Jawa Tengah merupakan surga bagi pecinta soto. Hampir semua kota di Jawa Tengah memiliki hidangan ini, namun di beberapa kota mereka menyebutnya dengan nama berbeda. Orang Sokaraja di Banyumas menyebutnya sroto. Di Tegal, disebut sauto. Orang Pekalongan menyebutnya tauto.
solo, tengkleng, dan selat solo. Salah satu restoran soto solo langganan Presiden Jokowi adalah Soto Gading 1, di Jalan Brigjen Sudiarto No. 75, Joyosuran, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta. Restoran ini menyediakan tempat duduk di area terbuka, dan juga ada menu untuk anak. Soto solo berciri khas berkuah kental dari kaldu ayam bening, dengan isi soun, suwiran ayam, dan taburan bawang merah goreng.
Bila ke Solo, Anda wajib menyantap tiga kuliner ini: sotoAda pula tengkleng, sejenis masakan sejenis sup dengan bahan utama daging dan tulang kambing. Salah satu restoran tengkleng terbaik di Solo adalah Tengkleng Mbok Galak. Alamatnya di Jalan Ki Mangunsarkoro No. 112, Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta.
Selat solo adalah salah satu hidangan khas Solo yang dipengaruhi hidangan Eropa. Ketika SD dulu, kita diajarkan di mapel IPS bahwa selat adalah "laut yang sempit di antara pulau-pulau". Di Indonesia kita mengenal ada Selat Sunda, Selat Malaka, Selat Karimata, Selat Gaspar, dll. Solo tidak punya garis pantai, namun selat di sini bukan selat itu. Selat hanya cara orang Jawa menyebut "salad", dan selat solo ini pada dasarnya memang makanan sejenis salad.
Sebenarnya masih ada banyak makanan khas Jawa yang akan kita bahas, seperti mie ayam wonogiri, sate ambal, besengek tempe, soto kudus, soto semarang, dan soto boyolali, namun kepanjangan kita bahas lebih jauh dan kita harus mendengarkan salah satu cerita rakyat Jawa Tengah sebagai teman makan kita, di rubrik #TEKANAN (Teman Makan Anda). Kali ini cerita tersebut adalah "Timun Mas". Anda pasti pernah mendengar cerita ini ketika kecil dulu.
Anggap saja Timun Mas ini seperti dongeng Momotaro dari Jepang. Jadi begini ceritanya. Alkisah, di sebuah desa dekat hutan, hiduplah sepasang petani yang belum dikaruniai anak. Setiap hari mereka berdoa meminta diberikan momongan. Suatu hari, pasangan petani tersebut menemukan sebuah timun berwarna emas yang cukup besar. Ketika mereka memotongnya, dari timun tersebut keluarlah seorang bayi perempuan yang lucu. Rupanya doa mereka didengar oleh seorang raksasa bernama Buto Ijo. Buto Ijo mengatakan pada mereka bahwa mereka akan memperoleh seorang anak dari timun yang mereka tanam di ladang mereka, namun ketika dia sudah 17 tahun, dia harus diserahkan lagi pada Buto Ijo.
Tanpa pikir panjang, sepasang petani tersebut menepati janjinya, dan mereka merawat bayi perempuan tersebut dan memberinya nama Timun Mas. Mereka pun hidup bahagia hingga ketika Timun Mas berusia 17 tahun, Buto Ijo menagih janjinya kepada orangtuanya. Sepasang petani itu melupakan janji mereka dan ketakutan. Mereka menyuruh Timun Mas menyelamatkan diri dengan membawa empat benda ajaib, yaitu biji timun, jarum, garam, dan terasi.