Tapi tidak. Beilau tidak melakukan itu, malahan beliau memilih untuk mengatakan,
"Bohong itu sebuah perbuatan salah dan saya tidak punya jawaban mengatasi kebohongan kecuali mengakui dan memperbaikinya."
Melanjutkan kebohongan hanya akan  memperparah keadaan dan membuat malu lebih banyak orang. Yang mana kita  sudah tahu ujungnya, kejatuhan yang semakin parah. Pilihannya sangat  tepat, mengakui dan memperbaikinya.
4) Jangan sia-siakan kepercayaan
Akibat ulahnya tersebut, Ratna Sarumpaet  diberhentikan dari tim kampanye salah satu kandidat bakal calon presiden  -- wakil presiden. Itulah konsekuensi dari kebohongan, kehilangan  kepercayaan.
Entah apa pun motifnya, dia sudah  kehilangan kepercayaan. Bayangkan, orang yang sudah membelanya  habis-habisan malah ditusuknya dari belakang.
Butuh waktu seumur hidup untuk membangun  kepercayaan, namun hanya butuh beberapa detik untuk meruntuhkannya.  Jauhkanlah kebohongan dari diri kita.
5) Komentarmu memperlihatkan siapa dirimu
Sungguh miris melihat pendapat pada  kolom-kolom komentar. Hampir semua berisi hujatan. Hampir tidak ada  ungkapan apresiasi atas itikad baiknya untuk meminta maaf.
Komentar kita menunjukkan siapa diri kita yang sesungguhnya, pembawa berkat atau pecundang.
Tidak heran orang jahat menjadi semakin jahat, karena takut dihujat netizen.
"Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?"
Â
Pelajaran tidak hanya bisa didapat dari kesuksesan orang tetapi juga  dari kegagalannya, supaya kita tidak terpeleset di tempat yang sama.
Artikel sudah dipublikasikan di: https://www.ributrukun.net