Mohon tunggu...
Yudianto Soeharli
Yudianto Soeharli Mohon Tunggu... -

beruangdekil.wordpress.com Sedang belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Masalah Menarik Kita untuk Mundur, Menyerah Bukanlah Solusi

3 November 2018   07:15 Diperbarui: 3 November 2018   08:13 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tumbuh dewasa tanpa sosok seorang ayah tentu tidak mudah. Apalagi ditengah kondisi ekonomi yang serba "dicukupkan", dengan tiga orang adik yang masih membutuhkan biaya. Sang Ibu harus bekerja memeras keringat untuk menghidupi keluarganya.

Dalam situasi seperti itulah Reni Romaulina, anak sulung dari empat bersaudara, memulai perjuangan di kampus gajah (ITB).

Menghadapi kenyataan

Sudah jatuh, tertimpa tangga; itulah yang dialami Reni di akhir semester kedua perkuliahannya. Dirinya seakan disambar petir tatkala mendengar vonis dokter bahwa ibunya mengidap kanker otak stadium empat. Shock, sedih, bingung, semua perasaan melebur menjadi satu.

Segala pekerjaan dilakoni ibunya, mulai dari berjualan kelontong, sayur-sayuran, pengisian air galon sampai jasa bengkel. Saat vonis itu keluar dari mulut dokter, ibunya tidak dapat lagi seproduktif dulu, otomatis estafet tulang punggung keluarga harus diambil alih oleh Reni.

Dihantam kondisi demikian, dia sempat tidak tahu harus berbuat apa. Sempat putus asa, dan pikiran untuk berhenti kuliah acap kali terlintas dalam pikirannya, mengingat kondisi ibunya dan tanggung jawab terhadap adik-adiknya di rumah.

Jatuh, jangan lupa bangkit

Berkat dukungan dari berbagai pihak, Reni bisa kembali menegakkan kepalanya dan memandang kedepan. Dia memilih untuk bangkit dan menyingkirkan tangga yang menimpanya. Bolak-balik Purwakarta-Bandung menjadi makanannya sehari-hari. Setiap orang yang pernah kuliah di ITB pasti tau, betapa sulitnya hal ini.

Reni tidak hanya tinggal diam menunggu takdir, dia mencari kesempatan mengikuti kelas bisnis, jualan buku, brand, dan sebagainya. Walaupun kuliahnya keteteran dan ketinggalan materi, dia amat bersyukur akan orang-orang di sekitarnya yang rela membantu, khususnya dalam bidang akademik dan ekonomi.

Sampai akhirnya 2 tahun berlalu dan ibunya dipanggil Tuhan. Itulah masa-masa terberat dalam hidupnya. Kembali, dia tidak memilih untuk terpuruk dan larut dalam kesedihan, melainkan bangkit untuk yang kedua kalinya, mengejar ketinggalan, dan mengukir prestasi.

20 Oktober 2018, tepat di ulang tahunnya yang ke-23 dia dinyatakan lulus dan diwisuda dengan menyandang predikat sebagai wisudawati berprestasi dan inspiratif. Aktif berorganisasi, menjadi delegasi sebuah acara Internasional, penghargaan tugas akhir terbaik, meraih juara 1 kompetisi inovasi sains tingkat nasional sampai bertemu dan makan bersama Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan.

Berteori mudah, praktiknya susah. Reni membuktikan bahwa masalah bisa dikalahkan dengan semangat. Bukan sekedar teori, namun aksi. Jika kita ada di posisi Reni, mungkin kita tidak bisa menang gulat dengan masalah dan mengalahkannya.

Apa kunci yang dimiliki oleh Reni yang bisa kita teladani? Kuncinya ada pada kutipan pernyataan Reni.

1) Temukan "WHY?!"

"Hal itu juga membuat saya bangkit dan kuat, melihat kondisi mamah, yang tidak pernah mengeluh kalau pun capek. Adik-adik saya yang masih membutuhkan tumpuan orang dewasa..."

Ini adalah alasan mengapa kita masih memiliki gairah untuk hidup. Selama kita belum menemukannya, kita akan menjalani hidup dengan monoton dan tidak ada alasan untuk bangkit. Bisa jadi itu adalah keluarga, pasangan, atau mungkin ada hal yang lebih hakiki.

2) Hadapi masalah dengan benar

"Setiap orang mempunyai persoalan hidupnya masing-masing. Tapi, yang menjadi beda adalah bagaimana cara seseorang itu menghadapi masalah tersebut."

Tidak ada orang yang luput dari masalah. Reni menghadapi batu yang besar dihadapannya, namun dia tidak memilih untuk kabur dan bersembunyi; melainkan menghadapi, mengangkat, dan melemparkannya. Tatkala masalah membuat kaki lemas dan terjatuh, respon yang paling tepat adalah bangkit, mengejar ketinggalan dan mengukir prestasi.

3) Jangan kalah dengan keadaan

"Tuhan pasti sediakan jalan buat kita, kejar terus mimpi jangan kalah dengan keadaan, karena sebetulnya keadaanlah yang membentuk kita."

Dalam keadaan seperti itu, Reni mampu mengakhiri pertandingan di kampus gajah dengan sangat baik. Keadaan itu jelas membentuk dia; menjadi pribadi yang dewasa, tahan uji, mandiri dan pantang menyerah. Bukan menjadi pribadi yang lemah. Bergulatlah dengan keadaan itu dan jadilah pemenang!

Dapat disimpulkan,

Tuhan tidak akan memberi cobaan melebihi kekuatan kita. Kalau Dia memberikan masalah, itu berarti Dia ingin mendewasakan dan meregangkan wadah kapasitas kita. Bersabarlah, dan jangan lupa untuk bangkit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun