru masuk kelas untuk mengikuti pelajaran. Awalnya saya mau menegurnya langsung tapi coba menahan dan coba menenangkan diri dulu, ada apa dengan siswi tersebut tidak biasanya dia tidak mengerjakan pekerjaan. pada saat jam pelajaran saya memanggilnya untuk mengajak diskusi dan megobrol setelah mengobrol panjang lebar ternyata adiknya sedang sakit dan menangis terus sehingga harus menggedongnya terus. Saya tanya kenapa sama Siska mamah kemana. Rupanya mamahnya bekerja sebagai TKI di Arab dan ayahnya sudah lama tidak bertemu dan tidak tahu dimana karena sudah lama bercerai. Dan dialah yang harus mengurus kedua adiknya. Jika kedua adiknya baik-baik saja dia selalu menyempatkan waktu belajar dan mengerjakan tugas. Dalam mengahadapi setiap peserta didik harus belajar tenang dan harus memunculkan rasa empati kepada seluruh peserta didik. Kita coba telusuri akar ketidakteraturan mereka. Mencoba merasakan apa yang mereka rasakan adalah kuncinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun