Arin segera pergi ke kamar mandi untuk berganti pakaian dan mencuci wajah. Tetapi, tiba-tiba dia berteriak karena dari saluran air keluar seekor kalajengking!
"AAAAARRRRRGGGGGHHHH!!!" jerit Arin.
Memang itulah kelemahan dari seorang Arin. Penakut, jarang berani. Ada saja yang membuatnya takut, baik di dalam maupun di luar kampus. Inilah, itulah, mulai dari anjing besar, ular, laba-laba, kegelapan, orang jahat, bahkan ayam goreng mentega Pak Boris, pelayan kafe Universitas Sembarang Tempat yang tinggi besar.
Seantero kerajaan sudah tahu soal sifat penakut Arin. Namun, suatu hari, ada kejadian yang mengubah hidupnya selamanya.
(musik: Monika Liu - "Sentimentai")
Malam itu, sekitar jam 2 pagi. Arin tiba-tiba terbangun karena ingat belum mandi. Dia bergegas ke kamar mandi dan menyalakan pancuran. Air hangat memancur dari pancuran, dan Arin sedang di tengah-tengah mandi ketika...
BRUK!!!
Muncul suara keras dari luar rumah Arin. Ternyata zombie alien kembali lagi! Kamar mandi hancur, dan Arin bergegas keluar rumah dalam kondisi belum berpakaian dan basah. Kali ini Kerajaan Antah-Berantah benar-benar hancur, dan Arin meninggalkan keluarganya, yaitu ayahnya dan adik perempuannya, Jihan, yang saat itu masih berusia 14 tahun. Akibatnya, mereka harus mencari rumah baru.
Di tengah-tengah huru-hara itu Arin tiba di stasiun dan bertemu dengan dua orang lelaki dewasa: Sersan Rowoon dan anak buahnya Dawon. Sersan Rowoon adalah seorang mantan perwira tempur yang dipecat dari divisinya dan pindah ke sebuah tim penyelamat luar angkasa yang didirikan ayahnya. Dia juga menawarkan Arin ikut dengan timnya.
"Kamu Arin?" tanya Sersan Rowoon.
Arin mengangguk malu di dalam kereta yang sudah berangkat.