Mohon tunggu...
Yudhistira Widad Mahasena
Yudhistira Widad Mahasena Mohon Tunggu... Desainer - Designer, future filmmaker, K-poper, Eurofan.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

He/him FDKV Widyatama '18

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Brilliant Diamond and Shining Pearl (Bagian 1)

30 Maret 2022   18:45 Diperbarui: 30 Maret 2022   18:57 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillahirrahmanirrahim.

Cerita ini saya buat untuk meluangkan waktu di sela-sela bimbingan tugas akhir, karena saya adalah mahasiswa tugas akhir yang juga tahu caranya melupakan stres dari revisi TA. Ini adalah cerita yang diadaptasi dari proyek film buatan saya sendiri, "Brilliant Diamond and Shining Pearl".

- Kerajaan Antah-Berantah, 28 Januari 1994 -

Siang itu, di sebuah laboratorium...

Terdapat dua lelaki dewasa sedang berbincang, membicarakan proyek sains mereka.

"Hey, Michael!" kata seorang pria bernama Ori Ben Ari.
"Ya, Ori?" kata Michael Ben David, rekan sepekerjaannya di laboratorium.
"Saya menemukan sebuah rencana hebat! Saya akan menciptakan anak perempuan manusia dari batang sabun beraneka aroma!" kata Ori.
"Itu ide yang hebat!" kata Michael.

Ori melakukan aksi sainsnya, yaitu mengambil ekstrak sabun, dan mencampurkannya dengan bahan-bahan kimia tertentu. Namun, tanpa sepengetahuan Ori, dia mengambil ekstrak dari sabun yang sudah kadaluarsa, sehingga eksperimennya berakhir dengan hasil berupa alien.

"Ehm, Ori?" tanya Michael.
"Ya, Michael?" balas Ori.
"Sepertinya percobaan kita gagal. Kita bukan menciptakan anak manusia, tetapi alien!" kata Michael.
"Benarkah?!" Ori kaget, lalu melihat ke laboratorium untuk memastikan. Olala, alien ciptaan Ori ternyata semakin besar dan banyak, hingga menghancurkan kota.

"Oh, tidak! Apa yang sudah kulakukan! Eksperimen kita gagal, Michael! Kota akan hancur! Alien telah menguasai kerajaan kita!" kata Ori sambil panik. Saking paniknya, dia mendorong tubuh Michael hingga menabrak lemari. Sebuah larutan kimia yang ditaruh di atas lemari tanpa sengaja pecah dan mengenai kepala Michael. Hingga Michael menjadi...
.
.
.
JAHAT.

"Michael? Apa yang terjadi padamu?" tanya Ori. Dia kemudian mendapati bahwa "cairan kejahatan" tergeletak pecah di lantai laboratorium. "Michael... kulitmu menjadi hijau. Kau berubah menjadi orang jahat!" seru Ori kepada Michael.
"Aku jahat? AKU JAHAT?! Oh, tidak! TIDAK! TIDAAAK! Aku harus segera melarikan diri!!!" teriak Michael dengan sedih. Dia melarikan diri entah ke mana agar kejahatannya tidak diketahui oleh orang lain.

Ori dan Michael sebenarnya ilmuwan baik hati. Hanya karena kecerobohan kerja, satu orang berubah kepribadian menjadi jahat sehingga harus melarikan diri. Sementara itu, alien-alien yang menguasai Kerajaan Antah-Berantah telah menjelma menjadi zombie alien, namun mereka berhasil ditangkap oleh empat wanita misterius yang belum kita ketahui identitasnya hingga kelanjutan film.

- Beberapa tahun kemudian - 2018 -

(musik: Ronela Hajati - "Sekret")

Kerajaan Antah-Berantah sudah serba modern. Mereka tidak lagi menaiki kuda sebagai sarana transportasi, mereka mengendarai kendaraan futuristik ramah lingkungan. Bahkan pesawat mereka menggunakan energi terbarukan. Bentuk kerajaan ini adalah monarki konstitusional yang dipimpin raja dan perdana menterinya. Tetapi, mata kita tertuju pada sesosok wanita cantik yang nampaknya sedang berjalan kaki menuju kampus.

Arin, itulah namanya. Mahasiswa tingkat tiga jurusan manajemen di Universitas Sembarang Tempat yang memikat hati seluruh penduduk kerajaan karena kecantikannya. Seluruh Kerajaan Antah-Berantah tahu siapa itu Arin. Dia selalu tampil cantik dengan wajah kecil. Matanya sipit, namun itulah yang membuatnya bertambah cantik. Rambutnya kecokelatan, lurus, dan halus. Kulitnya putih dan lembut. Pipinya senantiasa kemerah-merahan. Tak heran dia memikat hati kaum adam.

Arin sekampus dengan teman-temannya: Hyojung, Mimi, YooA, Seunghee, Jiho, dan Binnie. Mereka teman sekelas. Mereka akan segera memulai kelas. Dosen mereka, Tn. Roberts Memmens, membuka perkuliahan.

"Selamat pagi, manajer-manajer muda!" sapa Tn. Memmens dengan senyum khas beliau.
"Selamat pagi, Tuan Manajer!" balas para mahasiswa dengan riang.
"Hari ini, kita akan memulai perkuliahan Komunikasi Bisnis. Sebelumnya, buka buku kalian dulu, ya," kata Tn. Memmens.

(musik: Citi ZÄ“ni - "Eat your salad")

Perkuliahan dilalui dengan ceria.

"Nah, anak-anak, saya ada pengumuman. Karena kampus akan mengadakan program akreditasi, kita akan libur selama sepekan. Berarti, hari ini Anda pulang lebih cepat. Silahkan luangkan waktu Anda untuk belajar dan mengerjakan soal-soal yang disiapkan oleh universitas. Terima kasih, dan sampai jumpa dua pekan ke depan," kata Tn. Memmens.

Tiba-tiba Arin mengangkat tangannya.

"Tuan, bolehkah saya izin pergi ke kamar mandi? Saya ingin mencuci wajah," kata Arin.
"Boleh, boleh," kata Tn. Memmens, mempersilahkan Arin keluar kelas.

Arin segera pergi ke kamar mandi untuk berganti pakaian dan mencuci wajah. Tetapi, tiba-tiba dia berteriak karena dari saluran air keluar seekor kalajengking!

"AAAAARRRRRGGGGGHHHH!!!" jerit Arin.

Memang itulah kelemahan dari seorang Arin. Penakut, jarang berani. Ada saja yang membuatnya takut, baik di dalam maupun di luar kampus. Inilah, itulah, mulai dari anjing besar, ular, laba-laba, kegelapan, orang jahat, bahkan ayam goreng mentega Pak Boris, pelayan kafe Universitas Sembarang Tempat yang tinggi besar.

Seantero kerajaan sudah tahu soal sifat penakut Arin. Namun, suatu hari, ada kejadian yang mengubah hidupnya selamanya.

(musik: Monika Liu - "Sentimentai")

Malam itu, sekitar jam 2 pagi. Arin tiba-tiba terbangun karena ingat belum mandi. Dia bergegas ke kamar mandi dan menyalakan pancuran. Air hangat memancur dari pancuran, dan Arin sedang di tengah-tengah mandi ketika...

BRUK!!!

Muncul suara keras dari luar rumah Arin. Ternyata zombie alien kembali lagi! Kamar mandi hancur, dan Arin bergegas keluar rumah dalam kondisi belum berpakaian dan basah. Kali ini Kerajaan Antah-Berantah benar-benar hancur, dan Arin meninggalkan keluarganya, yaitu ayahnya dan adik perempuannya, Jihan, yang saat itu masih berusia 14 tahun. Akibatnya, mereka harus mencari rumah baru.

Di tengah-tengah huru-hara itu Arin tiba di stasiun dan bertemu dengan dua orang lelaki dewasa: Sersan Rowoon dan anak buahnya Dawon. Sersan Rowoon adalah seorang mantan perwira tempur yang dipecat dari divisinya dan pindah ke sebuah tim penyelamat luar angkasa yang didirikan ayahnya. Dia juga menawarkan Arin ikut dengan timnya.

"Kamu Arin?" tanya Sersan Rowoon.

Arin mengangguk malu di dalam kereta yang sudah berangkat.

"Selamat pagi. Saya Rowoon, mantan sersan tempur yang baru saja dipecat dari divisi saya karena mangkir dari tugas kemiliteran. Ini anak buah saya, Dawon," kata Sersan Rowoon. "Saya mendengar kabar bahwa kerajaan ini dihancurkan oleh serdadu zombie alien yang lahir dari kesalahan eksperimen. Saya ingin seseorang bergabung dengan tim penyelamat luar angkasa yang ayah saya dirikan untuk melatih keberaniannya melawan zombie alien di kerajaan ini."

Sersan Rowoon terpana melihat Arin.

"Kamu cantik. Saya melihat aura keberanian di matamu, walaupun saya yakin saya mendengar kabar bahwa kamu adalah rakyat kerajaan yang paling penakut yang pernah dikenal. Saya ingin kamu bergabung dengan tim penyelamat saya. Seragamnya juga sudah saya siapkan di markas," kata Sersan Rowoon.

(musik: Marius Bear - "Boys do cry")

Sesampainya di markas Sersan Rowoon, alangkah terkejutnya Arin ketika mendapati teman-temannya juga tergabung dalam tim penyelamat luar angkasa. Dia diberi seragam berwarna putih yang dipakai para kadet.

- 3 tahun kemudian -

(musik: LPS - "Disko")

Tiga tahun kemudian, Jihan tumbuh menjadi remaja perempuan berusia 17 tahun yang cantik. Wajahnya bulat, matanya besar, senyumnya sangat lebar. Ada lesung pipit di pipi kanannya saat tersenyum. Rambutnya hitam legam dan panjang. Cantik sekali. Dia saat ini menyandang status sebagai siswa tahun kedua di SMA Hammerlocke, Galar. Dia memiliki banyak teman serta sudah dua tahun menjalani hubungan dengan anak band, Jungwon.

Jihan juga masih aktif sebagai anggota tim pemandu sorak sekolahnya bersama Seeun, Yoon, dan J. Bahkan tahun ini mereka menyambut kedatangan anggota baru dari kelas sebelah, Sumin.

"Jihan," kata Jungwon.
"Ya, Jungwon?" tanya Jihan.
"Kamu tahu nggak sih, selama dua tahun kita bersekolah di sini, ada satu orang yang selalu aku cari setiap kali masuk sekolah," kata Jungwon.
"Siapa?" tanya Jihan lagi.
"Kamu, lah," kata Jungwon dengan senyum lepas. "Udah ah, yuk kita masuk. Pelajaran matematika sebentar lagi," katanya lagi.

Jihan termasuk siswi berprestasi di SMA Hammerlocke. Bekas tukang bully di film "Sword and Shield", dia dan Jungwon menjadi anak baik dan memperbaiki cara belajar mereka yang dulu malas-malasan dan sekarang mati-matian. Jihan mencintai pelajaran matematika karena cita-citanya ingin menjadi seorang arsitek. Padahal, ayahnya menyuruh dia masuk sekolah keperawatan.

"Berapa 36 + 63?" tanya si guru.
"99!" jawab Jihan dengan antusias.

Memang sepintar itu Jihan dalam bidang matematika.

Suatu hari, ada pengumuman dari SMA Hammerlocke sebelum pulang sekolah.

"Selamat sore generasi muda calon penerus bangsa Galar. Anak-anakku yang tercinta, karena kita sudah memasuki pergantian musim, SMA Hammerlocke mengumumkan akan mengadakan liburan selama 3 bulan. Manfaatkan waktu kalian sebaik mungkin selama liburan. Isi waktu luang kalian dengan kegiatan yang bermanfaat. Terima kasih," kata pengumuman lewat speaker.

Anak-anak bersorak gembira. "HOREEE!!!"

Lain halnya dengan Jihan. Dia tidak tahu mau menghabiskan liburnya dengan apa dan siapa. Ayahnya bekerja sebagai satpam komplek perumahan sebelah untuk menghidupi keluarga, jadi beliau tidak punya waktu untuk berlibur dengan putri bungsunya. Maka, dia membuat jadwal liburan yang (menurutnya) tidak membosankan. Inilah montase kegiatan Jihan selama liburan, sendirian:

(musik: Kalush - "Stefania")

Senin: Berbelanja
Selasa: Bersepeda keliling Hammerlocke
Rabu: Panjat dinding
Kamis: Latihan pemandu sorak dengan Sumin dkk.
Jumat: Memanjakan diri ke spa dan salon
Sabtu: Latihan tari

Pada hari Minggu, Jihan sudah berpakaian rapi dan berdandan manis. Rambutnya disisir rapi, dan dijepit dengan jepitan model baru. Dia akan happy time bersama Jungwon ke taman hiburan. Segala wahana sudah mereka coba, mulai dari lempar bola, lempar gelang, memancing bebek karet, dan rumah hantu.

(musik: Intelligent Music Project - "Intention")

Menjelang pulang...

"Jihan, ada sesuatu yang pengen aku bilang ke kamu," kata Jungwon.
"Apa?" kata Jihan.

Jungwon menatap pacarnya dengan penuh kasih sayang, lalu mengatakan:

"Kamu bilang kamu nggak punya rencana apa pun pas liburan tiga bulan, kan? Aku kasih tahu kamu - minggu depan, JRB mau ada acara Battle of the Bands di Turin, Italia. Kami terpilih untuk mewakili Galar. Kami rutin latihan selama beberapa bulan untuk mempersiapkan ini. Kamu nonton, ya!" kata Jungwon.
"OK! Apa sih, yang nggak buat kamu?" kata Jihan sambil tersenyum.
"That's my girl," kata Jungwon, diakhiri dengan ciuman lembut di pipi Jihan yang tembam. "Sampai jumpa di Turin!" katanya sambil melambaikan tangan sebelum pulang ke rumah masing-masing. "Love you!"
"Love you too, Jungwon!" kata Jihan.

Sambil berjalan pulang ke rumah (karena taman hiburannya memang dekat rumah), Jihan teringat sesuatu... ibunya selama ini ada di Italia. Namun, dia harus merahasiakan ini dari ayahnya.

Jihan mengingat kejadian itu sambil berjalan pulang.

Saat itu Jihan berusia 5 tahun dan masih duduk di bangku TK, dan masih tinggal di Kerajaan Antah-Berantah. Ibunya tercinta memperlihatkan sebuah foto pemandangan kota di Italia.

"Jihan, anakku, kamu tahu ini apa? Ini Mole Antonelliana, di kota Turin, Italia. Mama ingin mewujudkan mimpi Mama sebagai penyanyi di sini," kata ibu Jihan yang biasa dia panggil Mama.
"Jauh nggak, Ma?" tanya Jihan, yang sebelumnya belum kenal Italia.
"Jauh, Ji. Mama pergi lama," kata ibu Jihan lagi.

Mata Jihan pun berkaca-kaca.

"Mama janji, jika Mama sudah sukses, kamu dan Ayah akan tinggal di Turin bersama Mama," kata ibu Jihan. Beliau dan Jihan pun berpelukan. Butiran-butiran bening menetes keluar dari mata Jihan, lama-kelamaan semakin deras. Jihan memang sedekat itu dengan ibunya.

Mobil yang akan ditumpangi ibu Jihan sudah tiba di depan rumah mereka.

"Jagain Ayah, ya?" pinta ibu Jihan.

Jihan tidak tahu arti kata-kata terakhir sang ibu kepadanya, karena saat itu dia masih sangat kecil. Namun, ketika dia sekarang semakin besar, dia tahu arti di balik kata tersebut. Sebelum pergi, ibu Jihan meminta sang suami agar menjaga putri bungsu mereka.

"Steven, suamiku, tolong jaga Jihan. Didik dia agar menjadi anak yang sopan dan santun, serta anti menyusahkan orang tua," kata ibu Jihan sambil berlinang air mata.
"Aku akan, Minkyeung. Aku akan menjaga Jihan dan Arin agar mereka menjadi wanita yang tangguh, tahan banting, malu menampakkan air mata di depan orang," kata ayah Jihan.

(CATATAN: Karena adanya perombakan jalan cerita, Yoon Seah tidak jadi memerankan ibu Jihan di "Brilliant Diamond and Shining Pearl", dan digantikan Roa eks-Pristin. Dan yap - nama lahir Roa adalah Kim Minkyeung. Dia memiliki visual yang sangat keibuan.)

Sesampainya di rumah, Jihan disambut dingin oleh sang ayah.

"Ke mana saja kamu?" tanya ayah Jihan.
"Jihan baru dari taman hiburan sama Jungwon," kata Jihan.
"Kamu nyadar nggak, sih? Ini sudah lewat jam malam. Kamu harusnya istirahat di rumah. PR sudah kamu kerjakan?" tanya ayah Jihan lagi.
"Udah, Yah. Sebelum berangkat ke taman hiburan tadi udah dikerjain," jawab Jihan.
"Udah pergi nggak pamit, kejauhan pula," batin ayah Jihan, menahan marah. "Sudah, ini sudah jam 8 malam. Pergi makan malam, lalu tidur," kata ayah Jihan dengan tegas.

Seperti itulah cara ayah Jihan mendidik putri bungsunya. Penuh ketegasan. Jam anu harus makan dan tidur, jam anu harus belajar, dsb. Tidak pernah ada kata fleksibilitas dalam kamus beliau. Akibatnya, Jihan selalu merasa terkekang dan tidak bebas melakukan yang dia mau, bahkan selama liburan panjang.

(musik: S10 - "De diepte")

Walaupun sebal dikekang, Jihan tetap belajar dengan keras. Dia rela tidak tidur sampai jam 11 malam hanya untuk menghapalkan rumus matematika, fisika, kimia, dll. Jihan juga termasuk pintar di kelasnya, dengan IQ 140 dan selalu menempati ranking 3 besar - bahkan mengalahkan sang ketua kelas, Hadi. Dia juga selalu naik kelas dengan nilai yang sangat baik, namun itu semua tidak bisa dibilang cukup untuk membuat ayahnya bahagia.

Keesokan paginya, walaupun masih liburan panjang, Jihan dan teman-teman sekelasnya berkumpul di sekolah, di mana ada pertemuan siswa dan wali siswa. Mereka saling mengutarakan keinginan mereka selama liburan. Hadi, sang ketua kelas, mengumumkan sesuatu...

"Teman-teman! Dengan bahagia saya mengumumkan bahwa saya akan menikah dengan sekretaris kita, Mirna. Mohon dukungannya agar kita bisa menjadi pasangan yang selalu berbahagia," kata Hadi seraya menggandeng tangan sang kekasih, Mirna, yang disambut dengan sorak-sorai dari teman-temannya.

Mereka pun bergembira, menyanyi dan menari.

(musik: Zdob și Zdub and Frații Advahov – "Trenulețul")

Kemudian, setelah menari, Jungwon kembali mengutarakan keinginannya untuk pergi ke Turin, Italia. Mereka akan bertanding dalam ajang Battle of the Bands. Jihan dan teman-teman perempuannya turut berbahagia mendengar kabar itu, dan kembali bertepuk tangan. Jihan juga masih memegang janji untuk menonton konser JRB (band Jungwon).

Sumin dkk. juga mengutarakan hal yang sama. Mereka ingin ke Italia untuk self-healing dan bersantai, sendirian. Anak-anak lelaki bertepuk tangan.

"Aku juga mau ke Italia, guys," kata Jihan.

Teman-temannya kembali bertepuk tangan.

"Lo mau nonton konser Jungwon, Ji?" tanya Yoon, sahabat sejati dan teman sebangku Jihan.

Tak sadar, Jihan membocorkan rahasianya kepada teman-temannya.

"Iya... mau nonton konser... dan mau nyari nyokap... nyokap gue ada di Italia..." kata Jihan.
"ASTAGA!" kata teman-teman Jihan dan orang tua mereka serempak.
"Jihan. Mama kamu itu ninggalin kamu ke Italia cuman buat jadi penyanyi opera!" kata ayah Jungwon yang kebetulan teman masa kecil ibu Jihan. Beliau kenal baik dengan ibu Jihan.

Jihan syok.

Bagaimana reaksi ayah Jihan terhadap hasrat putri bungsunya untuk ke Italia?
Kelanjutannya bisa Anda baca di bagian 2 yang akan keluar besok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun