Diresmikan pada 4 Oktober 2022 lalu, Vihara Thai Pak Kung merupakan rumah ibadah bagi umat Tionghoa yang terbesar dan termegah yang pernah dibangun di Singkawang. Vihara ini membutuhkan 10 tahun untuk diselesaikan sebelum diresmikan. Bentuk arsitekturnya menyerupai Kota Terlarang di Beijing, Cina.
Pengaruh Tionghoa di Singkawang juga terasa di Rumah Marga Tjhia. Didirikan pada tahun 1901, Pemerintah Kota Singkawang telah menetapkan rumah dengan corak budaya Tionghoa ini sebagai cagar budaya. Fungsinya mirip dengan museum dan dapat dikunjungi oleh umum.
Dan itulah, 14 kabupaten dan kota yang membentuk Kalimantan Barat.
Semua kabupaten dan kota di Kalbar menggunakan huruf awal KB di pelat nomor mereka.
3. Kalimantan Barat dari Segi Sosial Budaya
Apakah artinya menjadi orang Kalbar? Kita akan menjawabnya dengan berkenalan dengan suku bangsa yang mendiami provinsi ini.
Sebagaimana kita tahu, semua provinsi di Pulau Kalimantan merupakan surga transmigran. Kita dapat dengan mudah menemukan suku dari luar Kalimantan yang mendiami Kalimantan, seperti suku Jawa. Mereka pindah dari pulau kampung halaman mereka yang padat penduduknya ke Kalimantan yang jarang penduduknya, untuk bekerja dan menempuh jalan hidup yang lebih bersahaja. Sebagian besar pindah dari Jateng, Jogja, atau Jatim. Mereka masih berbahasa Jawa dan melestarikan budaya Jawa mereka, seperti bersih desa, berbicara sesuai unggah-ungguh yang berlaku, dan mengucapkan kulo nuwun setiap kali bertamu. Walaupun, saat ini orang Jawa di Kalimantan lebih banyak bertutur dalam bahasa Indonesia.
Suku Tionghoa juga memainkan peran besar dalam demografi Kalbar. Migrasi orang Tionghoa ke Pontianak terjadi secara besar-besaran pada akhir abad ke-18. Sultan mengundang mereka untuk melakukan kegiatan pertambangan dan menghidupkan kegiatan perdagangan di Pontianak.
Adapun Kota Singkawang didirikan oleh orang-orang Tionghoa. Menurut orang-orang Tionghoa suku Hakka, nama Singkawang berasal dari kata “San Kew Jong” yang artinya kota yang terletak di antara laut, muara, gunung, dan sungai.
Sebagian besar orang Tionghoa di Kalbar menganut agama Buddha atau Konghucu. Namun, ada juga yang Islam dan Kristen. Mereka merayakan hari besar etnis Tionghoa seperti Imlek dan Cap Go Meh. Bahkan, di kota-kota seperti Bengkayang dan Singkawang, pengaruh budaya Tionghoa sangat besar, dan semua orang, terlepas dari suku maupun agama, ikut merayakan hari besar Tionghoa. Benar-benar toleran.