Solo juga memiliki museum yang didedikasikan untuk sejarah musik dan industri rekaman di Indonesia. Adalah Lokananta, studio rekaman atau studio musik pertama di Indonesia yang didirikan pada 29 Oktober 1956. Faktanya, pembacaan teks Proklamasi yang selalu kita dengarkan setiap Hari Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, direkam di Studio RRI Jakarta pada tahun 1951, lalu master rekamannya dikirim ke Lokananta. Kini, Lokananta telah beralih fungsi sebagai museum dan galeri musik, di mana pengunjung dapat menikmati museum studio rekaman, menonton konser, mengunjungi pameran musik, dan bahkan berbelanja vinyl dari artis terkenal seperti Gesang, Waldjinah, Titiek Puspa, Bing Slamet, dll. Just... jangan tanya di mana piringan hitam album tripleS, oke? :)
Sejarah musik Indonesia dapat Anda nikmati di Lokananta yang terletak di Jalan Ahmad Yani No. 389, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta ini.
- Kecamatan Margadana
- Kecamatan Tegal Barat
- Kecamatan Tegal Selatan
- Kecamatan Tegal Timur
Tegal dijuluki Kota Bahari karena merupakan singkatan dari semboyan kota tersebut: "Bersih, Aman, Hijau, Asri, Rapi, dan Indah". Selain itu juga, Tegal memiliki potensi di bidang kelautan dan dikenal sebagai rahimnya marinir Indonesia dikarenakan menjadi cikal bakal berdirinya Korps Marinir Republik Indonesia.
Mungkin sebagian orang mengenal Tegal karena warteg atau warung nasi tegal lahir di sini. Namun, kembali ke julukannya yaitu Kota Bahari, Tegal memiliki sejumlah tempat wisata bahari yang indah. Salah satunya adalah Pantai Alam Indah di Mintaragen, Kecamatan Tegal Timur. Dengan panjang sekitar 500 meter yang membentang mulai dari area Pelabuhan Tegal hingga Universitas Pancasakti, Pantai Alam Indah atau disingkat PAI menawarkan tenangnya keindahan Laut Jawa, dilengkapi beberapa fasilitas pendukung yang disediakan seperti snorkeling atau olahraga air lainnya.
Dan itulah 35 kabupaten dan kota yang membentuk Jawa Tengah.
Setiap kabupaten dan kota di Jawa Tengah menggunakan pelat nomor yang berbeda-beda.
G: Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Tegal
H: Semarang, Salatiga, Kendal, Demak
K: Pati, Kudus, Jepara, Rembang, Grobogan, Blora
R: Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara
AA: Magelang, Kebumen, Purworejo, Wonosobo, Temanggung
AD: Solo, Klaten, Sukoharjo, Boyolali, Sragen, Karanganyar, Wonogiri
Sekarang kita akan membahas Jawa Tengah dari sisi sosial budaya.
Suku Jawa adalah etnis terbesar yang mendiami Jawa Tengah, dan mencakup 97,73% dari 32,2 juta penduduk provinsi ini. Kelompok minoritas termasuk suku Sunda, Tionghoa, Batak, Madura, Lampung, Betawi, Melayu, Minangkabau, dll.
Orang Jawa Tengah jelas bertutur menggunakan bahasa Jawa sebagai lingua franca, namun lagi-lagi diingatkan, tidak semua dialek bahasa Jawa sama. Mungkin yang Anda paling familiar adalah bahasa Jawa dialek Jogja-Solo, yang merupakan dialek standar bahasa Jawa. Ini disebut juga dialek Mataram, dialek bahasa Jawa yang paling lazim digunakan. Dialek ini menggunakan ragam bahasa Jawa kromo inggil (sangat sopan), yang tekun saya pelajari setelah menonton trailer film "Budi Pekerti" tahun lalu. Hal tersebut dipengaruhi dari adanya Kesultanan Mataram Islam dan Kasunanan Surakarta Hadiningrat sehingga dialek di sana sangat sopan.