Mohon tunggu...
Yudhistira Mahasena
Yudhistira Mahasena Mohon Tunggu... Freelancer - Desainer Grafis

Ini akun kedua saya. Calon pegiat industri kreatif yang candu terhadap K-pop (kebanyakan girl group) dan Tekken.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kenali Indonesiamu! Episode 14: Yang Indah dari Jawa Tengah

28 September 2024   16:28 Diperbarui: 8 Oktober 2024   19:39 1588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa Jawa kromo inggil biasanya digunakan jika bertegur sapa dengan orang tua, guru, dosen, atau bahkan saat menghadap raja, dan juga untuk situasi resmi, misalnya saat ceramah keagamaan.

Juga, dialek bahasa Jawa di Jawa Tengah lebih beragam daripada di Jawa Timur. Total ada delapan dialek, dan kita akan melihat perbedaannya.

Yang pertama adalah dialek Mataraman atau Surakarta. Dialek standar bahasa Jawa ini dituturkan di Solo, Klaten, Sragen, Wonogiri, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, basically semua daerah yang berbatasan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Grobogan bagian selatan.


Yang kedua adalah dialek Semarang. Dialek ini dituturkan di Semarang, Salatiga, Kendal, Demak, dan Grobogan bagian barat. Logat Semarangan memiliki beberapa kosakata yang tidak ditemui di kota lain di Jawa. Suddenly Anda mendengar kata-kata sisipan seperti ndes, ik, og, nda, dll. Untuk mengatakan "iya", orang Semarang lebih lazim menggunakan "he'eh" daripada "iyo" atau "ho'oh".

Kang Mas San Feng, salah satu content creator Tekken dari Indonesia, berasal dari Kota Semarang.


Yang ketiga adalah dialek Jawa Tengah favorit saya, yaitu dialek Banyumasan atau Ngapak Kidul. Dialek ini dituturkan di Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, dan bagian selatan Pemalang.


Yang keempat adalah dialek Ngapak Lor. Dialek ini dituturkan di Brebes, Tegal, dan bagian utara Pemalang.


Yang kelima adalah dialek Kedu-Bagelen. Dialek ini dituturkan di Magelang, Temanggung, Wonosobo, sebagian Kebumen, dan Purworejo.

Ketika mama saya hendak ke Wonosobo bulan Juli lalu, saya sempat me-research tentang dialek Wonosobo di internet, yang merupakan salah satu rumpun dari dialek Kedu-Bagelen. Dan ternyata, dialek Wonosobo ini unik karena tidak ngapak, tidak juga medok.


Yang keenam adalah dialek Pantura Timur atau Muriaan. Dialek ini dituturkan di daerah-daerah yang terletak di kawasan Muria Raya, yaitu Pati, Kudus, Jepara, dan bagian utara Grobogan. Dialek ini sulit dimengerti oleh sebagian orang Jawa, dan salah satu ciri khasnya adalah pergantian imbuhan "-mu" menjadi "-em" atau "-nem". Misalnya, "matamu" menjadi "matanem", "gelasmu" menjadi "gelasem", dll.

Berikut adalah video penjelasan bahasa Jawa dialek Pati.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun