Mohon tunggu...
Yudhistira Mahasena
Yudhistira Mahasena Mohon Tunggu... Freelancer - Desainer Grafis

Ini akun kedua saya. Calon pegiat industri kreatif yang candu terhadap K-pop (kebanyakan girl group) dan Tekken.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenali Indonesiamu! Episode 20: Bukan Hanya Toleran, Kalimantan Barat Juga Sayang Alam

11 November 2024   15:20 Diperbarui: 11 November 2024   15:23 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jembatan Tayan, jembatan terpanjang di Kalimantan, berdiri di atas Sungai Kapuas yang melintasi Sanggau. (sumber: Atourin)

Bismillahirrahmanirrahim.

Sebelum kita memulai episode serial Kenali Indonesiamu hari ini, saya ingin mengucapkan selamat Hari Pahlawan, yang diperingati setiap 10 November. Hari Pahlawan diperingati untuk mengenang peristiwa arek-arek Suroboyo melawan tentara Inggris dan Belanda pada Pertempuran Surabaya, 10 November 1945. Sejak peristiwa itu, 10 November selalu diperingati sebagai Hari Pahlawan dan Surabaya dijuluki Kota Pahlawan.

Oke, kita kembali ke pembahasan. Di musim keempat serial Kenali Indonesiamu ini akan meneroka Provinsi Kalimantan Barat, yang menandai awal perjalanan kita di Pulau Kalimantan.

Tetapi apa itu Kalimantan? Mengapa pulau ini begitu penting di Indonesia?

Kalimantan, atau juga disebut Borneo di dunia internasional, adalah pulau terbesar ketiga di dunia. Pulau ini terletak di sebelah utara Pulau Jawa dan di sebelah barat Pulau Sulawesi. Pulau ini mencakup 73% wilayah Indonesia, 26% wilayah Malaysia, dan 1% wilayah Brunei. Pulau Kalimantan dijuluki Pulau Seribu Sungai karena banyaknya sungai yang mengalir di pulau ini, seperti Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia, Mahakam, Martapura, dan Barito.

Sebelum terpecah menjadi beberapa provinsi, Kalimantan merupakan salah satu dari delapan provinsi pertama Indonesia, selain Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sunda Kecil, Sulawesi, dan Maluku. Setelah Republik Indonesia Serikat bubar pada 14 Agustus 1950, Provinsi Kalimantan dibentuk kembali, yang mana diperingati sebagai Hari Jadi Provinsi Kalimantan. Hingga pada tahun 1956, Kalimantan dibagi menjadi Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat. Selanjutnya pada tanggal 23 Mei 1957, Kalimantan Tengah menjadi provinsi ke-17 setelah memisahkan diri dari Kalimantan Selatan.

Sejak terbit UU No. 20 Tahun 2012, lahirlah Provinsi Kalimantan Utara, yang menjadi provinsi ke-34 Indonesia, terpisah dari Kalimantan Timur.

Berikut adalah lima provinsi Indonesia di Pulau Kalimantan beserta ibukotanya:
- Kalimantan Barat (Pontianak)
- Kalimantan Tengah (Palangkaraya)
- Kalimantan Selatan (Banjarbaru)
- Kalimantan Timur (Samarinda)
- Kalimantan Utara (Tanjung Selor)

Kalimantan juga merupakan surga transmigran di Indonesia. Orang-orang pindah dari daerah yang padat penduduknya ke Kalimantan yang penduduknya jarang. Sebagian besar adalah orang Jawa, Bugis, Tionghoa, atau suku lain. Itulah mengapa banyak orang Kalimantan yang berbahasa Jawa. Selain itu, Kerajaan Majapahit juga pernah memiliki pengaruh yang kuat di sekitar Kalimantan, termasuk di daerah Banjarmasin, Kalimantan Selatan, sehingga pengaruh Jawa sangat kental di Kalimantan. Well, now you know why.

Namun demikian, suku asli juga mendiami Pulau Kalimantan, seperti suku Dayak, Iban, Kayan, Banjar, Kutai, dll. Mereka hidup berdampingan dengan suku-suku transmigran yang mendiami pulau besar ini.

Kita akan mulai perjalanan kita di Kalimantan dengan meneroka Kalimantan Barat. Berikut adalah data singkat provinsi ini:

Data singkat Provinsi Kalimantan Barat:
Ibukota: Pontianak
Luas: 147.037,037 km2
Populasi: 5.598.190 jiwa
Demografi:
- Agama: 60,07% Islam, 33,74% Kristen (22,16% Katolik, 11,58% Protestan), 5,85% Buddha, 0,26% Konghucu, 0,05% Hindu, 0,03% kepercayaan lainnya
- Suku bangsa: Dayak, Iban, Jangkang, Kendayan, Punan, Ot Danum, Bugis, Jawa, Melayu, Tionghoa, dll.
- Bahasa: Melayu, Dayak
Slogan pariwisata: Rimba dan Budaya
Lagu daerah: "Cik-cik periuk", dll.
Rumah adat: Rumah Betang/Radakng
Senjata tradisional: mandau
Flora identitas: tengkawang tungkul
Fauna identitas: enggang gading
Puncak tertinggi: Gunung Rumput (1.590 mdpl)
Sungai terpanjang: Sungai Kapuas (1.143 km; terpanjang di Indonesia)
Danau terbesar: Danau Sentarum (132.000 ha)
Makanan khas: pengkang, sotong pangkong, chai kwe, dll.
Cerita rakyat: Batu Menangis, Semangka Emas, dll.
Pahlawan nasional: Raden Tumenggung Abdul Kadir Setia Pahlawan, dr. Raden Rubini Natawisastra, dll.

Seperti biasa, hal pertama yang akan kita bahas tentang Kalimantan Barat adalah dari sisi geografi fisik dan ekonomi. Apa yang membuat Kalbar stand out dari provinsi lain?

1. Kalimantan Barat dari Segi Geografi Fisik dan Ekonomi
Secara geografis, batas wilayah Kalbar adalah sebagai berikut:
Utara: Sarawak, Malaysia
Timur: Provinsi Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah
Selatan: Laut Jawa
Barat: Laut Natuna, Selat Karimata, dan Semenanjung Malaysia

Kalimantan Barat memiliki perbatasan wilayah dengan negara bagian Sarawak di Malaysia, tepatnya di PLBN Entikong, Jalan Lintas Malindo, Kabupaten Sanggau.

PLBN Entikong, salah satu pos perbatasan Indonesia-Malaysia. (sumber: ANTARA News)
PLBN Entikong, salah satu pos perbatasan Indonesia-Malaysia. (sumber: ANTARA News)
Ibukota Kalimantan Barat adalah Pontianak. Selengkapnya akan kita bahas di bagian divisi administratif, namun yang jamak diketahui semua orang adalah Pontianak adalah salah satu kota di Indonesia yang dilewati garis khatulistiwa, yaitu garis lintang nol derajat.

Puncak tertinggi di Kalimantan Barat adalah Gunung Rumput. Gunung setinggi 1.590 mdpl ini berada di perbatasan Indonesia-Malaysia, tepatnya antara Kabupaten Sambas dan negara bagian Sarawak. Dari puncaknya, kita bisa menempatkan satu kaki di satu negara dan kaki yang lainnya di negara lain. Itulah harmoni.

Gunung Rumput, puncak tertinggi di Kalbar yang terletak di perbatasan Indonesia-Malaysia. (sumber: detikTravel)
Gunung Rumput, puncak tertinggi di Kalbar yang terletak di perbatasan Indonesia-Malaysia. (sumber: detikTravel)
Sungai terpanjang di Kalbar, yang juga merupakan sungai terpanjang di seluruh Indonesia, adalah Sungai Kapuas. Sungai ini mengalir sepanjang 1.143 km, dengan dua hulu di Pegunungan Muller di Kabupaten Kapuas Hulu dan Nanga Ambalau di Kabupaten Sintang, hingga bermuara di Selat Karimata yang menghubungkan Laut Natuna dengan Pulau Jawa dan terletak di antara Sumatera dan Kalimantan.

Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia. (sumber: detik.com)
Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia. (sumber: detik.com)

Adapun danau terbesar di Kalbar adalah Danau Sentarum. Danau musiman ini dipenuhi air selama 10 bulan setiap tahunnya, dan sisanya akan surut, membentuk kolam-kolam kecil yang berisi ikan-ikan kecil. Waktu tempuh danau ini 14 jam dari jantung kota Pontianak. Sejak tahun 1999, kawasan Danau Sentarum telah ditetapkan sebagai taman nasional, dan daerah sekitarnya dihuni oleh suku Dayak dan suku lainnya yang telah beradaptasi dengan naik-turunnya air danau, seperti suku Iban.

Danau Sentarum, danau terbesar di Kalimantan Barat. (sumber: Atourin)
Danau Sentarum, danau terbesar di Kalimantan Barat. (sumber: Atourin)

Flora dan fauna di seluruh Pulau Kalimantan, termasuklah Kalbar, tergolong flora dan fauna Asiatis. Mereka berada tepat di sebelah garis Wallace, yang meliputi wilayah seperti Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Beberapa karakteristik fauna Asiatis yaitu berukuran besar, menyusui, lebih banyak jenis primata, ikan air tawar, spesies kucing dan kera, burung yang memiliki satu warna dan bersuara merdu, tidak ada hewan berkantung atau marsupialia, banyak jenis reptil, dan terdapat jenis hewan endemik yang hanya hidup di wilayah tertentu. Fauna dan flora Asiatis memiliki kesamaan dengan fauna dan flora di Asia, khususnya India.

Sementara itu, flora Asiatis biasanya berada di hutan hujan tropis yang didominasi oleh pohon yang tinggi dan besar. Beberapa contoh flora Asiatis adalah bunga Rafflesia arnoldii atau bunga padma raksasa dan bunga anggrek.

Flora dan fauna identitas Kalimantan Barat, yaitu tengkawang tungkul dan enggang gading, tergolong flora dan fauna Asiatis.

Tengkawang tungkul atau meranti merah (Shorea macrophylla) adalah flora endemik Provinsi Kalimantan Barat. Pohon ini sudah lama menjadi flora identitas Kalimantan Barat karena sudah lama digunakan dan dibudidayakan oleh masyarakat setempat. Kayunya kerap digunakan sebagai bahan baku perabot rumah tangga, dinding rumah, dan kertas. Selain kayunya, biji tengkawang tungkul juga dipakai sebagai sumber penghasil minyak nabati, yang kerap digunakan untuk memasak. Sayangnya, karena deforestasi dan perubahan fungsi lahan, tengkawang tungkul terancam punah.

Tengkawang tungkul, flora identitas Kalimantan Barat. (sumber: Mongabay)
Tengkawang tungkul, flora identitas Kalimantan Barat. (sumber: Mongabay)

Adapun fauna identitas Kalimantan Barat adalah seekor burung, enggang gading (Rhinoplax vigil). Si tampan dari famili Bucerotidae ini menjadi fauna identitas Kalimantan Barat karena memiliki nilai-nilai yang bisa menjadi teladan dalam kehidupan suku Dayak. Burung ini juga memiliki makna filosofis yang sangat dekat dengan kehidupan suku Dayak, seperti:
- Simbol kebesaran dan kemuliaan
- Simbol perdamaian dan persatuan
- Simbol kesetiaan dan kerukunan
- Tanda kemakmuran rakyat suku Dayak
- Contoh kehidupan keluarga yang senantiasa mencintai dan mengasihi pasangan hidupnya
- Pengingat pentingnya bertanggung jawab dan mengasuh anak menuju kedewasaan

Sayangnya, burung enggang gading sudah jarang ditemui di alam liar. Lembaga IUCN menetapkan enggang gading sebagai spesies kritis (sangat terancam punah), dengan ancaman seperti diburu untuk dijadikan hiasan dan hilangnya habitat. Berbagai upaya dilakukan untuk menyelamatkan burung ini dari ambang kepunahan, termasuk salah satunya dilindungi di kebun binatang. Jika Anda pergi ke kebun binatang saat liburan, lihatlah di bagian burung, mungkin Anda dapat menemukan enggang gading yang tampan ini.

Enggang gading, si tampan yang menjadi fauna identitas Kalimantan Barat. (sumber: Rumah Pengetahuan)
Enggang gading, si tampan yang menjadi fauna identitas Kalimantan Barat. (sumber: Rumah Pengetahuan)

Masyarakat Kalbar sangat menyayangi alam sekitar mereka dan pandai memanfaatkan hasil alam yang mereka punya. Hasil tani mereka berupa padi, jagung, kedelai, dll., sedangkan hasil kebun mereka berupa karet, kelapa sawit, kelapa, lidah buaya, dll. Bahkan di Pontianak, ada pusat budidaya lidah buaya, yaitu Aloe Vera Center. Lidah buaya dimanfaatkan sebagai bahan baku sampo untuk melebatkan rambut. Jika Anda fans girl group K-pop, tripleS, perhatikan rambut mereka yang senantiasa lebat dan sehat. Sampo yang mereka pakai bisa saja mengandung lidah buaya!

Aloe Vera Center, pusat budidaya lidah buaya di Kota Pontianak. (sumber: Atourin)
Aloe Vera Center, pusat budidaya lidah buaya di Kota Pontianak. (sumber: Atourin)

Selain itu, sebagai bukti cinta dan kasih sayang mereka terhadap alam, Kalbar memiliki taman nasional untuk melestarikan spesies langka mereka:
- Taman Nasional Betung Kerihun (Kapuas Hulu)
- Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (Sintang)
- Taman Nasional Danau Sentarum (Kapuas Hulu)
- Taman Nasional Gunung Palung (Kayong Utara/Ketapang)

Khususnya jika menyangkut orangutan, hewan primata kesayangan Indonesia. Orangutan sangat dicintai dan dilestarikan di Kalimantan.

Perihal transportasi, tentunya Sungai Kapuas dimanfaatkan sebagai sarana transportasi air. Orang-orang pergi bekerja, berbelanja, atau ke sekolah dengan naik sampan atau kapal melintasi Sungai Kapuas. Bagi mereka ini sudah biasa. Akan tetapi, bagi mereka yang ingin pulang kampung ke Pontianak setiap Idulfitri, mereka dapat naik pesawat dan mendarat di Bandara Supadio, Pontianak.

Bandara Supadio di Pontianak, bandara utama Kalimantan Barat. (sumber: CNN Indonesia)
Bandara Supadio di Pontianak, bandara utama Kalimantan Barat. (sumber: CNN Indonesia)
2. Kalimantan Barat dari Segi Administratif
Sekarang kita akan berkenalan dengan 14 divisi administratif yang membentuk Kalimantan Barat. Ada 12 kabupaten dan dua kota yang membentuk provinsi yang terletak di zona Waktu Indonesia Barat (WIB) ini.

** KABUPATEN **

1. Kabupaten Bengkayang (Bengkayang):
- Kecamatan Bengkayang
- Kecamatan Capkala
- Kecamatan Jagoi Babang
- Kecamatan Ledo
- Kecamatan Lembah Bawang
- Kecamatan Lumar
- Kecamatan Monterado
- Kecamatan Samalantan
- Kecamatan Sanggau Ledo
- Kecamatan Seluas
- Kecamatan Siding
- Kecamatan Sungai Betung
- Kecamatan Sungai Raya
- Kecamatan Sungai Raya Kepulauan
- Kecamatan Suti Semarang
- Kecamatan Teriak
- Kecamatan Tujuh Belas

Salah satu tempat wisata alam terindah di Bengkayang adalah Bukit Jamur. Bukit ini menyuguhkan keindahan hamparan bukit hijau yang luas, dihiasi dengan pepohonan rindang. Dari puncak bukit setinggi 500 mdpl ini kita bisa melihat seluruh Bengkayang dengan segala keindahannya. Kekayaan budaya lokal di sini juga masih sangat terjaga.

Bukit Jamur, sensasi negeri di atas awan di Bengkayang. (sumber: Wisato.id)
Bukit Jamur, sensasi negeri di atas awan di Bengkayang. (sumber: Wisato.id)

Sekitar 58% penduduk Bengkayang beragama Kristen, 31% di antaranya Katolik. Untuk mengakomodasi kegiatan ibadah masyarakatnya, seperti sekolah Minggu, Paskah, atau Natal, Bengkayang memiliki Gereja Paroki Santo Pius X. Gereja ini sudah berdiri sejak 1 September 1934, alias sudah 90 tahun.

Gereja Katolik Bengkayang sudah berdiri sejak 1934. (sumber: Atourin)
Gereja Katolik Bengkayang sudah berdiri sejak 1934. (sumber: Atourin)

Bengkayang juga memiliki sejumlah air terjun yang indah. Dikelilingi hutan hujan tropis membuat lanskap Kalbar enak dipandang, cocok untuk menyegarkan mata yang lelah menatap gawai. Salah satu air terjun yang terindah di Bengkayang adalah Air Terjun Riam Merasap. Jarak tempuhnya sekitar 300 km dari Pontianak, atau kurang lebih 8 jam, setara waktu tidur ideal manusia.

Air Terjun Riam Merasap di Bengkayang. (sumber: Atourin)
Air Terjun Riam Merasap di Bengkayang. (sumber: Atourin)
2. Kabupaten Kapuas Hulu (Putussibau):
- Kecamatan Badau
- Kecamatan Batang Lupar
- Kecamatan Bika
- Kecamatan Boyan Tanjung
- Kecamatan Bunut Hilir
- Kecamatan Bunut Hulu
- Kecamatan Embaloh Hilir
- Kecamatan Embaloh Hulu
- Kecamatan Empanang
- Kecamatan Hulu Gurung
- Kecamatan Jongkong
- Kecamatan Kalis
- Kecamatan Mentebah
- Kecamatan Pengkadan
- Kecamatan Puring Kencana
- Kecamatan Putussibau Selatan
- Kecamatan Putussibau Utara
- Kecamatan Seberuang
- Kecamatan Selimbau
- Kecamatan Semitau
- Kecamatan Silat Hilir
- Kecamatan Silat Hulu
- Kecamatan Suhaid

Sesuai namanya, Kapuas Hulu adalah salah satu tempat di Kalbar di mana Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia, berhulu. Sungai ini melintasi kota Putussibau, ibukota kabupaten ini.

Sungai Kapuas mengalir melintasi Putussibau, ibukota Kabupaten Kapuas Hulu. (sumber: detik.com)
Sungai Kapuas mengalir melintasi Putussibau, ibukota Kabupaten Kapuas Hulu. (sumber: detik.com)

Selain Taman Nasional Danau Sentarum, taman nasional lainnya yang terletak secara administratif di Kapuas Hulu adalah Taman Nasional Betung Kerihun. Selain melestarikan orangutan kalimantan yang langka, Betung Kerihun juga merupakan tempat bermukim suku Dayak, Iban, Punan, Kayan, dan Suruk.

Taman Nasional Betung Kerihun. (sumber: Atourin)
Taman Nasional Betung Kerihun. (sumber: Atourin)

Di Desa Sejiram, Kecamatan Seberuang, Kabupaten Kapuas Hulu, terdapat sebuah gereja tua yang sudah berdiri sejak 1892. Namanya Gereja Santo Fidelis, namun lebih akrab disebut Gereja Tua Sejiram karena letaknya memang di Desa Sejiram. Gereja Tua Sejiram bukan saja tempat ibadah bagi umat Katolik di Kapuas Hulu, namun juga sebagai cagar budaya yang terus lestari selama bertahun-tahun.

Gereja Tua Sejiram sudah berdiri sejak 1892. (sumber: Info Kapuas Hulu)
Gereja Tua Sejiram sudah berdiri sejak 1892. (sumber: Info Kapuas Hulu)

Kota Putussibau, ibukota Kabupaten Kapuas Hulu, juga memiliki sebuah rumah ibadah untuk menampung kegiatan rohani umat Islam. Adalah Masjid Agung Darunnajah, yang berdiri sejak tahun 1992. Di sinilah umat Islam di Kapuas Hulu datang untuk salat, mengaji, atau mengikuti kajian.

Masjid Agung Darunnajah Putussibau. (sumber: Info Kapuas Hulu)
Masjid Agung Darunnajah Putussibau. (sumber: Info Kapuas Hulu)

3. Kabupaten Kayong Utara (Sukadana):
- Kecamatan Kepulauan Karimata
- Kecamatan Pulau Maya
- Kecamatan Seponti
- Kecamatan Simpang Hilir
- Kecamatan Sukadana
- Kecamatan Teluk Batang

Kabupaten Kayong Utara merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Ketapang, berdasarkan Undang-undang No. 6 Tahun 2007 pada 2 Januari 2007. Ibukotanya di Sukadana.

Pada tanggal 15 Oktober 2016, Presiden Joko Widodo meresmikan Masjid Agung Oesman Al-Khair Sukadana. Masjid ini dibangun dengan penuh kasih dari batu pualam putih, mirip dengan Masjid Apung Ar-Rahmah di Jeddah, Arab Saudi. Nama masjid ini diambil dari Wakil Ketua MPR, Oesman Sapta.

Masjid Agung Oesman Al-Khair Sukadana. (sumber: detik.com)
Masjid Agung Oesman Al-Khair Sukadana. (sumber: detik.com)

Selain itu, Taman Nasional Gunung Palung juga terletak di Kayong Utara. Di kawasan ini terdapat Gunung Palung yang menjulang setinggi 1.116 mdpl. Kawasan TNGP merupakan habitat bagi sekira 2.500 ekor orangutan, yang dilestarikan di sini guna menyelamatkan mereka dari kepunahan. Selain orangutan, ada juga bekantan dan kijang mini yang mendiami kawasan TNGP, yang terletak antara Kayong Utara dan Ketapang ini.

Taman Nasional Gunung Palung, terletak di antara Kayong Utara dan Ketapang. (sumber: Travel Safe ACA)
Taman Nasional Gunung Palung, terletak di antara Kayong Utara dan Ketapang. (sumber: Travel Safe ACA)
4. Kabupaten Ketapang (Ketapang):
- Kecamatan Air Upas
- Kecamatan Benua Kayong
- Kecamatan Delta Pawan
- Kecamatan Hulu Sungai
- Kecamatan Jelai Hulu
- Kecamatan Kendawangan
- Kecamatan Manis Mata
- Kecamatan Marau
- Kecamatan Matan Hilir Selatan
- Kecamatan Matan Hilir Utara
- Kecamatan Muara Pawan
- Kecamatan Nanga Tayap
- Kecamatan Pemahan
- Kecamatan Sandai
- Kecamatan Simpang Dua
- Kecamatan Singkup
- Kecamatan Sungai Laur
- Kecamatan Sungai Melayu Rayak
- Kecamatan Simpang Hulu
- Kecamatan Tumbang Titi

Kerajaan Tanjungpura merupakan kerajaan tertua di Kalimantan Barat yang telah wujud sejak abad ke-8, yang berpusat di Ketapang. Kerajaan ini telah berkali-kali mengalami perpindahan ibukota kerajaan, pertama kali di Negeri Baru, Ketapang, kemudian ke Sukadana (yang sekarang menjadi ibukota Kabupaten Kayong Utara) pada abad ke-14 Masehi, sejak Raja Sorgi memeluk agama Islam.

Kini, bekas kediaman Raja Tanjungpura telah menjadi cagar budaya yang dibuka untuk umum, yaitu Keraton Kerajaan Matan Ketapang. Bahkan, nama Kerajaan Tanjungpura diabadikan menjadi nama salah satu perguruan tinggi negeri di Pontianak, yaitu Universitas Tanjungpura.

Keraton Kerajaan Matan Ketapang, kediaman Raja Tanjungpura. (sumber: Atourin)
Keraton Kerajaan Matan Ketapang, kediaman Raja Tanjungpura. (sumber: Atourin)

Di kawasan Taman Nasional Gunung Palung, terdapat sebuah bukit batu raksasa yang menjulang tinggi di perbatasan Ketapang dan Kayong Utara. Namanya Bukit Batu Daya, tingginya 958 mdpl. Menurut sebuah legenda, Batu Daya merupakan jelmaan dari seorang anak kecil. Bukit batu ini menjadi favorit para pendaki gunung yang pergi meresapi keindahan alam kawasan Taman Nasional Gunung Palung.

Bukit Batu Daya merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Palung. (sumber: Superlive.id)
Bukit Batu Daya merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Palung. (sumber: Superlive.id)

5. Kabupaten Kubu Raya (Sungai Raya):
- Kecamatan Batu Ampar
- Kecamatan Kuala Mandor B
- Kecamatan Kubu
- Kecamatan Rasau Jaya
- Kecamatan Sungai Ambawang
- Kecamatan Sungai Kakap
- Kecamatan Sungai Raya
- Kecamatan Teluk Pakedai
- Kecamatan Terentang

Situs Kerajaan Kubu merupakan destinasi wisata ikonik yang terletak di Desa Kubu, Kecamatan Kubu, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Kerajaan Kubu atau Kesultanan Kubu adalah kerajaan yang pernah berdiri di wilayah tersebut pada abad ke-17. Pendirinya adalah Sultan Syarif Al-Idrus, seorang ulama keturunan Hadramaut, Yaman, yang masih keturunan Nabi Muhammad SAW. Fungsi Kerajaan Kubu adalah sebagai kubu pertahanan pada masa kolonialisme Belanda dan Jepang, dan masa pemerintahannya berakhir segera setelah tergabung dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Situs Kerajaan Kubu di Kubu Raya. (sumber: Wisato.id)
Situs Kerajaan Kubu di Kubu Raya. (sumber: Wisato.id)

6. Kabupaten Landak (Ngabang):
- Kecamatan Air Besar
- Kecamatan Banyuke Hulu
- Kecamatan Jelimpo
- Kecamatan Kuala Behe
- Kecamatan Mandor
- Kecamatan Mempawah Hulu
- Kecamatan Menjalin
- Kecamatan Menyuke
- Kecamatan Meranti
- Kecamatan Ngabang
- Kecamatan Sebangki
- Kecamatan Sengah Temila
- Kecamatan Sompak

Di Landak, terdapat sebuah situs bersejarah yang didedikasikan untuk masyarakat Kalimantan Barat yang tewas akibat kekejaman tentara Jepang, beberapa tahun sebelum Indonesia merdeka. Namanya Makam Juang Mandor. Dulu, makam ini digunakan sebagai tempat pembantaian kurang lebih 21.037 orang pada tragedi Mandor Berdarah dari tahun 1943-1944.

Makam Juang Mandor, tempat terjadinya sebuah pembantaian berdarah yang menewaskan 20.000+ orang Kalbar di tangan tentara Jepang. (sumber: Atourin)
Makam Juang Mandor, tempat terjadinya sebuah pembantaian berdarah yang menewaskan 20.000+ orang Kalbar di tangan tentara Jepang. (sumber: Atourin)

Landak juga merupakan tempat berdirinya sebuah kerajaan yang berdiri selama bertahun-tahun sebelum Indonesia merdeka. Adalah Kerajaan Landak, yang berdiri dari 1292 hingga swapraja dihapuskan pada tahun 1962. Kediaman resmi Raja Landak adalah Keraton Ismahayana, yang sekarang terbuka untuk umum sebagai sebuah cagar budaya.

Keraton Ismahayana, kediaman resmi Raja Landak. (sumber: Atourin)
Keraton Ismahayana, kediaman resmi Raja Landak. (sumber: Atourin)

Berjarak sekitar 15 menit dari jantung kota Ngabang, ibukota Kabupaten Landak, terdapat Objek Wisata Air Merah. Di sini kita dapat mandi dan berenang sambil menikmati kesejukan air yang mengalir dari riam di objek wisata ini. Objek Wisata Air Merah terletak di Desa Mungguk, Kecamatan Ngabang.

Objek Wisata Air Merah di Desa Mungguk, Kecamatan Ngabang, Landak. (sumber: Landaknews.com)
Objek Wisata Air Merah di Desa Mungguk, Kecamatan Ngabang, Landak. (sumber: Landaknews.com)

7. Kabupaten Melawi (Nanga Pinoh):
- Kecamatan Belimbing
- Kecamatan Belimbing Hulu
- Kecamatan Ella Hilir
- Kecamatan Menukung
- Kecamatan Nanga Pinoh
- Kecamatan Pinoh Selatan
- Kecamatan Pinoh Utara
- Kecamatan Sayan
- Kecamatan Sokan
- Kecamatan Tanah Pinoh
- Kecamatan Tanah Pinoh Barat

Selain Sungai Kapuas, Sungai Belaban adalah salah satu sungai yang mengalir sepanjang Provinsi Kalimantan Barat. Masyarakat Kecamatan Ella Hilir, Melawi, pandai memanfaatkan sungai ini sebagai tempat wisata arung jeram. Piluhan tepat bagi wisatawan yang suka tantangan.

Wisata arung jeram di Sungai Belaban, Kecamatan Ella Hilir, Kabupaten Melawi. (sumber: Jadesta)
Wisata arung jeram di Sungai Belaban, Kecamatan Ella Hilir, Kabupaten Melawi. (sumber: Jadesta)
Ibukota Kabupaten Melawi adalah Nanga Pinoh. Nanga Pinoh merupakan salah satu kota terpanas di Indonesia; Anda bahkan dapat berargumen bahwa Nanga Pinoh lebih panas dari Kota Bekasi, Jawa Barat. Nanga Pinoh merupakan pusat pemerintahan dan ekonomi Kabupaten Melawi. Suhu ekstrem di Nanga Pinoh menambah tantangan dalam kehidupan sehari-hari. Paling panas, suhu di kota ini bisa mencapai 35 derajat Celsius.

Kota Nanga Pinoh, ibukota Kabupaten Melawi yang arguably lebih panas dari Kota Bekasi. (sumber: Atourin)
Kota Nanga Pinoh, ibukota Kabupaten Melawi yang arguably lebih panas dari Kota Bekasi. (sumber: Atourin)
8. Kabupaten Mempawah (Mempawah):
- Kecamatan Anjongan
- Kecamatan Mempawah Hilir
- Kecamatan Mempawah Timur
- Kecamatan Sadaniang
- Kecamatan Segedong
- Kecamatan Siantan
- Kecamatan Sungai Kunyit
- Kecamatan Sungai Pinyuh
- Kecamatan Toho

Salah satu peninggalan bersejarah Kesultanan Mempawah dapat ditemukan di Desa Pulau Pedalaman, Kecamatan Mempawah Timur. Istana Amantubillah, yang dalam bahasa Arab artinya "aku beriman kepada Allah", dibangun pada masa pemerintahan Gusti Jamiril, yang bergelar Panembahan Adi Wijaya Kesuma (1761-1787), yang merupakan sultan ketiga Kesultanan Mempawah. Seperti keraton lainnya di Kalimantan Barat, Istana Amantubillah kini dibuka untuk umum sebagai museum dan cagar budaya.

Istana Amantubillah, kediaman resmi sang Sultan Mempawah dengan dinding biru muda cerah yang ikonik. (sumber: Kemenparekraf)
Istana Amantubillah, kediaman resmi sang Sultan Mempawah dengan dinding biru muda cerah yang ikonik. (sumber: Kemenparekraf)

Salah satu raja yang pernah memerintah Kerajaan Mempawah adalah Opu Daeng Menambon, yang bergelar Pangeran Mas Suryanegara. Beliau meninggal pada tahun 1763. Makam beliau terletak di Sebukit Rama, sekitar 5 km dari Desa Pasir, Kecamatan Mempawah Hilir. Selain menyebarkan agama Islam di Kalimantan Barat, Opu Daeng Menambon juga menjadi peletak dasar keberagaman etnis di Mempawah. Beliau mengajarkan nilai keharmonisan antaretnis dan antaragama di masyarakat Mempawah; sesuatu yang sangat esensial dalam kehidupan bermasyarakat Republik Indonesia.

Makam Opu Daeng Menambon, raja pertama Kerajaan Mempawah. (sumber: Indonesia Kaya)
Makam Opu Daeng Menambon, raja pertama Kerajaan Mempawah. (sumber: Indonesia Kaya)

Tempat wisata bahari andalan Mempawah adalah Pulau Temajo. Pulau ini menyuguhkan pemandangan dataran tinggi dengan hutan tropis yang masih alami yang sangat cocok untuk kegiatan hiking. Setelah hiking, Anda dapat menyegarkan diri dengan mandi di laut Pulau Temajo.

Pulau Temajo, tempat wisata bahari andalan Mempawah. (sumber: RRI)
Pulau Temajo, tempat wisata bahari andalan Mempawah. (sumber: RRI)

9. Kabupaten Sambas (Sambas):
- Kecamatan Galing
- Kecamatan Jawai
- Kecamatan Jawai Selatan
- Kecamatan Paloh
- Kecamatan Pemangkat
- Kecamatan Sajad
- Kecamatan Sajingan Besar
- Kecamatan Salatiga
- Kecamatan Sambas
- Kecamatan Sebawi
- Kecamatan Sejangkung
- Kecamatan Selakau
- Kecamatan Selakau Timur
- Kecamatan Semparuk
- Kecamatan Subah
- Kecamatan Tangaran
- Kecamatan Tebas
- Kecamatan Tekarang
- Kecamatan Teluk Keramat

Sambas jamak dikenal karena keratonnya. Keraton ini adalah peninggalan bersejarah dari Kerajaan Sambas, sebuah kerajaan Melayu Islam yang terletak di pesisir utara Provinsi Kalimantan Barat. Kerajaan ini sudah berdiri sejak tahun 1671 dan sekarang diperintah oleh Sultan Muda Muhammad Tarhan sejak 2008. Kompleks Keraton Sambas kini dibuka untuk umum.

Keraton Sambas. (sumber: detik.com)
Keraton Sambas. (sumber: detik.com)

Di kompleks Keraton Sambas, kita dapat menunaikan salat di Masjid Jami Keraton Sambas. Bernama resmi Masjid Sultan Muhammad Syafi'oeddin II, masjid ini awalnya merupakan rumah sultan yang kemudian dijadikan musala. Masjid ini dibangun oleh Sultan Umar Aqomuddin yang memerintah Kerajaan Sambas dari tahun 1702-1727 Masehi, kemudian direnovasi oleh putranya, Sultan Muhammad Syafi'oeddin, sebelum diresmikan pada 10 Oktober 1885.

Masjid Jami Keraton Sambas. (sumber: Atourin)
Masjid Jami Keraton Sambas. (sumber: Atourin)
10. Kabupaten Sanggau (Kapuas):
- Kecamatan Balai
- Kecamatan Beduai
- Kecamatan Bonti
- Kecamatan Entikong
- Kecamatan Jangkang
- Kecamatan Kapuas
- Kecamatan Kembayan
- Kecamatan Meliau
- Kecamatan Mukok
- Kecamatan Noyan
- Kecamatan Parindu
- Kecamatan Sekayam
- Kecamatan Tayan Hilir
- Kecamatan Tayan Hulu
- Kecamatan Toba

Di atas Sungai Kapuas yang melintasi Sanggau, Jembatan Tayan berdiri dengan gagah, di mana dia menjadi bagian dari Jalan Trans-Kalimantan poros selatan yang menghubungkan Kalimantan Barat dengan Kalimantan Tengah. Jembatan ini adalah jembatan terpanjang di Kalimantan dan terpanjang kedua di Indonesia setelah Jembatan Suramadu di Jawa Timur.

Jembatan Tayan, jembatan terpanjang di Kalimantan, berdiri di atas Sungai Kapuas yang melintasi Sanggau. (sumber: Atourin)
Jembatan Tayan, jembatan terpanjang di Kalimantan, berdiri di atas Sungai Kapuas yang melintasi Sanggau. (sumber: Atourin)
Gunung Tiong Kandang menjulang tinggi di antara Desa Temiang Mali dan Desa Tae, Kecamatan Balai, Sanggau. Suku Dayak yang hidup di sekitar gunung ini masih mempertahankan adat yang mereka praktikkan selama berabad-abad.

Gunung Tiong Kandang di Sanggau. (sumber: Atourin)
Gunung Tiong Kandang di Sanggau. (sumber: Atourin)

11. Kabupaten Sekadau (Sekadau Hilir):
- Kecamatan Belitang
- Kecamatan Belitang Hilir
- Kecamatan Belitang Hulu
- Kecamatan Nanga Mahap
- Kecamatan Nanga Taman
- Kecamatan Sekadau Hilir
- Kecamatan Sekadau Hulu

Ada sebuah fenomena alam yang unik di Sekadau, yaitu Batu Tinggi. Batu ini hanya menyembul keluar dari permukaan air saat musim kemarau. Pada batu-batu tersebut, terdapat ukiran nama dan tulisan-tulisan lainnya yang tampak dibuat oleh orang-orang zaman dahulu, diperkirakan pada tahun 1980-an.

Batu Tinggi di Sekadau hanya muncul saat musim kemarau. (sumber: Atourin)
Batu Tinggi di Sekadau hanya muncul saat musim kemarau. (sumber: Atourin)
12. Kabupaten Sintang (Sintang):
- Kecamatan Ambalau
- Kecamatan Binjai Hulu
- Kecamatan Dedai
- Kecamatan Kayan Hilir
- Kecamatan Kayan Hulu
- Kecamatan Kelam Permai
- Kecamatan Ketungau Hilir
- Kecamatan Ketungau Hulu
- Kecamatan Ketungau Tengah
- Kecamatan Serawai
- Kecamatan Sepauk
- Kecamatan Sintang
- Kecamatan Sungai Tebelian
- Kecamatan Tempunak

Di perbatasan antara Kalbar dan Kalteng, tepatnya di antara Sintang, Kalbar dan Katingan, Kalteng, terdapat Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya. Di sini dapat ditemui berbagai macam satwa seperti beruang madu, kesadu, musang wisel, orangutan kalimantan, lutung kelabu, lutung hitam, lutung merah, dll. Semuanya dilindungi agar tidak punah, sebagaimana komitmen orang Kalbar yang sayang alam.

Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya terletak di antara Sintang, Kalbar dan Katingan, Kalteng. (sumber: Atourin)
Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya terletak di antara Sintang, Kalbar dan Katingan, Kalteng. (sumber: Atourin)

** KOTA **

13. Kota Pontianak:
- Kecamatan Pontianak Barat
- Kecamatan Pontianak Kota
- Kecamatan Pontianak Selatan
- Kecamatan Pontianak Tenggara
- Kecamatan Pontianak Timur
- Kecamatan Pontianak Utara

Ini dia, Kota Pontianak, ibukota Kalimantan Barat yang berada di garis khatulistiwa.

Mendarat di Bandara Supadio, Anda akan disambut hangat oleh ikon Pontianak, yaitu Tugu Khatulistiwa. Tugu ini dibangun pada masa pemerintahan Hindia Belanda sebagai penanda titik nol derajat garis khatulistiwa. Pada tahun 1930, tugu tersebut disempurnakan dengan ditambahkan lingkaran di atas tugu.

Tugu Khatulistiwa, ikon tersendiri Kota Pontianak. (sumber: Atourin)
Tugu Khatulistiwa, ikon tersendiri Kota Pontianak. (sumber: Atourin)

Tugu Khatulistiwa adalah tempat terjadinya peristiwa alam yang sangat langka, yaitu kulminasi matahari. Kulminasi matahari adalah fenomena astronomi ketika matahari berada di posisi tertinggi di langit saat mengedari bumi. Fenomena ini terjadi karena pergerakan semu tahunan matahari yang disebabkan oleh kemiringan sumbu bumi. Peristiwa ini hanya terjadi di 14 negara, termasuk Indonesia, namun hanya Pontianak yang tepat berada di garis khatulistiwa.

Setiap kulminasi matahari, matahari tepat berada pada titik ekuator, sehingga bayangan benda hilang. Peristiwa tersebut juga menghilangkan gravitasi, sehingga benda seperti sebutir telur ayam bisa berdiri tegak.

Tugu Khatulistiwa bukan satu-satunya tugu di Pontianak. Ada juga Tugu Digulis atau Tugu Bambu Runcing, yang didirikan sebagai peringatan atas perjuangan sebelas tokoh Sarekat Islam di Kalbar yang dibuang ke Boven Digoel, Papua. Tugu ini berdiri dengan tegak di Bundaran Universitas Tanjungpura.

Tugu Digulis berdiri dengan tegak di Bundaran Universitas Tanjungpura, Pontianak. (sumber: Atourin)
Tugu Digulis berdiri dengan tegak di Bundaran Universitas Tanjungpura, Pontianak. (sumber: Atourin)

Pontianak adalah salah satu kota paling toleran di Indonesia. Di sini kita dapat menemukan rumah ibadah berbagai agama, seperti Masjid Raya Mujahidin. Masjid ini termasuk terbesar di Kalbar dan sudah berdiri sejak diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1978. Masjid ini mampu menampung hingga 9.000 jemaah yang datang untuk salat dan mendengarkan dakwah dari asatiz yang disegani.

Masjid Raya Mujahidin, pusat dakwah Islam di jantung kota Pontianak. (sumber: Jakarta Islamic Centre)
Masjid Raya Mujahidin, pusat dakwah Islam di jantung kota Pontianak. (sumber: Jakarta Islamic Centre)
Gereja Katedral Santo Yosef Pontianak juga tak kalah menarik dari segi arsitektur. Mirip dengan katedral di kota Firenze, Italia, gereja ini merupakan paroki dari Gereja Katolik Roma di pusat Keuskupan Agung Pontianak. Setiap pagi, jam 5.30 WIB, teman-teman Katolik kita di Pontianak menghadiri misa harian di katedral bergaya Neo-Klasik ini.

Gereja Katedral Santo Yosef Pontianak memiliki gaya arsitektur Neo-Klasik yang indah. (sumber: Pontinesia)
Gereja Katedral Santo Yosef Pontianak memiliki gaya arsitektur Neo-Klasik yang indah. (sumber: Pontinesia)

Teman-teman Buddha kita di Pontianak juga memiliki rumah ibadah, yaitu Vihara Maitreya Pontianak. Vihara ini berdiri berdampingan dengan Vihara Vajra Bumi Kertayuga. Di sini, teman-teman Buddha kita berdoa dan memberikan penghormatan mereka kepada Sang Buddha, bahkan saat Waisak.

Vihara Maitreya Pontianak. (sumber: Wikimedia Commons)
Vihara Maitreya Pontianak. (sumber: Wikimedia Commons)

Apa pun rumah ibadahnya, toleransi antarumat beragama di kalangan masyarakat Pontianak tetaplah terjaga.

Untuk menampung aktivitas kaum Melayu di Pontianak, Wakil Presiden Jusuf Kalla meresmikan Rumah Adat Melayu. Rumah ini dibangun sesuai dengan falsafah hidup orang Melayu: "Adat dijunjung, budaya disanjung". Di sini kita bisa melihat pagelaran seni budaya Melayu dan menyantap lezatnya santapan Melayu Pontianak.

Rumah Adat Melayu Pontianak. (sumber: Pontinesia)
Rumah Adat Melayu Pontianak. (sumber: Pontinesia)

Area hijau favorit masyarakat Pontianak untuk melepas penat setiap akhir pekan adalah Taman Akcaya. Taman yang terletak di Jalan Sutan Syahrir ini mendapatkan namanya dari semboyan Provinsi Kalimantan Barat, yaitu Akcaya, yang berarti "tak kunjung binasa".

Taman Akcaya, area hijau favorit masyarakat Pontianak. (sumber: Atourin)
Taman Akcaya, area hijau favorit masyarakat Pontianak. (sumber: Atourin)

14. Kota Singkawang:
- Kecamatan Singkawang Barat
- Kecamatan Singkawang Selatan
- Kecamatan Singkawang Tengah
- Kecamatan Singkawang Timur
- Kecamatan Singkawang Utara

Kota Singkawang juga merupakan salah satu kota paling toleran di Indonesia. Singkawang telah tiga kali berturut-turut meraih predikat kota paling toleran di Indonesia. Pada tahun 2023, Singkawang kembali meraih predikat Kota Tertoleran se-Indonesia berdasarkan Indeks Kota Toleran (IKT) yang dirilis oleh Setara Institute. Singkawang mendapatkan skor tertinggi yaitu 6,5, disusul oleh Bekasi, Jawa Barat (6,46) dan Salatiga, Jawa Tengah (6,45).

Perwujudan toleransi di Singkawang dapat dilihat dari kehidupan sehari-hari, seperti rumah ibadah yang bersisian, seperti Masjid Raya Singkawang, Gereja Katolik Singkawang, dan Vihara Tri Dharma Bumi Raya.

Masjid Raya Singkawang. (sumber: Atourin)
Masjid Raya Singkawang. (sumber: Atourin)

Gereja Katolik Singkawang. (sumber: Atourin)
Gereja Katolik Singkawang. (sumber: Atourin)

Vihara Tri Dharma Bumi Raya. (sumber: Atourin)
Vihara Tri Dharma Bumi Raya. (sumber: Atourin)

Diresmikan pada 4 Oktober 2022 lalu, Vihara Thai Pak Kung merupakan rumah ibadah bagi umat Tionghoa yang terbesar dan termegah yang pernah dibangun di Singkawang. Vihara ini membutuhkan 10 tahun untuk diselesaikan sebelum diresmikan. Bentuk arsitekturnya menyerupai Kota Terlarang di Beijing, Cina.

Vihara Thai Pak Kung, klenteng terbesar dan termegah di Kalimantan Barat. (sumber: detik.com)
Vihara Thai Pak Kung, klenteng terbesar dan termegah di Kalimantan Barat. (sumber: detik.com)
Pengaruh Tionghoa di Singkawang juga terasa di Rumah Marga Tjhia. Didirikan pada tahun 1901, Pemerintah Kota Singkawang telah menetapkan rumah dengan corak budaya Tionghoa ini sebagai cagar budaya. Fungsinya mirip dengan museum dan dapat dikunjungi oleh umum.

Cagar Budaya Rumah Marga Tjhia. (sumber: Atourin)
Cagar Budaya Rumah Marga Tjhia. (sumber: Atourin)

Dan itulah, 14 kabupaten dan kota yang membentuk Kalimantan Barat.

Semua kabupaten dan kota di Kalbar menggunakan huruf awal KB di pelat nomor mereka.

3. Kalimantan Barat dari Segi Sosial Budaya
Apakah artinya menjadi orang Kalbar? Kita akan menjawabnya dengan berkenalan dengan suku bangsa yang mendiami provinsi ini.

Sebagaimana kita tahu, semua provinsi di Pulau Kalimantan merupakan surga transmigran. Kita dapat dengan mudah menemukan suku dari luar Kalimantan yang mendiami Kalimantan, seperti suku Jawa. Mereka pindah dari pulau kampung halaman mereka yang padat penduduknya ke Kalimantan yang jarang penduduknya, untuk bekerja dan menempuh jalan hidup yang lebih bersahaja. Sebagian besar pindah dari Jateng, Jogja, atau Jatim. Mereka masih berbahasa Jawa dan melestarikan budaya Jawa mereka, seperti bersih desa, berbicara sesuai unggah-ungguh yang berlaku, dan mengucapkan kulo nuwun setiap kali bertamu. Walaupun, saat ini orang Jawa di Kalimantan lebih banyak bertutur dalam bahasa Indonesia.

Suku Jawa banyak ditemukan di Kalimantan, khususnya Kalbar. (sumber: Kumparan)
Suku Jawa banyak ditemukan di Kalimantan, khususnya Kalbar. (sumber: Kumparan)

Suku Tionghoa juga memainkan peran besar dalam demografi Kalbar. Migrasi orang Tionghoa ke Pontianak terjadi secara besar-besaran pada akhir abad ke-18. Sultan mengundang mereka untuk melakukan kegiatan pertambangan dan menghidupkan kegiatan perdagangan di Pontianak.

Adapun Kota Singkawang didirikan oleh orang-orang Tionghoa. Menurut orang-orang Tionghoa suku Hakka, nama Singkawang berasal dari kata “San Kew Jong” yang artinya kota yang terletak di antara laut, muara, gunung, dan sungai.

Sebagian besar orang Tionghoa di Kalbar menganut agama Buddha atau Konghucu. Namun, ada juga yang Islam dan Kristen. Mereka merayakan hari besar etnis Tionghoa seperti Imlek dan Cap Go Meh. Bahkan, di kota-kota seperti Bengkayang dan Singkawang, pengaruh budaya Tionghoa sangat besar, dan semua orang, terlepas dari suku maupun agama, ikut merayakan hari besar Tionghoa. Benar-benar toleran.

Suku Tionghoa di Kalbar bertutur dalam bahasa Hokkien, Tiochiu, dan Hakka.

Suku Tionghoa memainkan peran besar dalam demografi Kalbar. (sumber: ANTARA News)
Suku Tionghoa memainkan peran besar dalam demografi Kalbar. (sumber: ANTARA News)

Suku Melayu juga memerankan peran tak kalah penting. Mereka terbagi lebih jauh menjadi berbagai sub-suku, seperti Melayu Sambas, Melayu Pontianak, dan Melayu Kayong. Mereka masih melestarikan budaya Melayu yang mereka pegang teguh selama berabad-abad.

Suku Melayu Kalbar. (sumber: Indonesia Kaya)
Suku Melayu Kalbar. (sumber: Indonesia Kaya)

Tetapi, jika ada suku asli yang mendefinisikan Kalimantan secara penuh, kita akan mengucapkan halo kepada... suku Dayak.

Suku Dayak, salah satu suku asli Pulau Kalimantan. (sumber: Indonesia Kaya)
Suku Dayak, salah satu suku asli Pulau Kalimantan. (sumber: Indonesia Kaya)

Apa itu suku Dayak? Suku Dayak adalah grup etnis pribumi yang terutama mendiami Pulau Kalimantan, yang terbagi atas Indonesia, Malaysia, dan Brunei. Suku Dayak bukanlah satu kelompok etnis, melainkan istilah kolektif untuk berbagai suku dan komunitas, yang masing-masing memiliki bahasa, adat istiadat, dan tradisi yang berbeda. Beberapa kelompok Dayak utama meliputi suku Ngaju, Iban, dan Kenyah. Di Kalbar, suku Dayak adalah kelompok demografis terbesar, dengan cakupan 34,93% dari populasi Kalbar.

Suku Iban, salah satu sub-suku Dayak yang mendiami Kalimantan Barat. (sumber: Republika)
Suku Iban, salah satu sub-suku Dayak yang mendiami Kalimantan Barat. (sumber: Republika)

Secara tradisional, masyarakat Dayak dikenal dengan kepercayaan animisme mereka, meskipun banyak juga yang telah memeluk agama Kristen atau Islam. Mereka mempraktikkan pertanian subsisten, berburu, dan meramu, seringkali selaras dengan lingkungan hutan mereka.

Saya pernah membaca sebuah buku karangan Erik Lincoln dan Irfan Amalee yang berjudul "Beda Kebudayaan Tetap Berteman", dan di salah satu komik dalam buku tersebut ada secebis informasi tentang suku Dayak. Menurut buku tersebut, anak-anak Dayak tidak bersekolah. Mereka bertelanjang dada dan hidup berburu hasil hutan serta berebut manggis dengan orangutan di pohon. Dan anak perempuannya bermain oper-operan danau atau voli dengan tengkorak orangutan. Bagi mereka ini sudah biasa.

Bicara soal mandau, itu adalah senjata tradisional Dayak. Dan ini adalah saat yang sempurna untuk membicarakan senjata dan rumah tradisional Kalbar. Mandau adalah sejenis pedang atau parang, yang memiliki ciri khas bilah melengkung yang panjangnya dapat bervariasi dari sekitar 50 cm hingga lebih dari satu meter. Bilahnya biasanya terbuat dari besi atau baja, sedangkan gagangnya sering dihiasi ukiran rumit dan terkadang dilapisi bahan seperti tulang atau kayu.

Mandau bukan saja sebuah senjata; mandau memiliki makna budaya yang mendalam bagi masyarakat Dayak. Mandau sering dianggap sebagai simbol identitas dan warisan. Dalam upacara dan ritual, mandau dapat digunakan untuk menandakan status atau memohon perlindungan.

Mandau, senjata tradisional orang Dayak di Kalimantan. (sumber: Indonesia Kaya)
Mandau, senjata tradisional orang Dayak di Kalimantan. (sumber: Indonesia Kaya)

Masyarakat Dayak tinggal di rumah Betang atau rumah Radakng, sebuah rumah panjang. Banyak suku Dayak yang tinggal di rumah panjang, yang merupakan tempat tinggal komunal yang dapat menampung banyak keluarga. Bangunan-bangunan ini penting untuk kegiatan sosial dan budaya.

Rumah Betang, rumah adat suku Dayak di Kalbar. (sumber: Indonesia Kaya)
Rumah Betang, rumah adat suku Dayak di Kalbar. (sumber: Indonesia Kaya)

Musik dan tari memainkan peran penting dalam seni budaya Kalimantan Barat. Beberapa lagu tradisional mereka bisanya diiringi oleh iringan alat musik sampek, gerdek, dan tuma.


Bagaimana dengan lagu tradisional Kalimantan Barat? Kita akan mendengarkan lagu "Cik-cik periuk".


Beberapa tarian tradisional Kalbar dipengaruhi berabad-abad budaya Dayak dan Melayu. Namun untuk pembahasan hari ini, kita akan membahas tarian tradisional Dayak saja. Salah satu tari tradisional Dayak yang terkenal adalah tari monong. Tarian ini biasanya ditampilkan dalam upacara adat untuk menyembuhkan penyakit atau mengusir roh jahat, sehingga memiliki nilai spiritual yang tinggi.


Sekarang kita akan membahas makanan khas Kalbar. Tetapi sebelum itu, di Kalimantan, masyarakatnya mengenal sebuah budaya yang disebut kepuhunan, yang mana jika kita bertamu, kita harus memakan semua makanan yang disuguhkan oleh tuan rumah. Bagaimana jika tidak dimakan? Konon, kita bisa mendapat musibah! Kalau toh tidak suka, tetap harus dimakan, meskipun hanya secuil. Yang penting kita menyentuh dan menelannya.

Makanan khas Kalbar terpengaruh oleh budaya Melayu dan Tionghoa selama berabad-abad. Hari ini, kita akan mencicipi beberapa di antaranya.

Yang pertama adalah pengkang. Pengkang adalah camilan yang terbuat dari ketan dan ebi, dibungkus daun pisang, dan dijepit bambu. Rasanya lezat, dan cocok sebagai makanan pokok pengganti beras. Cocok dimakan dengan sambal.

Pengkang, penganan berbahan baku beras ketan khas Kalbar. (sumber: Cookpad)
Pengkang, penganan berbahan baku beras ketan khas Kalbar. (sumber: Cookpad)

Ada pula penganan cumi kering, yaitu sotong pangkong. Sotong pangkong adalah cumi-cumi yang digeprek hingga gepeng, lalu dipanggang dan dipukul dengan palu agar empuk.

Sotong pangkong, kudapan cumi kering khas Kalbar. (sumber: Cookpad)
Sotong pangkong, kudapan cumi kering khas Kalbar. (sumber: Cookpad)

Salah satu kue tradisional khas Kalbar yang terpengaruh budaya Tionghoa adalah chai kwe. Chai kwe adalah camilan yang terbuat dari tepung terigu yang dikukus atau digoreng, lalu diisi dengan ayam cincang, telur, dan rempah-rempah. Kudapan ini umum disuguhkan jika kita bermain ke Pontianak atau Singkawang.

Chai kwe, sejenis pangsit khas Pontianak. (sumber: Cookpad)
Chai kwe, sejenis pangsit khas Pontianak. (sumber: Cookpad)

Pontianak juga terkenal akan pisang goreng srikayanya. Pisang goreng srikaya terbuat dari pisang nipah yang hanya bisa ditemukan di Pontianak, dan disajikan dengan selai srikaya.

Pisang goreng pontianak biasanya disantap dengan selai srikaya. (sumber: Cookpad)
Pisang goreng pontianak biasanya disantap dengan selai srikaya. (sumber: Cookpad)

4. #TEKANAN (Teman Makan Anda): Semangka Emas
Menyantap kesemua makanan khas Kalbar tersebut, rasanya kurang afdol jika kita tidak mendengarkan salah satu cerita rakyat Kalbar. Ada banyak cerita yang berpesan agar anak tidak durhaka terhadap orangtua, dan dari Kalbar, cerita tersebut merupakan cerita Batu Menangis, kisah seorang gadis manja durhaka yang dikutuk menjadi batu yang hanya bisa menangis. Namun, bukan itu yang akan kita ceritakan. Cerita kali ini adalah cerita rakyat Sambas, Semangka Emas.

Alkisah, ada seorang saudagar kaya yang memiliki dua orang anak lelaki yang memiliki tabiat yang bertolak belakang. Sang kakak bersifat dermawan, sedangkan adiknya kikir. Suatu hari, si saudagar sakit dan sekarat. Sebelum meninggal, dia telah membagi harta kekayaannya kepada kedua anaknya dengan adil.

Si Kikir tentu saja sangat memuja kekayaannya hingga tak sedikit saja punya keinginan untuk membagi hartanya dengan orang lain. Berbagai cara dia lakukan agar harta bendanya terus bertambah, termasuk memungut rente yang mencekik leher dari uang yang dihutangkan kepada orang lain. Ketika menerima warisan dari sang ayah, yang pertama kali dibeli si Kikir adalah peti besi untuk menyimpan harta bendanya, berupa uang dan emas permata.

Berbeda sekali dengan si Dermawan, yang mana setelah menerima warisan dari sang ayah, dia menyisihkan sebagian hartanya untuk membantu orang-orang yang membutuhkan. Baginya, harta bukan sesuatu yang harus dipuja-puja. Tentunya hal ini membuat si Kikir mengejek setengah mati. Namun, si Dermawan tak peduli. Dia bangga miskin, asal saudaranya banyak. Dan dari menolong orang inilah, si Dermawan dikelilingi orang-orang yang sayang padanya.

Hingga suatu hari, ada seekor burung kecil yang terjatuh di pangkuan si Dermawan. Sayapnya patah dan dia tidak bisa terbang. Dengan sabar, si Dermawan merawat si burung kecil hingga sembuh, memberinya makanan, dan menaruhnya dalam sangkar yang bagus. Setelah burung itu selesai, si Dermawan melepas burung itu ke alam bebas, dan si burung memberikan sebijih benih pohon semangka kepadanya. Buahnya hanya sebuah, namun ketika dipotong, isinya bijih emas! Si Dermawan langsung membeli rumah bagus dengan kebun yang luas dengan bijih emas tersebut, dan dia hidup bahagia selamanya.

Mendengar itu, si Kikir kontan iri. Dia meminta pegawainya untuk mencari burung kecil dan melukainya. Si Kikir berlagak baik hati menolong dan merawat burung itu, dengan imbalan semangka. Namun naas, ketika semangka itu telah masak, bukan bijih emas yang keluar ketika buahnya dipotong, melainkan lumpur hitam dan kotoran serba busuk yang bertumpahan mengotori lantai rumah, dinding, dan tubuh si Kikir. Dari dalam semangka itu juga keluar hewan melata yang menjijikkan. Bau yang keluar dari lumpur tak hilang berhari-hari hingga orang enggan berada di dekat si Kikir.

Moral dari cerita ini adalah, kita harus senantiasa dermawan kepada orang di sekitar kita dan jangan serakah. Karena akibat dari keserakahan bisa fatal dan berpengaruh kepada orang di persekitaran kita pula.

5. Pahlawan Nasional dari Kalimantan Barat
Raden Tumenggung Abdul Kadir Setia Pahlawan adalah salah satu pahlawan nasional dari Kalbar yang ditetapkan sebagai pahlawan pada tahun 1999. Beliau lahir di Sintang pada tahun 1771 dan wafat di Tanjung Suka Dua, Melawi pada tahun 1875. Beliau berperan teramat penting terhadap pengusiran penjajah Belanda dari Kerajaan Sintang.

Akhir hidupnya sangat tragis. Pada tahun 1875, pada usia 104 tahun, Raden Tumenggung ditangkap dan dipenjarakan di Benteng Saka Dua milik Belanda di Nanga Pinoh, Melawi, dan meninggal tiga minggu kemudian dalam penjara. Beliau merupakan satu-satunya pahlawan nasional Indonesia yang meninggal pada usia di atas 100 tahun.

KESIMPULAN:
Bersyukurlah jika Anda tinggal di Kalimantan Barat atau punya teman yang berasal dari Kalimantan Barat. Rakyatnya hidup berdampingan dengan alam dan toleran terhadap orang-orang yang berbeda agama atau suku dengannya. Itulah kerukunan dan sikap cinta alam yang sesungguhnya.

Di "A Musical Revolution 3: Field Trip Fiasco", Walikota Joost Klein menunjuk divisi Indonesia skuad perlindungan Bluebell City miliknya untuk mengasistensi Jiyoon dan Isa. Dan anggota asal Kalimantan Barat yang akan memimpin mereka adalah gadis 19 tahun asal Pontianak, Sharon Pangaribuan. Dia berdarah campuran Batak-Tionghoa dan berperang dengan menggunakan senjata mandau serta pintar seni bela diri Tai Chi. Orangtua Sharon pindah dari Jakarta ke Pontianak karena mereka berdua pindah tugas ke sana, dan Sharon lahir dan besar di Pontianak saat orangtuanya bekerja di sana.

Stay tuned! Episode berikutnya akan membahas Kalimantan Tengah.

Tabik,
Yudhistira Mahasena

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun